Seperti halnya daun kering yang tertiup angin akan jatuh, begitupun diriku. Terjatuh disaat dunia mulai tak adil padaku.
***
Drt! Drt! Drt!
Bunyi getar ponsel Qinar menghentikan aktivitasnya yang tengah mencari dari buku Fisika, sepulang sekolah Valdo mengantar Qinar ke toko buku dan Qinar menyetujuinya. Lagipula Edgar tak akan sudi untuk menemaninya.
dr. Risty
Selamat sore Qinar, sebelumnya saya minta maaf salah memberimu informasi tadi. Hasil pemeriksaanmu bisa diambil besok, terima kasih.
Setelah membaca pesan dari dr. Risty tanpa minat untuk membalasnya, ia kembali mengamati rak rak buku yang dilewatinya. Hingga matanya menangkap beberapa kumpulan buku Ilmu Pengetahuan. Hingga dirinya pun menemukan buku yang ia cari.
"Nar?" panggil Valdo yang langsung ditoleh oleh sang empu. "Sorry ya, gue kelamaan ke toiletnya jadi gak bisa bantuin nyari. Gimana? Udah ketemu belum?"
Qinar mengangguk dan berjalan menuju kasir untuk membayar bukunya. Namun, perhatiannya tiba tiba terpusat pada sebuah buku dengan ukuran agak tebal. Ia meraih buku itu dan membaca judul buku tersebut.
"Duniaku?" gumamnya yang tak sengaja terdengar oleh Valdo.
Ia membuka halaman pertama buku itu dan yang ia temukan adalah gambar seorang gadis yang tengah menangis. Ia membuka halaman kedua yang disana terdapat beberapa baris kata.
Seperti halnya daun kering yang tertiup angin akan jatuh, begitupun diriku. Terjatuh disaat dunia mulai tak adil padaku.
Valdo tak sengaja melirik dan membaca tulisan pada buku itu, ia tersenyum simpul. "Ambil aja kalo lo suka."
Tanpa menjawab, Qinar membawa buku tersebut beserta buku fisika nya tadi ke meja kasir. "Berapa?"
"Seratus delapan puluh enam lima ratus, Kak," ujar si penjaga kasir.
"Ini, Mba. Kembaliannya ambil aja."
Baru saja Qinar hendak membuka tasnya, tiba tiba Valdo sudah memberikan dua lembar uang seratus ribuan kepada penjaga kasir.
"Ini silakan, terima kasih, Kak," kata si penjaga kasir seraya memberikan buku tersebut pada Qinar dan tersenyum pada keduanya.
Setelahnya mereka pun berjalan menuju parkiran. Qinar membuka tasnya dan memasukkan bukunya kedalamnya. "Ini, gantinya."
"Udah, simpen aja." Valdo tersenyum pada Qinar.
"Tapi aku—"
"Hadiah buat lo, semoga lekas sembuh snow white," ujar Valdo seraya mengacak rambut Qinar.
Apa dia tau penyakit ku sebenarnya? Batin Qinar dalam hati.
"Masih mau disitu apa masuk?" tanya Valdo yang saat ini sudah berada didalam mobil. Tanpa menunggu lama Qinar pun segera masuk.
Tak ada yang memecah keheningan didalam mobil. Awkward adalah hal yang paling meresahkan seorang Rivaldo yang memiliki sifat cerewet dan banyak bertanya jika dekat dengan Qinar. Maka, ia putuskan untuk memecah keheningan.
"Sebenernya, lo sakit apa?"
Qinar tak mengeluarkan suara sama sekali, ia lebih fokus pada jalan raya yang ada didepannya ketimbang menjawab pertanyaan Valdo yang mungkin tak penting baginya. Ternyata dugaannya salah kaau Valdo telah mengetahui sakitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My World (Complete)
Teen Fiction"The unspoken chapter in my life." Dia memiliki paras cantik, tatapan matanya tajam dan membunuh. Ada ribuan pertanyaan kala menatap manik mata indahnya. Dia Qinar, gadis dengan segala kemisteriusan dalam hidupnya. Dia adalah salah satu dari rib...