Empat

2.5K 122 0
                                    

Begitu sulit ia menarik perhatian seseorang sampai harus berusaha menjadikannya yang utama, hingga ia lupa jika dirinya pun perlu diperhatikan.

***

Suara riuh para siswa siswi diluar, dapat Qinar dengar dari dalam ruangan yang lengkap dengan alat musik itu. Tetapi, bukannya keluar dan ikut melihat apa yang terjadi, gadis berkuncir kuda itu malah tetap asyik menghafal rumus gitar yang tengah ia pelajari sekarang.

Seperti yang sudah dikatakan sejak awal, kalau gadis yang bernama Qinar itu sangat tidak perduli dengan keadaan sekitar. Kedua alisnya tiba tiba menaut saat melihat dari balik tirai jendela, gerombolan siswa siswi yang berada diluar entah apa yang mereka kerubungi itu bak semut yang mengerubungi gula.

Jika gorden jendela itu tidak setengah terbuka, mungkin saja Qinar akan tetap tenang dan melanjutkan aktivitasnya. Ia meletakkan gitarnya dan berjalan ke arah jendela. Ia membuka lebar gorden jendela itu ingin tau apa yang sedang terjadi diluar.

Namun sia sia saja, ia tak bisa melihat apapun karena terhalang oleh gerombolan manusia itu. Ia menghela napasnya pelan dan berniat keluar dari ruang musik untuk melihat apa yang terjadi.

Baru saja tangan kanannya menarik knop pintu, tiba tiba saja ia merasakan sebuah cairan yang keluar melalui hidungnya. Segera ia menutup pintu kembali dan merogoh saku roknya mengeluarkan selembar tisu.

"Lagi?" gumamnya setelah ia mengelap hidungnya dengan tisu dan saat itu pula ia melihat tisunya terdapat noda merah disana.

Ia mendongakkan kepala serta memejamkan matanya agar darah yang keluar dari hidung Qinar segera berhenti karena ia benci mimisan dan ia pula benci dengan darah.

Setelah beberapa saat ia mendongakkan kepalanya, sedikit demi sedikit darah pun mulai berhenti keluar dari hidungnya. Ia pun menghela napasnya lega, kakinya kemudian membawanya untuk keluar dari ruangan tersebut.

"DISINI, GUE MAU NGUMUMIN SAMA KALIAN SEMUA!"

Teriakan lantang itu langsung menusuk diindera pendengaran Qinar kala ia sudah keluar dari ruangan tersebut. Kakinya berjinjit berusaha melihat apa yang terjadi dilapangan karena ia terhalang oleh kerumunan para murid disana.

"HARI INI, DETIK INI, JAM INI, DAN PADA TANGGAL INI JUGA. GUE, EDGAR PRAMUDYA SUDAH RESMI MENJADI PACAR DARI ERREN VELLIA KHARISMA!!"

Tepukan meriah dan siulan dari para siswa siswi membuat si cowok itu tersenyum senang dan bangga. Sudah dipastikan cewek yang bernama Erren kini pipinya sudah semerah kepiting rebus ketika melihat cowok itu terang terangan menembakanya didepan umum.

Meskipun tak memakai mikrofon, suara lantang nan keras dari cowok yang bernama Edgar itu begitu menggema diseluruh penjuru sekolah dan membuat para guru yang tengah rapat harus keluar melihat apa yang dilakukan siswa badung itu kini.

Setelah mendengar apa yang dikatakan cowok itu ditengah lapangan, Qinar tak lagi berminat melihat tontonan yang bahkan tak bisa dikatakan tontonan itu. Baginya itu sangatlah tidak penting. Ia pun akhirnya memutuskan untuk beranjak dari sana.

"Kayaknya sia sia aja, Za usaha gue buat dapetin hatinya si Erren. Gue udah kalah telak kali ini, Za," keluh Valdo sambil tersenyum hambar.

Qinar yang sempat berjalan mendahului mereka pun tak sengaja mendengar ucapan Valdo. Namun gadis itu tetaplah acuh dengan segala keadaan. Tetapi tidak untuk cowok itu, entah mengapa ia selalu fokus pada gadis itu setiap matanya menangkap sosok Qinar dimana pun berada.

"Qinar!!" seru Valdo tanpa menyusul langkah Qinar.

Sang empu yang dipanggil langsung menoleh dengan tatapan mata tajamnya yang menciutkan nyali setiap orang yang menatapnya. Seperti yang Valdo rasakan saat ini apalagi Firza tak perlu kalian tanyakan seberapa takutnya dia.

My World (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang