Empatbelas

1.3K 74 2
                                    

Kata ku, abaikan rasa sakit itu atau jika tidak, kau tidak akan merasa bahagia.

***

Setelah insiden kemarin saat Edgar yang meminta maaf kepada Qinar, hingga Edgar yang memutuskan Erren ditengah lapangan, kini menjadi perbincangan yang panas bagi para murid yang memiliki hobi ghibah. Apalagi berita putusnya hubungan Edgar dan Erren, sudah tersebar luas ke seluruh Atlantic.

Dari ujung gerbang dan hingga didepan kelasnya, yang Qinar dengar hanyalah perbincangan tentang Edgar dan Erren yang sudah putus hubungan. Juga, tentang dirinya. Dan mungkin hari ini yang menjadi perbincangan hangat di sekolah hanya tentang Edgar dan Erren.

Qinar yang sudah eneg dengan gosip mereka pun segera masuk ke kelasnya dan menyumpal telinganya dengan earphone.

"Ini nih, cewek yang bikin hubungan Kak Erren sama Edgar hancur!"

"Gak tau malu banget masih nunjukin batang hidungnya disini."

"Apalagi kemarin sebelum dia bikin hubungan Kak Erren hancur, dia nge-bully Kak Erren sampe dicakar lengannya sama dia, dan tau gak parahnya abis itu Kak Erren sama Mareta disiram pake jus."

"Yang bener? Emang ya, dari dulu cewek itu selalu bikin masalah."

"Ya gila aja, setelah Edgar minta maaf dengan lantang sama cewek introvert itu, pulangnya langsung mutusin Kak Erren gitu aja."

"Masa lo gak tau penyebabnya, ya dia lah!"

"Dasar, cewek gak tau diri!"

Qinar langsung menatap kearah mereka dengan tatapan tak suka membuat mereka menelan salivanya dan menundukkan kepala. Sekecil apapun suara mereka, selagi masih berada di dalam kelas, Qinar masih bisa mendengar saat mereka membicarakannya. Bukannya tak suka, tetapi malas mendengarnya.

Ia memutar bola matanya malas, kemudian menyumpal earphone ditelinganya. Sudah ia duga kalau Erren akan menyebarkan berita hoax dan melebih-lebihkan ceritanya. Padahal disini, Qinar yang jadi korban tetapi dia malah yang merasa tertindas. Tapi, Qinar selalu tak ambil pusing dengan itu semua, selagi ia bisa hidup tenang ia akan tetap diam dan masa bodoh dengan sekitar.

Hingga ia merasa mejanya ditabrak oleh seseorang, ia mendongak dan orang itu adalah Valdo. Qinar mengabaikannya dan fokus pada buku sketsa yang ada didepannya.

"Sorry, Nar, gue gak sengaja," kata Valdo meminta maaf.

Qinar tak bergeming, karena tak mendapat balasan, Valdo duduk dikursinya seraya mencebikkan bibirnya kesal. "Sakit, tapi tak berdarah."

Ia menoleh pada Firza yang tengah cekikikan tak jelas dibangkunya dan setelahnya, cowok itu mengejek Valdo. Dan sekarang Valdo baru paham kalau sejak tadi Firza memperhatikannya. Firza menunjukkan kepalan tangannya pada Firza yang langsung membuat Firza bungkam.

"Wah! Sketsa lo bagus banget," puji Valdo saat melihat gambaran sketsa wajah yang dibuat Qinar.

Valdo membalikkan kursinya menghadap Qinar dan mengamati kegiatan Qinar. Gadis itu diam saja melihat Valdo yang tengah menatapnya, ia tak perduli dengan itu, ia menganggap Valdo tak ada. Beres.

"Permisi!"

Sontak, mereka yang ada dikelas pun langsung menoleh pada sumber suara. Tatapan aneh dapat dirasakan Dania saat melangkah masuk ke kelas tersebut. Dan ia tak heran.

"Ada apa, Dan?" tanya Firza.

Dania melirik pada Qinar. "Qinar dipanggil sama Bu Mira. Disuruh ke kantor sekarang."

My World (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang