Tigabelas

1.2K 79 3
                                    

Cuek itu bukannya tidak peduli pada sekitar, melainkan hanya peduli pada sesuatu yang benar-benar mereka pedulikan.

***

"Gue harus ketemu Edgar sekarang juga dan ngaduin soal apa yang udah cewek sialan itu lakuin ke gue!" Erren berjalan cepat menuju kelas Edgar yang letaknya disebelah ruang musik.

Ia terlihat tergesa gesa sampai bahunya bertabrakan dengan murid murid yang berhamburan keluar kelas. Baru sepuluh detik lalu bel pulang sekolah berbunyi, tapi gadis itu sudah duluan keluar kelas yang pasti akan bersamaan keluarnya siswa siswi dari kelas lain membuatnya sedikit kesulitan berjalan cepat karena harus sedikit berdesakkan untuk berjalan arah yang berlawanan.

Tiba tiba mata Erren tak sengaja menangkap sosok Edgar bersama teman temannya yang tengah berjalan dipinggir lapangan. Tanpa ba bi bu Erren segera berlari menghampiri Edgar.

"Edgar?!" panggil Erren yang langsung ditoleh oleh si pemilik nama.

Edgar menatap tak suka pada Erren yang berjalan ke arahnya sembari menunjukkan wajah kesalnya. Sepertinya hendak mengadukan sesuatu, tapi ia lebih tau apa yang harus ia lakukan pada cewek itu kali ini.

"Apa?" ketus Edgar membuat Erren menautkan kedua alisnya bingung dengan sikap Edgar.

Erren menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. "Kok kamu nanyanya ketus gitu, sih?"

Bola mata Edgar merotasi, ia tak suka basa basi. "Ck! Lo mau apa? Gue lagi gak mood nganter lo, balik sendiri aja."

"Ih, Gar kamu kenapa, sih? Aku daritadi nyariin kamu tau gak, liat nih," kata Erren sembari menunjukkan lengannya yang terluka. "Tadi si Qinar cakar aku sampe berdarah dan parahnya lagi dia siram aku pake jus, kan keterlaluan banget."

"Bodo amat." Edgar langsung berjalan menjauhi Erren.

Erren membelalakan matanya tak percaya, baru kali ini ada seorang cowok yang berani mengabaikannya. Ia pun tak tinggal diam, apalagi cowok itu adalah pacarnya sendiri.

"Edgar!" seru Erren seraya menarik lengan Edgar agar berbalik menatapnya. "Kamu kenapa, sih? Udah gak sayang sama aku sampe kamu gak peduli lagi? Biasanya kamu yang paling emosi kalo liat aku disakitin apalagi dipermaluin kayak kemarin."

"Sayang? Gue lebih sayang Nyokap gue dibanding lo!" kata Edgar menunjuk wajah Erren dengan jari telunjuknya.

"Kamu kenapa sih hari ini galak banget sama aku? Bahkan, kamu gak peduli lagi sama aku? Apa gara-gara kalah taruhan? Aku punya salah apa sih sama kamu? Dan kenapa tiba-tiba kamu bawa nama Nyokap segala?" cerocos Erren tanpa henti.

Edgar tertawa sinis mendengar ucapan Erren. "Lo tanya, salah lo apa? Salah lo banyak."

Erren mengerutkan dahinya. "Maksud kamu apa?"

Mereka tak perduli jika saat ini mereka sudah menjadi pusat perhatian karena perdebatan mereka dilapangan. Bahkan ada yang sampai merekam kejadian tersebut, bagaimana tidak? Seorang primadona sekolah berdebat dengan kapten basket yang notabennya adalah sepasang kekasih.

"Lo udah berani ngehina Nyokap gue didepan banyak orang! Cuman gegara gak sengaja numpahin minuman ke seragam lo! Dan rasa malu lo akibat jus yang Qinar tumpahin ke lo itu gak ada apa-apanya dibanding kehormatan orang tua yang udah dihina sama anak yang lebih muda darinya. Apalagi itu lo!" sentak Edgar membuat mata Erren membulat.

Seketika suara ricuh para siswi terdengar setelah Edgar mengatakan hal diatas. Bisikan bisikan sisiwi penggosip mualai bersahut sahutan, bahkan sekarang sudah ada segerombolan siswi yang menonton kejadian tersebut.

My World (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang