Duapuluh Enam

1K 81 3
                                    

Ada berjuta amarah yang ku simpan, agar murka tak akan tumpah kemana mana.

***

"JANGAN SEBUT DIA ADIKMU! KARENA DIA BUKAN ADIKMU DAN DIA JUGA BUKAN ANAKKU!"

Seketika semua dunia Qinar seakan hancur dan seketika pula ia bagai dihantam beribu godam yang akhirnya membuat jiwanya mati seketika.

Hening.

Arga menatap Yudha tak percaya, sedang Qinar hanya diam mematung dengan tatapan kosong yang lurus kedepan. Seakan bumi berhenti berputar kala ia mendengar ucapan yang menyakitkan dari Ayahnya.

"Ayah! Udah cukup!" murka Arga dengan wajah yang sudah merah padam. "Apa maksud Ayah bilang seperti itu?! Cukup Ayah marahin Qinar dan jangan pernah bilang dia bukan anak Ayah!"

Yudha yang kini pun wajahnya tak kalah garang dari anaknya menatap Arga dengan tajam. "Ini fakta, Arga! Dia bukan anak Ayah dan juga Ibumu! Dan dia juga BUKAN ADIK KANDUNG KAMU!"

"Lantas, aku anak siapa?" tanya Qinar dengan suara gemetarnya. Air matanya kini pun telah membanjiri pipinya. "Kenapa Ayah bilang aku bukan anak Ayah?"

"Karna kamu memang bukan darah dagingku!" tegas Yudha tanpa rasa iba sedikitpun. "Saras gak pernah melahirkan anak perempuan."

Arga menggeleng kuat saat Qinar beralih menatapnya. "Ayah, jangan bilang seperti itu."

"Itu kenyataannya!"

Enam belas tahun yang lalu....

Hari itu, tepat tanggal 20 November 2004 adalah hari ulang tahun gadis kecil dari keluarga Pramudya yang ke satu tahun. Rachella Jizca Pramudya, anak kedua dari keluarga Pramudya.

"Kita kemana?" tanya gadis kecil dengan wajah polos namun tanpa senyum itu pada Wira.

"Papa akan bawa kamu ke suatu tempat dimana kamu akan bahagia disana, dan itu kado ulang tahun kamu," jelas Wira seraya mengacak lembut kepala putrinya.

Gadis yang sering dipanggil Rachel yang terbilang masih sangat kecil karena usianya yang baru menginjak satu tahun itu, namun sudah pandai berbicara. Meski begitu, Rachel tak pernah bisa tersenyum ataupun tertawa. Wira terlihat sangat menyayangi anaknya itu, tetapi dalam hati ia ingin sekali jauh jauh dari gadis kecil yang tak berdosa itu.

"Mama?" tanya gadis kecil itu dengan suara khas nya.

Wira tersenyum paksa kearah gadis kecil itu, "Mama akan Papa jemput nanti setelah menghantarmu."

Setelahnya tak ada suara lagi diantara mereka, Wira pun segera menjalankan mobilnya menuju suatu tempat yang hanya dirinya yang tau.

Beberapa saat kemudian, mereka tiba disebuah rumah kecil dengan halaman yang cukup luas. Wira turun dari mobilnya seraya menggendong Rachel.

Tok! Tok! Tok!

Tak butuh waktu lama, pintu rumah terbuka dan menampilkan sosok lelaki dan juga wanita yang tengah menggendong anak kecil yang berusia sekitar empat tahun.

"Masuklah, ada apa, Wira? Tumben sekali kamu datang bersama anak kamu?." kata lelaki tersebut seraya mempersilahkan Wira masuk ke rumahnya 0.

Wira pun duduk disofa setelah lelaki itu mempersilahkan nya untuk duduk. Ia menahan napasnya sejenak sebelum akhirnya ia pun berkata, "Maaf sebelumnya, aku mengganggu kalian. Aku kesini ingin menitipkan anak gadis ini pada kalian karena aku dan Hera sudah tak bisa mengurusnya lagi."

My World (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang