Pergilah sampai kamu mengenali dirimu sendiri, pemenang atau pecundang.
***
"Za, matiin shower nya!" perintah Valdo.
Firza mengangguk dan memutar kran showernya. "Showernya rusak, Do! Gak bisa dimatiin!"
Tanpa pikir panjang, Valdo membawa Qinar keluar dari toilet dan segera membawanya menuju UKS yang kebetulan pintunya masih terbuka. Ralat, hampir ditutup oleh penjaga sekolah.
Valdo pun langsung berseru pada Pak Lukman untuk tidak mengunci pintu UKS terlebih dahulu. Setelah mendapat ijin dari Pak Lukman, Valdo membaringkan Qinar di brankar UKS.
"Astaghfirullah, itu Neng Qinar kenapa serem gitu?" Pak Lukman bergidik ngeri saat melihat wajah Qinar yang sudah seperti mayat.
"Pak! Jangan berpikiran yang aneh aneh!" peringat Firza, Pak Lukman langsung menutup mulutnya.
"Oh ya! Shower toilet cewek ada yang rusak, Pak. Gak bisa dimatiin, tadi udah saya lilit pake dasi supaya airnya berhenti," tambah Firza.
"Iya, nanti biar Bapak betulin," kata Pak Lukman.
Valdo mengambil minyak kayu putih dan ia oleskan disekitar hidung Qinar agar secepatnya cewek itu bisa bangun. Valdo menarik selimut hingga batas leher Qinar, karena ia tau Qinar kedinginan.
Dapat dilihat dari bibir Qinar yang membiru dan wajahnya yang kian pucat, pantas saja Pak Lukman sampai takut melihat Qinar.
"Nar, bangun," lirih Valdo sembari memegang tangan Qinar yang amat dingin.
Sebenarnya, Firza jengah melihat keadaan yang seperti ini. Tapi, ia masih memiliki rasa iba pada Qinar dan mencoba menerka nerka apa yang Qinar lakukan dengan mengunci dirinya ditoilet?
"Do, mending kita bawa ke rumah sakit aja deh," usul Firza.
Valdo sempat berpikir sejenak. "Lo ada benernya, Za, tapi kita gak boleh langsung bawa dia. Mending kita telfon keluarganya dulu."
"Kelamaan, Do! Keburu Qinar kenapa napa! Lo mau yang disalahin?" tukas Firza.
"Bener itu, lagipula keadaan Neng Qinar udah parah gitu. Dulu juga pernah ada siswi yang seperti dia, sampai depresi dan keluar dari sekolah," tambah Pak Lukman.
Seketika itu, Valdo mengingat jelas cerita Firza. Ia menatap Firza sekilas yang nampak biasa dengan wajah santainya, berbeda dengan dirinya yang memasang wajah khawatir. Ia mencoba menebak nebak siapa orang yang telah mengunci Qinar dan sengaja merusak shower di toilet tersebut.
Tanpa basa basi, Valdo menelpon Ambulance agar segera datang kemari. Sedang Firza, mencoba menghubungi keluarga Qinar.
***
Sejak tadi, tak henti hentinya Hera menangis karena khawatir dengan keadaan Qinar. Hampir setengah jam dokter memeriksa keadaan Qinar, tapi sama sekali belum ada kabar tentang kondisi gadis itu.
"Sudahlah, kamu gak usah berlebihan! Qinar cuman kekunci ditoilet dan pingsan, bukan meninggal," sarkas Wira yang kesal karena meeting nya terganggu dengan Qinar yang tiba tiba masuk rumah sakit.
Hera menatap tajam suaminya sembari menggelengkan kepalanya. "Kamu ini memang bukan manusia! Anak kamu didalam sedang kritis, dan ucapan kamu barusan malah gak ada peduli nya sama sekali!"
"Halah! Aku emang gak perduli sama anak penyakitan itu! Gara gara dia meeting ku terganggu," balas Wira kelewat kesal.
Valdo dan Firza yang melihatnya saling tatap satu sama lain dan berbicara lewat mata mereka. Tak habis pikir dengan ayah Qinar yang kelewat bodo amat dengan kondisi anaknya apalagi Edgar yang terlihat santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
My World (Complete)
Fiksi Remaja"The unspoken chapter in my life." Dia memiliki paras cantik, tatapan matanya tajam dan membunuh. Ada ribuan pertanyaan kala menatap manik mata indahnya. Dia Qinar, gadis dengan segala kemisteriusan dalam hidupnya. Dia adalah salah satu dari rib...