part 10

10.2K 656 5
                                    

Bahwa luka akan datang dari orang yang paling kita spesial kan

***

"Hai Ranu." sapa Aulia saat guru telah keluar kelas karena jamnya sudah habis, dan yang Ranu lakukan ya seperti biasa, hanya menoleh sekilas lalu kembali pada fokus utamanya, ponsel.

"Pinjem penggaris boleh?" itu bukan trik ya gaes, Aulia memang tak memiliki penggaris, bukan apa-apa, Aulia hanya lelah memiliki penggaris yang ujung-ujungnya akan patah juga, jadi lebih baik minjam, kalo patah kan punya orang, hehe.

"Boleh enggak nu.." tanya Aulia memastikan,

"Hm."

"Makasih ya nu."

"Hm."

"Oh iya kaki kamu gimana? Udah baikan?"

"Hm."

"Ihh nu jadi Nissa Sabyan biarin kamu, ditanya hm hm doang."

"Hm."

"Abimana Ranu Narendra! Jangan hm hm doang dongg."

Brakk

"Punya hak apa lo manggil nama lengkap gue!" tidak hanya Aulia, tapi seluruh siswa dikelas itu terkejut akibat gebrakan Ranu, Ranu terlihat sangat marah saat ini, memang kenapa kalau Aulia manggil nama lengkap Ranu? Salah?

"Lo tuli atau gimana sih! Gue udah bilang sama lo! Gak usah sok akrab sama gue!! Gue jijik!!" sebulir cairan bening kini lolos dari mata Aulia, entah Aulia yang terlalu cengeng atau mulut Ranu yang terlalu pedas.

"Jangan nangis! Gak usah sok jadi orang paling menderita deh lo!" Aulia memejamkan matanya, bersiap mendengar kata-kata Ranu selanjutnya yang aulia tau pasti akan jauh lebih menyakitkan.

"Pengen banget lo jadi Tuan Putri di kelas ini?! Hah?! Bahkan lo gak pantes jadi budak sekali pun! Ngaca makanya!!"

Ternyata kamu gak sebaik yang aku bayangin ya, nu.

Aulia tak pernah merasa terendahkan seperti ini sebelumnya, terlebih Ranu, orang yang sangat Aulia spesialkan dengan tanpa rasa bersalah dan tak memikirkan perasaan Aulia, dia mengatakan itu, ternyata benar ya bahwa luka akan datang dari orang yang paling kita spesialkan, dan Ranu melakukan itu untuk Aulia.

• •

Aulia duduk di bangku taman tepat di mana biasanya Ranu duduk dengan membaca bukunya, di sana tangis Aulia pecah, beruntung taman sedang sepi karena memang ini masih jam pelajaran, Aulia akui Aulia bolos, daripada di kelas gak fokus terus kena hukum lagi kan? Lebih baik Aulia bolos tak membuat masalah di kelas dan membiarkan teman teman Aulia damai tanpa kehadiran Aulia.

"Are you okey?" ucap seseorang yang tiba-tiba duduk di sebelah Aulia menatap Aulia dengan tatapan sama seperti yang sering ia lakukan, dia Kevin.

"Aku gak papa." jawab Aulia menghapus air matanya, kenapa harus Kevin yang datang dan berusaha membuat Aulia baik-baik saja, anak baru yang menawarkan pertemanan kepada Aulia, dan setelah kejadian tadi, apakah dia benar-benar tulus ingin berteman dengan Aulia?

"Ini yang masih belum mereka tau tentang lo."

"Apa"

"Lo itu pinter" maksud Kevin apa? Menghina dengan cara halus? sejatinya Kevin tau bagaimana keseharian Aulia di kelas, dan dia mengatakan Aulia pintar? Apa-apaan ini.

"Pinter akting!" lanjut Kevin dengan tertawa, jujur entah Aulia yang gak nyambungan atau Kevin yang aneh, lucunya dimana?

"Akting?"

"Iya, so lo bilang lo gapapa, padahal lo barusan nangis, itu namanya gapapa?"

"Ohh" entah mengapa Aulia juga kehilangan mood-nya untuk berbicara dengan siapapun, sekalipun itu Kevin, dan bagaimana Aulia bisa tertawa jika orang yang Aulia langitkan saja barus saja memakinya dengan sebegitunya.

"Kamu bolos juga ?"

"Iya, lebih tepatnya nemenin temen gue yang lagi sedih karena dimaki sama orang yang dia sayang."

"Siapa?"

"Namanya Aulia, dia habis dimaki sama Ranu, Aulia itu sayang banget sama Ranu." kenapa Kevin masih saja mengatakan bahwa Aulia menyukai Ranu, padahal waktu itu Aulia sudah mengatakan tidak, apa kurang meyakinkan?

"Siapa juga yang suka sama Ranu."

"Udah deh, gue tau kali, gue itu punya indera ke 789, jadi gue tau isi pikiran lo."

"Ngaco! Mana ada indera 789."

"Ih gak percaya lo mah, gue tau, lo suka kan sama Ranu?"

"Katanya bisa tau isi pikiranku, kenapa masih nanya?"

"Tuh kan!! gue bener, apa gue bilang"

"Terserah kamu" Aulia melirik Kevin yang terlihat sangat bangga karena pengakuan Aulia, semua juga tau Aulia suka Ranu bukan cuma Kevin, tapi dia membanggakan dirinya seolah dia sangat hebat, dasar Kevin.

"Gue bakal bantuin lo, tenang aja" apa? Maksud Kevin apa? Membantu dalam hal apa? Apa dia mau jadi mak comblang? enggak, enggak, yang ada Ranu akan semakin tak suka dengan Aulia, please.. Jangan lakuin hal yang aneh, Vin.

• •

"Baik anak-anak, tugasnya dikumpul besok siang ya, dikerjakan sesuai kelompok yang dulu pernah dibentuk ya." ucap bu Indah, walikelas sekaligus guru Bahasa kelas Aulia, Bu Indah memang pernah membagi kelompok belajar ketika pertama masuk kelas XII dulu.

"Dan untuk Kevin, kamu belum memiliki kelompok, kamu mau pilih sendiri atau ibu pilih kan?" lanjut Bu Indah pada Kevin.

"Emm kalo saya masuk kelompoknya Ranu boleh gak bu?" Ranu jelas menatap Kevin bingung, pasalnya Kevin aneh mengajukan dirinya untuk masuk kelompok Ranu padahal sapaan aja belum pernah.

"Tentu boleh Kevin, kebetulan kelompok Ranu itu cuma dua orang, jadi kamu boleh masuk kesana, dan untuk Rafki! Gak boleh nolak lagi! Paham!"

"Iya bu" jawab Rafki yang terlihat lesu, segala hal sesuatu, pada mulanya kelompok Ranu tak sesepi itu, dan siapa sih yang tak mau satu kelompok sama Ranu, udah ganteng, pinter pula, tapi semua itu hancur saat Rafki berkata,

Kalo kalian mau masuk kelompok gue sama Ranu, kalian harus cium gue satu satu gimana?

Siapa yang gak jijik coba, bukan hanya perempuan tapi laki-laki pun ia tantang begitu, jadi gak ada yang mau masuk kelompok Ranu, sampai Kevin akhirnya menyelinap masuk kesana, apa yang Kevin pikirkan tentang Ranu? Aulia? Mungkin.

Dua Satu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang