Aku menyukai pertemuan, tapi aku benci perpisahan. Kala aku sudah terlanjur sayang, mengapa harus kehilangan?
***
Satu minggu setelah kepergian Arga, Qinar kembali melakukan aktivitasnya seperti biasa. Tetapi sikap dan perilakunya tidak seperti biasa. Semenjak ia kehilangan segalanya, ia lebih banyak diam saat disekolah maupun dirumah. Bahkan, jarang sekali dirinya mengeluarkan suara, mungkin hanya sepatah dua patah kata dan itu pun seperlunya dan jika ia mau.
Tak banyak perubahan yang terjadi dalam diri Qinar, hanya saja gadis itu sering berhalusinasi jika ia sedang tidak melakukan aktivitas apapun, dan lebih banyak diam juga makin emosional.
Seperti saat ini, sejak tadi ia menggeram kesal karena suasana kelasnya yang biasanya tenang kini menjadi bising, membuatnya tidak fokus mengerjakan soal Fisikanya. Ia yang terlampau kesal pun akhirnya berdiri dan menatap nyalang kearah siswa siswi yang ada didalam kelas. Beberapa dari mereka sempat beradu tatap dengannya namun segera berpaling karena takut ditatap lebih lama oleh gadis itu.
"SHIT UP!" Dan Qinar mengeluarkan suaranya dengan lantang hingga membuat beberapa murid terlonjak kaget.
Seketika hening, suasana kelas yang tadinya ramai melebihi pasar bubar, kini menjadi hening dan sepi hanya karena dua kata yang dilontarkan Qinar. Ada yang menelan ludahnya susah payah dan ada yang hanya menunduk karena takut. Sedang, Valdo ia malah memerhatikan Qinar dengan raut wajah yang sulit diartikan.
Detik berikutnya, Qinar mengemasi buku bukunya dan membawanya keluar dari kelas. Ia berjalan cepat menuju ruang perpustakaan dengan raut wajah yang datar tanpa ekspresi. Beberapa siswa siswi yang lalu lalang tak berani menatap Qinar dan sedikit menjauh saat mereka tak sengaja berpapasan dengan cewek itu, dengan alasan karena takut.
Entah mengapa perubahan yang terjadi dalam diri Qinar, membuat ia semakin ditakuti oleh teman sekolahnya, seakan dirinya adalah mahluk halus, hantu atau semacamnya yang patut untuk dijauhi dan ditakuti. Tetapi bagi dirinya itu sama sekali tak ada gunanya, ia tetap menjadi dirinya sendiri dan tak perduli akan penilaian orang lain terhadapnya.
Sesampainya di perpustakaan tak sengaja ia berpapasan dengan Erren, Qinar memberikan tatapan tajamnya pada cewek itu yang langsung disambut dengan hal yang sama oleh Erren, berbeda dengan Mareta yang justru menunduk karena takut.
Penghuni perpus yang tadinya tenang, kini mereka dibuat resah dengan kedatangan gadis berambut panjang yang menjuntai hingga punggung dan setengah menutupi wajahnya.
Qinar meletakkan bukunya dan mulai duduk disebelah cewek berkuncir kuda dengan kaca mata yang ia kenakan. Cewek itu menatap Qinar yang tampak tenang mengerjakan tugasnya.
"Qin- nar?" gumam cewek itu sembari memalingkan wajahnya dari Qinar, ia tampak takut saat menatap wajah Qinar disebelahnya.
Dan ternyata Qinar mendengar gumaman dari cewek disebelahnya pun menoleh dan pandangan mereka beradu. Dania membenarkan letak kaca matanya sembari berusaha menetralkan detak jantungnya.
Qinar memberi tatapan seolah bertanya 'apa' tapi yang ditatap justru malah seperti orang melihat hantu, dan Dania langsung pergi begitu saja.
Tanpa sengaja, Dania bertemu dengan Valdo dipintu masuk perpustakaan. Tatapan mereka sempat bertemu, hingga Dania memutuskan untuk menjauh dari Valdo ketika cowok itu hendak membuka suaranya. Valdo bingung dibuatnya, hingga ia pun berjalan menyusul Dania.
"Dania! Tunggu!" Valdo berlari kecil menghampiri Dania dan menyamakan langkahnya dengan cewek itu. "Tolong berenti sebentar, Dan, gue mau ngomong."
KAMU SEDANG MEMBACA
My World (Complete)
Teen Fiction"The unspoken chapter in my life." Dia memiliki paras cantik, tatapan matanya tajam dan membunuh. Ada ribuan pertanyaan kala menatap manik mata indahnya. Dia Qinar, gadis dengan segala kemisteriusan dalam hidupnya. Dia adalah salah satu dari rib...