part 51

6.8K 360 15
                                    

Karena hanya jatuh cinta yang jatuhnya ke atas

* * *

"4x + 2y = 0, ini pelajaran tahun kapan sih? Perasaan aku gak inget, lagian ujian juga, kenapa harus dari kelas 10 materinya kan aku lupa semua, his."

Aulia terus memandangi contoh-contoh soal yang ada di hadapan Aulia,

Matematika, Aulia lemah di pelajaran itu, sungguh, eh--ralat, Aulia memang lemah pada semua pelajaran yang ada di sekolahnya, menurut Aulia, bahkan rumus fisika, menghitung kecepatan kelapa jatuh, tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, iyakan? Iya, dalam kehidupan kelapa kalau mau jatuh, ya jatuh saja ngapain pakai dihitung-hitung segala, toh kelapa jatuhnya ke bawah,

Iyalah, yang namanya jatuh itu ke bawah, karena hanya jatuh cinta yang jatuhnya ke atas, haha bucin.

"Aneh banget sih, x ketemu y ya jadinya xy, kok bisa = 0? 4 + 2 itu 6, harusnya jawabannya kan 6xy, kok 0? Gak pinter nih yang bikin soal, pinteran juga aku,"

Aulia menutup bukunya lalu menyandarkan punggungnya pada kursi yang dia duduki,

Kelas Aulia saat itu sangat sepi, bukan karena tidak ada siswa di dalamnya, bukan, tapi karena semua siswa sedang sibuk mengerjakan soal-soal yang diberikan guru Matematika mereka,

Tidak Fisika tidak Matematika, tidak Bu Silva tidak Bu Anggun si guru Matematika, semuanya tidak ada yang baik, tidak, pokoknya kata tidak untuk mereka dari Aulia,

Pelajaran yang mereka ajar itu termasuk pelajaran paling sulit selama Aulia sekolah, meskipun semua pelajaran memang sulit, tapi pelajaran Matematika dan Fisika itu pelajaran tersulit yang pernah ada,

Dan ya, pelajarannya udah bikin pusing tujuh keliling ditambah lagi guru yang mengajar killer sangat, jika otak Aulia bisa seperti Ranu, mungkin Aulia tak akan sekesal ini pada dua pelajaran itu, dua guru itu,

Otak Aulia lelah harus berpikir tentang rumus setiap hari,

Aulia salah jurusan, harusnya Aulia mengambil Bahasa Indonesia saja bukan IPA, meskipun sama-sama sulit, tapi setidaknya di sana tak akan sesulit ini, mungkin.

"Vin, kamu udah selesai belum?" tanya Aulia pada Kevin,

Sebenarnya tidak hanya ingin bertanya, Aulia juga ingin memperbaiki hubungan pertemanannya dengan Kevin, setidaknya jika Kevin tak mau mendekat biar Aulia saja yang mendekat, okey, Aulia terbiasa kok mendekat tanpa pernah didekati, yah malah curhat.

Kevin menatap Aulia datar, tatapannya tak mengartikan apapun, Kevin sedang tak ingin berkata apapun pada Aulia, mungkin itu maksud tatapan Kevin,

"Aku boleh nyontek gak, Vin? Aku gak bisa," lanjut Aulia dengan senyum manis, manis menurut Aulia, mungkin manis juga menurut orang yang dekat dengan Aulia, entah bagi mereka yang tak suka dengan Aulia,

"Pacar lo kan pinter," Aulia memajukan bibirnya beberapa senti, mengapa semua orang memanggil Aulia sebagai pacar Ranu? Mungkin karena Aulia dekat dengan Ranu akhir-akhir ini? Masa iya sih? Tapi tak apa, Aulia bahagia disebut begitu, sangat.

"Ranu? Kamu kayak gak tau Ranu aja sih, dia gak mungkin mau nyontekin kalo soal pelajaran, kan kamu temen aku yang paling baik, biasanya aku juga nyontek sama kamu, boleh ya, plaese.."

Aulia melempar senyum memohon, puppy eyes meskipun terhalang kacamata tapi Aulia yakin itu masih bisa dirasakan oleh Kevin, Aulia tau Kevin masih memiliki rasa simpatik kepada Aulia, meski hanya sedikit, setidaknya masih ada.

"Nih," Kevin mengulurkan bukunya tepat di depan wajah Aulia,

Ada rasa bahagia tersendiri saat Kevin melakukan itu, apa itu artinya dugaan Aulia benar, bahwa sebenarnya Kevin masih sama seperti Kevin yang menawarkan pertemanan kepada Aulia dulu? Iya, ini Kevin yang dulu, yang selalu peduli pada Aulia, Kevin yang selalu Aulia cari, dia hadir kembali,

Dua Satu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang