Part 26

7.6K 421 0
                                    

Buku,

Hanya itu yang sampai saat ini terlihat sangat dekat dengan Ranu, ya meskipun dia memiliki Rafki tapi sebenarnya mereka tak sedekat itu, hanya hal-hal tertentu yang membuat Ranu seakan dekat dengan Rafki.

Rafki itu bahkan memiliki banyak teman di sekolah, bukan hanya Ranu bukan hanya kepada Ranu, Rafki bersikap seperti itu kepada semua orang. Bersikap seakan semua adalah teman dekatnya, ya itu Rafki, Aulia juga sempat bersikap sama dengan Rafki, untuk apa? Aulia juga ingin memiliki teman sebanyak itu, sebanyak yang Rafki punya meskipun Rafki tak semenarik Ranu dan orang lain.

Jadi menurut penelitian Aulia tentang Ranu, masih belum ada sesuatu yang bisa mengalahkan kedekatan Ranu dengan buku-bukunya, ya, sampai saat ini masih belum ada.

"Hai, kak Ranu." sapa seorang siswi di sela belajar Ranu, ada rasa yang tiba-tiba muncul di hati Aulia, cemburu.

"Iya hai." jawab Ranu dengan tersenyum manis menutup bukunya lalu menatap siswi itu. Siswi itu terlihat malu-malu karena ditatap oleh Ranu, tapi siapa dia, Aulia merasa asing dengan siswi itu, adik kelas mungkin ya,

"Emm kak Ranu, ini aku beli minum buat Kakak, dari tadi Kakak duduk di sini sendirian terus."

What? Apa hubungannya Ranu duduk sendiri dengan minum, jika Ranu ingin dia bisa beli sendiri kan, gak perlu dibeliin, ih.

"Makasih ya."

"Iya Kak, sama-sama."

"Kamu mau ke mana?" ucap Ranu saat siswi itu hendak membalikkan badannya.

"Mau ke perpustakaan kak, mau belajar."

"Disini aja, belajar bareng sama aku." demi apapun Aulia tak percaya itu Ranu, sejak kapan Ranu menjadi seperti itu,

Bukan! Itu bukan Ranu, tapi..

"Eh itu ada daun di rambut kamu." lanjut Ranu sembari menyentuh rambut siswi itu dan memang ada sampah di sana, wajar? Tidak! Kalau Ranu yang melakukan itu semuanya tak wajar!

Sesakit ini hati Aulia, mengapa Ranu menjadi orang seperti itu, tidak, itu pasti bukan Ranu, bukan, Ranu tidak seperti itu, Ranu bukan laki-laki lain yang suka modus, Ranu? Bukan bukan bukan, itu bukan Ranu, iya kan.

"Aulia, Aulia." sapa seseorang tiba-tiba merangkul Aulia,

Kevin, siapa lagi, hanya orang itu yang mau memperlakukan Aulia seperti itu,

"Kevin, jangan rangkul-rangkul." Kevin melepaskan rangkulannya lalu menatap Aulia dengan tatapan aneh,

"Lo kenapa? Galau terus."

"Apaan sih, Vin. Enggak kok ih."

Aulia berjalan mendahului Kevin, perlu diingat Aulia hanya sedang berfikir, tentang Ranu yang semakin berubah, dia bukan Ranu yang Aulia tau, Ranu tak pernah bersikap begitu pada perempuan mana pun, iya setau Aulia begitu.

"Ehh--" di perempatan koridor jelas Aulia menabrak seseorang, mungkin karena aulia terlalu terburu-buru untuk menghindari Kevin, sehingga dia menabrak seorang siswi, Aulia akui itu salah Aulia yang selalu ceroboh dan tak hati-hati.

"Maaf ya maaf aku gak hati-hati maaf." siswi itu bangkit dari jatuhnya menatap Aulia dengan tatapan tak suka.

Dia, siswi yang tadi bersama Ranu, dia di sini, kenapa Aulia harus bertemu dia lagi.

"Kamu? Siapa nama kamu?" tanya Aulia, penasaran tiba-tiba menyerang Aulia.

"Aulia, nama gue Aulia, kenapa" Aulia ternganga, nama siswi itu sama dengan nama Aulia, hah?

"Kamu yang tadi sama Ranu kan? Ada hubungan apa?"

"Perlu lo tau ya, Kak! Nama kita sama iya, tapi coba liat, penampilan kita, bahkan gue jauh lebih cantik dari lo! Dan Kak Ranu itu pinter, dia bisa liat siapa yang pantes sama dia, dan itu gue, bukan lo!"

Aulia masih menatap siswi itu, emosi nya meledak, tapi mau bagaimana lagi, yang dia ucapkan memang benar, Ranu tak pernah memandang Aulia apapun yang ia lakukan, seberat apapun Aulia berjuang, hasilnya tak akan sesuai dengan ekspektasinya,

"Oh iya satu lagi! Gue harap lo jauh-jauh deh ya dari kak Ranu, karena gue sebentar lagi bakal jadi pacar dia! Paham!" lanjut siswi itu setelah itu berlalu meninggalkan Aulia tak lupa dengan sengaja menabrak bahu Aulia keras-keras,

Segitunya Ranu, begitu banyak perempuan yang dia dekati, Nada, gadis itu, lalu sekarang adik kelas Aulia ini? Apa-apaan Ranu.

"Heh! Itu siapa?" tanya Kevin tiba-tiba berada di samping Aulia lagi.

"Enggak, bukan siapa-siapa."

"Yaudah ke kelas yuk, udah mau bel." Aulia hanya tersenyum menanggapi Kevin, Aulia tak ingin mengucap apapun lagi, atau air matanya akan jatuh untuk kesekian kali, Aulia tak mau menangis lagi demi Ranu, cukup.

Yang membuat Aulia semakin sakit adalah siswi itu dengan jelas menyebutkan namanya yang sama dengan nama Aulia, Aulia tak suka, Aulia sakit, jika Ranu sampai benar-benar ada hubungan dengan siswi itu, Aulia tak sanggup, jika nanti Ranu akan memanggil nama 'Aulia' yang ditujukan pada orang lain, jangan.

Aulia memasuki kelasnya bersama Kevin, mata Aulia langsung menangkap sosok Ranu yang sedang bermain ponsel bersama Rafki,

Aulia sakit, Aulia ingin benci, tapi.. kenapa rasa itu tak pernah bisa bertahan lama, Aulia tak bisa membenci Ranu selama yang Aulia ekspektsikan, Aulia masih saja yakin suatu saat nanti Ranu akan menoleh kearahnya, ya menoleh dan akan mencintai Aulia seperti Aulia mencintai Ranu, Aulia yakin, meski kepercayaan itu sangat tidak mungkin terjadi.

Senyum Ranu, itu yang membuat Aulia semakin yakin, bahwa senyum itu akan tertuju padanya, suatu saat nanti,

Aku masih percaya, Nu. Kamu ditakdirkan buat aku, amin.

Dua Satu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang