Aku tak pernah berharap untuk dianggap ada oleh mereka. Cukup berharap dihargai saja oleh mereka.
***
Usai praktek biologi, para murid kelas XI IPA 1 tidak ada yang ke kelas, kebanyakan dari mereka yang langsung menuju kantin. Karena praktek boilogi tentang ekosistem dan mereka harus keliling sekolah hanya untuk mencari beberapa tumbuhan untuk dijadikan bahan praktek, membuat tenggorokan mereka kering dan ditambah terik matahari yang membakar kulit.
Begitupun juga dengan Qinar, saat ini gadis itu pun tengah berjalan dengan buku biologi juga novel yang ada ditangannya. Jujur, ia memang sangat malas jika harus berurusan dengan kantin. Tetapi, mau bagaimana lagi ia tak membawa bekal juga tak membawa minuman dan ia menyerah jika harus menahan lapar.
Sesampainya dikantin, ia lega karena kantin sudah tidak terlalu ramai orang. Ia pun langsung pergi memesan satu porsi nasi goreng dan juga jus mangga kesukaannya. Setelah memesan ia pun langsung menuju tempat duduk dipojok depan sebelah kanan seraya membaca novelnya.
Dari kejauhan, dua siswi tengah memerhatikan Qinar dengan lekat. Seperti ada dendam dari kedua sejoli itu saat menatap Qinar. Mereka adalah Mareta dan Erren.
"Tuh orangnya, Kak, mending sekarang aja Kakak samperin terus bully aja dia," usul Mareta yang langsung ditoleh oleh Erren.
"Kita berdua, jangan gue aja."
Mareta memberikan cengiran kudanya. "Gue gak berani, Kak."
Erren memutar bola matanya malas. Ia pun berjalan menuju meja Qinar dengan segelas cup susu cair yang ada ditangannya juga tepung yang sudah ia siapkan. Entah apa yang akan dilakukan oleh cewek itu dengan kedua bahan tersebut.
Tatapan para pengunjung kantin mengarah pada Erren yang saat ini sudah berada dibelakang Qinar yang tengah membaca bukunya. Mereka semua menganga melihat perlakuan Erren yang secara tiba-tiba menumpahkan susu dan tepung tersebut secara bersamaan diatas kepala Qinar.
Qinar tetap diam dan tenang, untungnya ia masih mengenakan kupluk hoodie nya sehingga melindunginya dari tumpahan susu. Erren berjalan didepan Qinar dan merampas novelnya. Cewek itu menatap Erren tajam, mengisyaratkan untuk tidak mengganggunya. Tetapi Erren tetaplah Erren yang keras kepala dan kejam.
Tangan Erren meraih gelas yang berisi jus milik salah satu siswi dan langsung menyiramkan ke wajah Qinar. Cukup! Kesabaran Qinar sudah habis, ia seperti tidak dihargai disini. Qinar berdiri seraya membuka penutup hoodie nya dan berjalan mendekat kearah Erren yang tampak tidak takut sama sekali.
"Gimana sama permainannya, Qinar? Seru, kan?" kata Erren seraya tersenyum penuh kemenangan kearah Qinar.
Dengan tatapan tajam, Qinar berjalan mendekat pada Erren. Kini mereka menjadi pusat perhatian oleh para pengunjung kantin, seolah mereka adalah tontonan gratis saat ini.
Erren tertawa remeh. "Apa yang mau lo lakuin sekarang? Lo pikir setelah apa yang lo lakuin sama gue waktu itu gak da balasannya?! Semua ada balasannya!"
Qinar mendorong bahu Erren hingga cewek itu hampir terjatuh jika tak ada Mareta yang tiba-tiba datang dan menahan tubuhnya.
"Kurang ajar!" sentak Erren berjalan menghampiri Qinar dan hendak menamparnya tapi tangannya sudah ditahan oleh gadis itu.
Dipelintirnya tangan Erren kebelakang hingga membuat cewek itu meringis kesakitan, Qinar langsung merampas bukunya kembali. Tanpa diduga, Qinar mendorong punggung Erren kuat hingga jatuh tersungkur.
Mareta yang melihat itu tak bisa tinggal diam. Dengan keberanian yang ada, Mareta meraih sebuah gelas dan hendak ia lemparkan pada Qinar, tapi tangannya sudah ditahan oleh cewek itu hingga Erren bangkit dan langsung menjambak rambut Qinar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My World (Complete)
Teen Fiction"The unspoken chapter in my life." Dia memiliki paras cantik, tatapan matanya tajam dan membunuh. Ada ribuan pertanyaan kala menatap manik mata indahnya. Dia Qinar, gadis dengan segala kemisteriusan dalam hidupnya. Dia adalah salah satu dari rib...