Terkadang kesendirian memang harus diperlukan. Karena tidak semua orang mengerti keadaanmu dan tidak semua orang menginginkan kehadiranmu.
***
Setelah satu minggu melaksanakan MOS dan MPLS, akhirnya pembagian kelas pun ditentukan. Seperti biasa, Qinar masuk lebih pagi agar ia tidak perlu berdesak desakan untuk bisa mengetahui kelasnya.
Kaki Qinar melangkah mendekati mading dan menatap tabel yang tertempel pada papan mading tersebut.
Delbar Qinara Gavrill X IPA 3
Keinginannya untuk bisa masuk unggulan sudah pupus sat ia melihat namanya yang ternyata memasuki kelas IPA 3. Ia menghela napasnya dan pergi menuju kelasnya yang berada dilantai dua.
"Hai!"
Qinar menatap cewek yang ada didepannya ini. Dua cewek dengan ekspresi wajah yang berbeda. Cewek dengan perawakan tinggi, putih juga matanya yang bulat dan senyum manisnya yang tak pernah luntur dari wajah cantiknya.
Sedang disisi cewek itu, gadis dengan kacamata bulat dan rambut yang dikuncir kuda dengan pandangan yang terus menunduk. Qinar memerhatikan mereka secara bergantian, hingga ia pun tak menghiraukan mereka dan hendak berjalan menjauh dari mereka.
Tapi, langkah Qinar dihadang oleh gadis berperawakan tinggi didepannya. "Lo mau kemana? Kita kan belum kenalan," ujarnya pada Qinar.
Qinar mendongak menatap manik mata bulat gadis itu. "Aku gak mau kenal sama kalian."
"Hey! Kenapa gitu? Gue tau lo sekelas sama kita, kenalin gue Tamara." Cewek itu mengulurkan tangannya didepan Qinar.
Qinar masih memandangi tangan cewek itu dan beralih menatap pemiliknya. "Aku Qinar." Qinar membalas jabat tangan cewek yang mengaku Tamara itu.
Cewek itu tersenyum. "Oh ya, ini Dania temen baru aku juga."
Gadis yang terlihat cupu dan lugu itu pun mengulurkan tangannya pada Qinar. "Gue Dania."
Qinar tersenyum singkat. "Aku Qinar."
Setelah perkenalan singkat mereka, akhirnya mereka pun berjalan beriringan menuju kelas mereka, 10 IPA 3. Banyak pasang mata yang memerhatikan mereka, lebih tepatnya kepada Qinar.
Gadis yang terlihat pucat wajahnya, namun masih bisa memancarkan aura kecantikannya. Dan tak sedikit dari para siswa yang juga mendambakan sosok Tamara yang memiliki berjuta pesona dalam dirinya.
"Gue duduk sendiri aja ya, kalian duduk berdua aja," kata Dania setelah mereka sampai didepan pintu kelas.
Meskipun masih terbilang pagi karena jam menunjukkan pukul 06.15 tapi kelas tersebut sudah dipenuhi banyak murid yang rela datang pagi pagi agar dapat memilih tempat duduk yang mereka inginkan.
"Kenapa gitu?" tanya Tamara bingung.
"Gue lebih suka sendiri," balas Dania.
"Tenang, kita gak bakal saling contek kok," canda Tamara disertai kekehannya. "Yaudah lo sama gue aja ya, Nar?"
Qinar mengangguk sembari tersenyum. Ia pikir disekolah ini ia akan diasingkan semua orang, tapi nyatanya ada beberapa orang yang masih peduli dengannya dan mengajaknya berteman. Meski, telinganya sempat mendengar cemooh juga bisikan bisikan dari beberapa murid mengenai dirinya yang bisa disebut, aneh menurut mereka.
"Kalian gak merasa aneh denganku?" tanya Qinar setelah mereka duduk dibamgku yabg telah mereka pilih.
Tamara menatap heran pada Qinar dan Dania yang duduk diseberangnya pun merasa asing dengan pertanyaan Qinar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My World (Complete)
Teen Fiction"The unspoken chapter in my life." Dia memiliki paras cantik, tatapan matanya tajam dan membunuh. Ada ribuan pertanyaan kala menatap manik mata indahnya. Dia Qinar, gadis dengan segala kemisteriusan dalam hidupnya. Dia adalah salah satu dari rib...