part 37

6.7K 387 6
                                    

Luka yang sama pada tempat dan karena orang yang sama

***


"Ada satu hal yang gak kamu tau tentang aku, Nu!"

Suara Aulia serak, menahan tangis itu memang berat, sakit, tapi Aulia harus tetap bertahan, Aulia ingin hari ini Ranu mendengar semuanya, mendengar apa yang selama ini Aulia rasakan.

Ya, entah karena apa Aulia terjebak di dalam kelas hanya dengan Ranu,

Kondisinya masih sama, pagi hari seperti waktu itu, semenjak kejadian beberapa hari terakhir, Aulia lebih memilih untuk berangkat ke sekolah lebih awal, kenapa? Aulia hanya tak ingin mendengar tutur kata orang-orang yang menyakiti hatinya lagi, Aulia capek.

"Kamu gak tau kan, betapa selama ini aku tersiksa sama rasaku sendiri, kamu gak tau betapa aku berjuang buat rasa yang aku miliki, aku berjuang sendirian sedangkan orang yang aku perjuangin? dia memperjuangkan orang lain!!"

Mata Aulia mungkin saat ini sudah berkaca-kaca, pandangan Aulia tak begitu jelas karena membendung air mata agar tidak jatuh.

Aulia berdiri tepat di hadapan Ranu, menatap matanya yang juga menatap tajam mata Aulia.

Jujur saja, tatapan Ranu memang sangat ingin Aulia lihat, tapi bukan tatapan ini, bukan tatapan kebencian seperti saat ini, bukan.

"Gue gak pernah nyuruh lo buat berjuang selama ini! Lo nya aja yang bodoh!"

"Iya aku bodoh aku tau, Aku bodoh banget, mungkin aku manusia paling bodoh yang pernah ada!! Aku ngorbanin perasaan aku sendiri, aku ngorbanin namaku, cuma buat apa? Cuma buat orang yang gak punya hati kayak kamu!!!"

Cairan bening itu akhirnya jatuh juga, Aulia berhasil menaikkan nada bicaranya, tapi harus membiarkan air matanya jatuh,

Ranu memang seperti orang yang tak punya hati, mengatai perempuan dengan segitu kasarnya, perempuan mana yang akan kuat jika dimaki dengan sebegitunya, apalagi orang yang melontarkan kata-kata kasar itu adalah orang yang sangat disayang, kayaknya gak ada deh.

"Gak usah nangis! Air mata lo gak akan ngeluluhin hati gue!"

Apalagi ini? Ranu masih bisa berkata seperti itu? Air mata Aulia jatuh karena kata-kata kasarnya, bukan untuk niat lain, apalagi untuk meluluhkan hati Ranu, bukan!

"Aku pikir, dulu, kamu itu orang paling baik yang pernah aku temui! Tapi aku salah!! Bahkan kamu itu orang terburuk yang pernah aku tau!! Kenapa sih?? Kamu selalu mandang orang itu dari fisiknya?! Kenapa?!!"

Kali ini yang Ranu lakukan hanya membuang muka, dia tak lagi menatap tajam Aulia,

Aulia mampu mendengar napas panjang yang Ranu, seoalah-olah dia begitu malas dengan drama yang sedang Aulia mainkan.

Ini bukan drama! Aulia hanya megatakan apa yang harus ia katakan.

"Aku tau kok, sekarang mungkin kamu makin ilfeel sama aku, aku udah gak peduli lagi, terserah kamu! Yang aku peduliin cuma perasaan aku sendiri!! Aku juga mau egois kayak kamu!!" ucap Aulia dengan mengusap air matanya yang terus saja mengalir,

Lalu setelahnya Aulia nekat menarik tangan Ranu agar dia menatap orang yang sedang berada di hadapannya saat ini, agar Ranu tau bahwa niat Aulia bukan seperti yang ia katakan, Bukan untuk meluluhkan hati Ranu, tapi lebih tepatnya untuk meringankan beban yang ada dihati Aulia, ya.

"Gue? Lo gila, lo yang egois!! Lo nyiksa gue dengan lo suka sama gue tau enggak!!"

"Hah?"

Apa-apaan Ranu ini? Aulia menyiksanya? Menyiksa dalam hal apa?

Jelas selama ini yang mendapatkan hujatan itu Aulia, hanya Aulia, dan Ranu? Dia tampak tenang tanpa ada bisik-bisik pedas menusuk telinganya, iya kan?

"Gue benci sama lo, gue benci sama semua yang lo lakuin selama ini!! Gue jijik!!!" sekali lagi, ucapan Ranu membuat air mata Aulia semakin deras,

Dia mengatakan hal yang paling Aulia takutkan, kalimat itu tak pernah ingin Aulia dengar, kalimat yang sudah pasti sangat merobek hati Aulia.

"Kamu pernah mikir gak sih, Nu! Aku itu perempuan! Kamu gak mikirin perasaan aku?! Aku gak berharap kok kamu mau nyatain perasaan yang sama, enggak! Tapi seenggaknya hargain aku, Nu!! Kamu punya Ibu! Kamu punya Kakak!! Kamu gak mikir gimana kalo mereka ada di posisi ku!! Dibentak!!! Sama orang dia sayang, kamu gak ngotak!!! hah!"

Aulia menarik tangan Ranu lagi, Ranu sudah hampir membuang muka tapi Aulia tak akan mau kehilangan tatapan Ranu lagi,

Ranu harus tau tentang apa yang Aulia rasakan, harus.

Aulia tau, meskipun Ranu terlihat sangat membenci sosok Aulia, tapi Ranu tak seburuk yang Aulia jabarkan, sesungguhnya Ranu dikelilingi banyak perempuan di rumahnya, dia pasti tak akan tega dengan air mata seorang perempuan, apalagi air mata itu jatuh di hadapan dan karena Ranu,

"Aku ngomong kayak gini di sini sama kamu, bukan maksud apa-apa kok, aku cuma mau ngungkapin hal yang selama ini aku pendem, aku nangis depan kamu kek gini, bukan buat luluhin kamu, kalo kamu tau hati seorang perempuan!! Kalo kamu punya wanita yang paling kamu sayang, kamu pasti tau kenapa aku nangis sampe segininya,"

Beberapa detik Aulia menikmati tatapan tajam Ranu, meskipun itu tatapan kebencian tapi setidaknya harapan Aulia untuk ditatap oleh Ranu akhirnya tercapai, meski sakit, Aulia masih bersyukur,

"Dan ya, satu hal lagi, makasih buat semuanya, kamu udah ngajarin aku tentang gimana rasanya mencintai tanpa pernah dicintai, aku yakin, suatu saat nanti, kamu pasti bakal nyamperin aku, meskipun aku terbaring tanpa nyawa sekali pun, makasih." lanjut Aulia membalikkan badannya menatap lurus ke arah Ranu.

Saat ini Aulia sudah berada diambang pintu kelas,

Aulia sudah tak kuat untuk terus mendapatkan makian yang lebih dalam lagi jika dirinya masih terus berdiri memaksa Ranu untuk mendengar semua keluhan atas hatinya,

Yang Aulia lakukan mungkin tidak benar dengan mengutarakan perasaannya sebegitu dalam pada Ranu, karena itu hanya akan menambahkan luka yang sama di tempat dan karena orang yang sama,

Tapi, setidaknya saat ini Aulia sudah sedikit lega, perasaannya tak seberat hari-hari sebelumnya,

Ya.

Dua Satu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang