Terimakasih semesta atas setiap luka yang kau tawarkan, berkatmu aku tau bagaimana dewasa sesungguhnya.
***
"Dania, tunggu!" seru Valdo sembari mempercepat langkahnya agar bisa menyamai langkah gadis yang ia panggil namanya tadi.
Namun berbeda dengan gadis itu yang malah semakin mempercepat langkahnya. Ia ingin sekali menghindari cowok yang mengejarnya saat ini.
Hingga sebuah sentuhan Dania rasakan dipergelangan tangannya, dengan gerakan cepat ia membalikkan badannya dan menyentak tangan yang dengan tidak sopan telah mencekalnya itu hingga kini membuat langkahnya terhenti dan menatap cowok yang ada didepannya ini penuh kesal.
"Sorry," cicit Valdo ketika melihat ekspresi tak suka dari Dania. "Gue minta maaf atas sikap gue beberapa hari ini ke lo, Dan."
Dania membenarkan letak kaca matanya sembari mengeratkan beberapa buku paket yang dipeluknya. "Gak perlu minta maaf, gue udah lupain kok."
"Dania dengerin gue bentar." Valdo menghadang langkah Dania yang hendak menjauh darinya. "Gue sadar apa yang gue lakuin ke lo itu semena-mena, maafin gue."
Valdo menyatukan kedua telapak tangannya dengan wajah yang dihiasi rasa penyesalan. Melihat itu, Dania pun mulai sadar kalau yang ia lakukan pun salah. Harusnya ia pun tak ada hak untuk memarahi Valdo, dan ia juga tak berhak untuk kesal padanya, memangnya siapa dirinya.
Sebelah tangan Dania terulur dan menurunkan kedua tangan Valdo yang masih menyatu. "Gue udah maafin, lagi pula kita kan gak ada hubungan apa apa, buat apa gue marah sama lo. Sama aja gue egois. Maaf."
Valdo sedikit tersentak mendengar penuturan Dania. Dan ia pun kembali meyakinkan Dania, "Dan, ini semua gak sepeti yang lo pikirin. Jadi jangan anggap seolah olah kita gak ada hubungan apa apa."
"Kita kan sekedar temenan, dan gak lebih dari itu, kan?" tukas Dania membuat Valdo bungkam. "Pilihan lo juga bukan gue, lo milih Qinar. Jadi, gue gak berhak maksa lo dan gue juga gak ada hak buat cegah apapun yang mau lo lakuin. Perjuangin cinta lo buat dia."
Valdo menundukkan kepalanya merasa bersalah telah membuat Dania kecewa. "Gue gak bermaksud nyakitin persaan lo, Dan. Sorry."
"Iya gue tau kok."
"Dan gue juga gak mau nyakitin perasaan sepupu gue kalo misal gue pilih lo," tandas Valdo membuat Dania menatapnya dengan alis berkerut.
"Maksud lo apa, Do?" tanya Dania langsung.
"Firza sebenernya naksir sama lo, cuman dia gak berani ngungkapin perasaannya ke lo. Jadi, gue gak bisa maksain diri gue buat jatuh hati sama lo," jelas Valdo singkat.
Kringgg!!
"Gue ke kelas dulu ya, Do."
Dania menjadikan bel masuk sekolah sebagai alasan untuk menghindar dari pembicaraan Valdo yang serius ini. Ia tak bisa membohongi perasaannya sendiri jika ia tak bisa melupakan Valdo. Namun disisi lain ia pun juga memikirkan perasaan Firza, kedua cowok itu membuatnya berada dalam sebuah pilihan sekarang. Merelakan dan melepaskan, atau menerima seseorang baru?
Valdo menyipitkan pandangannya menatap seorang cewek dengan rambut hitam panjangnya yang menjuntai kedepan hingga menutupi sisi wajah cewek itu.
"Qinar?" gumam Valdo tanpa suara.
Qinar berjalan ke arahanya, lebih tepatnya ke arah kelas yang kebetulan Valdo berada di depan kelas tersebut. Wajah Qinar terlihat pucat, bibirnya yang merah pun memutih dan Valdo semakin yakin kalau Qinar tak baik baik saja. Dapat dilihat dari cara jalan gadis itu yang sangat lambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My World (Complete)
Teen Fiction"The unspoken chapter in my life." Dia memiliki paras cantik, tatapan matanya tajam dan membunuh. Ada ribuan pertanyaan kala menatap manik mata indahnya. Dia Qinar, gadis dengan segala kemisteriusan dalam hidupnya. Dia adalah salah satu dari rib...