Cobaannya ada pada ekspetasi yang tak sesuai realita.
***
Suara gemercik air hujan terdengar dari luar. Tidur Qinar merasa terganggu saat ia merasakan hawa dingin menerobos masuk ke kamarnya membuat tidurnya tak nyaman. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali mencoba menyesuaikan cahaya didalam kamarnya yang sudah sangat terang.
Ah, pantas saja dirinya merasa kedinginan sejak semalam hingga saat ini, ternyata jendela kamaranya masih terbuka. Dan parahnya diluar sedang hujan membuat kadar kedinginan bertambah dua kali lipat. Ia pun segera turun dari ranjangnya untuk menutup jendela dan ia biarkan tirainya terbuka.
Jam dinding disudut kamarnya menunjukkan pukul 05.20 dan itu artinya ia harus segera bersiap-siap untuk berangkat ke sekolahnya. Malas jika harus masuk ke sekolah jika pada akhirnya kedoknya sudah terbongkar. Ia yakin kalau nanti akan ada kekacauan yang tercipta, tapi sebisa mungkin Qinar harus bisa menghindarinya.
Decakan kecil terdengar dari bibirnya saat ia melihat begitu banyak notifikasi WhatsApp masuk ke ponselnya. Tak ada niatan untuk membalasnya, ia beralih membuka instagram dan hasilnya pun sama begitu banyak notifikasi direct message disana. Namun, saat ia tak sengaja men-scroll beranda, tatapannya berubah tajam ketika melihat rekaman dirinya saat perform semalam.
Seseorang telah mengabadikan dirinya di sosial media dengan memberikan hastag namanya dan juga Matcha Latte yang sebenarnya memang dirinya yang sengaja ia rahasiakan identitasnya karena ia tak suka ketenaran dan disanjung. Dan sekarang, akibat sekali perform tanpa samaran, akhirnya terbongkar sudah rahasianya.
Tebakannya akan menjadi nyata saat ia sampai disekolah nanti. Satu prinsipnya hari ini, ia harus bisa menghindari apapun yang akan terjadi. Meski ia tau semua itu memang sepenuhnya akibat kecerobohannya.
Tok! Tok! Tok!
"Dek, udah bangun belum?!" seru Arga dari luar kamar Qinar membuat lamunan gadis itu buyar seketika.
"Udah!" balasnya meski tak terlalu keras tapi ia yakin Arga pasti mendengarnya.
Ia mengusap wajahnya dan akhirnya berjalan menuju kamar mandinya. Mungkin guyuran air hangat akan membuat dirinya merasa jauh lebih tenang.
***
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pintu itu membuat Edgar yang tengah menyantap sarapannya pun terhenti. Ia tak menghiraukannya karena ia tau siapa yang datang untuk itu ia tetap melanjutkan sarapannya dengan tenang.
Namun, Bi Nur—asisten rumah tangga Edgar— berjalan menuju pintu dan membukakannya. Sempat terdengar Bi Nur menanyai tamu tersebut hingga akhirnya dipersilahkan untuk masuk.
"Permisi?"
Edgar tak menoleh pada gadis yang saat ini sudah berjalan menghampirinya. Sedang, Hera, ia menatap tak suka pada gadis tersebut. Setelah gadis itu menghinanya disekolah dengan tidak tau malunya berani berkunjung ke rumahnya.
"Ada apa kamu kesini? Bukankah waktu itu kamu kan yang menghina saya di sekolah?" Hera berujar dengan nada kesalnya.
"Maksud kedatangan saya kesini, mau minta maaf sama Tante atas kejadian waktu itu. Saya mohon maafin saya ya, Tan?" kata Erren seraya menyatukan kedua telapak tangannya.
Hera menghela napasnya. "Harusnya kamu menyadari kesalahan kamu itu sejak dulu. Apa kamu tidak pernah diajarkan sopan santun sama orang tua kamu?"
Erren diam tak berkutik, ia menggigit bibir bawahnya. "Maaf, Tan sebelumnya, dari dulu saya memang tidak pernah diasuh sama orang tua saya karena mereka sibuk bekerja."
KAMU SEDANG MEMBACA
My World (Complete)
Teen Fiction"The unspoken chapter in my life." Dia memiliki paras cantik, tatapan matanya tajam dan membunuh. Ada ribuan pertanyaan kala menatap manik mata indahnya. Dia Qinar, gadis dengan segala kemisteriusan dalam hidupnya. Dia adalah salah satu dari rib...