Dua

4.1K 190 0
                                    

Bukan hanya aku yang sedang rindu, tapi bulan pun ikut merindukan bintang.

***

Qinar, nama itu terus terngiang ngiang di kepala Valdo. Terlebih saat melihat wajah putih pucatnya dan mata bulat gadis itu, apalagi tatapan tajamnya yang seolah memberikan beribu pertanyaan di otaknya. Namun, kenapa ia merasa aneh saat ditatap beberapa saat oleh Qinar.

Ia akui kalau tatapan Qinar itu sangat mematikan, bahkan tiba tiba saja Valdo merasa gugup saat ditatap beberapa detik oleh gadis itu. Tetapi, entah mengapa tatapan dari Qinar justru membuatnya tertarik untuk mengikuti alur kehidupan cewek itu.

Katakanlah Valdo mulai gila karena ia akan mencoba masuk dalam kehidupan seorang cewek yang bahkan sangat disegani oleh banyak orang disekolah. Baru kali ini Valdo penasaran dengan seorang cewek yang bahkan baru satu hari ia temui.

"Woi! Bengong aja lo!"

Valdo tersentak saat tiba tiba seseorang menepuk bahunya. Ia melihat ke arah orang tersebut yang tengah duduk disebelahnya.

Valdo berdecak. "Ngapain lo ngikutin gue ke kafe?"

"Gue, sebagai sepupu terbaik lo bakal ngikutin kemana lo pergi, karena gue tau sewaktu waktu lo pasti butuh bantuan gue," kata Firza dengan pede.

"Sotoy lo."

"Kenapa? Tumben banget lo bengong gitu? Kayak mikirin sesuatu." Firza meraih minuman kaleng yang ada dimeja dan meneguknya.

Valdo menyandarkan punggungnya di kursi. "Emang gue lagi mikirin sesuatu."

"Apaan?" tanya Firza kepo.

"Gue mau tanya soal Qin–"

Ucapan Valdo terpotong saat tiba tiba Firza menepuk jidat nya pelan seolah ada yang ia lupakan. Sebenarnya Valdo sangat ingin memberitahu tentang ini pada sepupunya. Karena hanya Firza lah yang mau mengerti keadaan Valdo.

"Ada apa, Za?" tanya Valdo serius.

"Gue lupa tujuan gue kesini, Do kalau gue mau ngasih tau lo sesuatu yang penting."

"Apaan?"

Firza membuka ponselnya dan menampilkan room chat WhatsApp nya dengan seseorang pada Valdo. Valdo mengerutkan alisnya bingung, ia mengambil ponsel Firza dan membaca chat tersebut.

"Dia masih inget taruhan kita waktu itu?" tanya Valdo dengan raut wajah yang sudah berubah panik.

Firza mengangguk sebagai jawaban. "Lo tau kan, Do kalau Edgar itu gak bakal nyerah. Dia juga gak bakal lupa sama taruhannya."

"Ini semua salah gue, Za. Harusnya waktu itu gue ngalah aja buat dapetin hati Erren, sampai kapan pun juga gue gak bakal menang taruhan ini." Valdo mengusap wajahnya frustasi.

Firza menepuk bahu sepupunya itu beberapa kali. "Lo masih cinta kan sama Erren? Dan lo tau kalo Erren sukanya sama lo, bukan Edgar. Dia gak tau soal taruhan ini, Do kalau sampai Erren tau soal ini, gue gak yakin kalau lo masih bisa deket sama dia."

Valdo mengulum bibirnya sesaat dan memikirkan sesuatu. "Apa perjanjian taruhan itu masih sama?"

"Edgar udah mutusin kalai dia mau ganti taruhannya," jawab Firza.

My World (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang