Lima Puluh

1.4K 62 6
                                    

Dan akhirnya selalu ada batas untuk setiap perjalanan, selalu ada kata selesai untuk setiap yang dimulai.

***

Mengingat cerita dari Firza waktu itu, membuat Valdo miris sendiri dengan kehidupan Qinar. Sebegitu kejamnya dunia pada gadis itu hingga tak mengijinkannya bahagia.

Jika saja dunia tidak bisa membahagiakan Qinar, mungkin dirinya bisa. Jika dia hadir sejak lama mungkin sampai sekarang pun cowok itu bisa melindungi Qinar dan membuatnya bahagia.

Semenjak kejadian itu Qinar tidak pernah lagi berbicara kepada siapapun, bahkan hanya sekedar menyapa. Ia menjadi gadis misterius, dingin dan memiliki tatapan yang menakutkan tak jarang jika banyak anak yang menjauhinya dengan alasan takut.

Valdo membuka novel milik Qinar yang memang sudah seminggu lebih belum ia kembalikan. Ia meraih polaroid yang berada didalam buku tersebut dan penglihatannya jatuh pada gadis berambut sebahu dengan wajah pucat dan ekspresi yang tidak dapat digambarkan.

Dibaliknya foto itu dan ia menemukan sebuah tulisan my family disana. Ia tidak menyangka keluarganya sendiri pun belum bisa menerima gadis itu sampai sekarang, kecuali ibunya sendiri.

"Do?!"

Valdo buru buru mengembalikan foto itu dan menutup novel tersebut ketika tiba tiba saja Firza datang dengan napas terengah engah. "Lo kenapa? Kayak abis dikejar setan?"

Firza menghampiri Valdo dan duduk didepan cowok itu, tengah sibuk mengatur napasnya. "Ini lebih parah dari sekedar dikejar setan."

Valdo berdecak. "Berlebihan banget lo, apaan emang?"

"Asal lo tau aja, si Tamara ada disekolah sama Erren dan Erren gak berenti buat bully Qinar terus terusan," jelas Firza singkat.

Valdo menautkan kedua alisnya. "Beneran? Kok bisa sih Tamara balik lagi?"

Firza mengedikkan bahunya. "Tapi aura nya Si Tamara sekarang beda tau gak?!"

Gue harus cepet cepet temuin Qinar.

Valdo langsung berlalu begitu saja meninggalkan Firza yang masih kebingungan dengan perilaku Valdo belakangan ini. Ia merasa ada yang disembunyikan oleh sepupunya itu.

"Ada aja sekarang yang disembunyiin sama tuh anak. Gue mesti cari tau nih." Firza pun segera menyusul Valdo secara diam diam.

Sedang dilain tempat, Edgar tengah gelisah sendiri. Ia memikirkan tentang Tamara, ia takut jika rahasianya akan terbongkar.

Ia menduduki gazebo yang berada ditaman sekolahnya dan mengusap wajahnya kasar. "Sialan, gimana si Tamara bisa balik lagi sih?"

Edgar sudah bisa menebak bagaimana nanti jadinya. Dan lambat laun, Tamara pasti akan menceritakan semuanya yang telah terjadi meskipun dulu ia pernah mengancamnya.

"Kalau sampai Tamara cerita semuanya, berarti dia main main sama ancaman gue!"

Saat itu suasana di rumah sakit amatlah sepi karena jam yang menunjukkan pukul satu dini hari. Edgar berjalan dengan santai menuju kamar rawat inap Tamara.

Dengan perlahan, ia membuka pintu yang bertuliskan VIP Teratai 01B itu tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Ternyata Dewi Fortuna berrpihak padanya, suasana kamar Tamara sepi padahal pukul sekian tapi sama sekali tidak ada yang menjaga cewek yang tengah terbaring lemah dibrangkar itu.

Edgar masuk begitu saja hingga langkah kakinya menimbulkan suara sehingga Tamara yang mulanya terlelap kimi terjaga dengan mulut yang menganga saat melihat kedatangan cowok yang terlihat mengerikan di matanya itu.

My World (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang