Duapuluh Lima

1K 75 1
                                    

Berjalanlah bersama sepi, setidaknya harapmu tak akan dibuat meninggi lalu kemudian dibiarkan mati.

***

Drt...

1 Message from Kak Arga

Getaran ponsel milik Qinar membuatnya menghentikan aktivitas meminum air putihnya. Ia menaruh gelas yang masih berisi air diatas meja seraya membuka ponselnya dan membaca pesan WhatsApp dari kakaknya.

Kak Arga

Dek, kamu dimana? Kakak ke sekolah kok gak ada?

Udah pulang.

Iya, kamu pulang kemana? Kirain masih disekolah.

Rumah temen.

Hah? Temen?

Ya.

Dimana? Nanti kakak susul.

Gak.

Drt.... Drt..... Drt....

Qinar menatap datar ponselnya yang berdering dan menampilkan nama Arga disana. Merasa hal itu mengganggu aktivitas makan siang Hera dan Edgar, Qinar memilih untuk beranjak dari kursinya dan ijin mengangkat telfon.

"Tan, ijin bentar," kata Qinar seraya bangkit dari duduknya.

"Silakan," balas Hera ramah.

"Halo?"

"Kamu dimana sih, Dek? Biar Kakak jemput sekarang."

"Rumah temen."

Terdengar helaan napas panjang dari seberang sana yang sama sekali tak dihiraukan oleh Qinar. "Iya, alamatnya dimana?"

"Gak."

"Lah, kok gak usah?" kata Arga seakan tau maksud Qinar, tapi ia memang tau maksud adiknya itu.

"Di anter."

"Siapa?"

"Tante Hera."

Setelah mengucap, lama tak ada jawaban dari seberang Qinar pun memilih untuk mengakhiri panggilan tersebut.

"Bye, Kak!"

Tut! Tut!

Qinar pun kembali ke tempat duduknya dan mengambil tasnya. Edgar bangkit dari duduknya dan berjalan tertatih menuju sofa tempat tasnya berada.

"Siapa yang nelfon? Ayah?" tanya Hera melihat perubahan raut wajah Qinar.

Qinar menggeleng seraya menjawab, "Kak Arga."

"Oooh." Hera menganggukkan kepalanya paham seraya tersenyum. "Kenapa? Dicari?"

"Suruh pulang."

Hera langsung menyodorkan piring berisi nasi beserta lauk pauknya didepan Qinar. "Makan dulu abis itu tante anter pulang."

"Udah sore." Qinar melihat ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul lima sore.

Hera menghela napasnya panjang dan menuruti kemauan Qinar yang ingin pulang. "Yaudah deh, daripada nanti kamu kena marah sama Ayah atau Kakakmu."

Setelah menghabiskan makanannya, Hera pun beranjak dari kursinya dan membereskan meja makan. "Bentar, Tante beresin ini dulu."

Qinar mengangguk dan berjalan menuju pintu rumah Hera untuk menunggunya diluar. Namun, panggilan dari Edgar menghentikan langkahnya.

My World (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang