Begitu sulitnya membuat seseorang percaya segala sesuatu tanpa adanya bukti. Lalu, bagaimana dengan akhirnya nanti?
***
Hari ini Qinar masuk sekolah seperti biasanya. Setelah ia keluar dari mobil yang mengantarnya ke sekolah, tak sengaja tatapannya bertemu dengan tatapan mata Valdo.
Qinar memutuskan kontak mata lebih dulu dan segera pergi menuju kelasnya. Tak jarang tatapan menusuk dari para siswa siswi yang berlalu lalang disekitarnya. Tapi jika Qinar membalas hal yang sama, nyali mereka akan menciut. Begitulah, diam diam mereka menatap benci pada Qinar.
Namun, ada satu orang disekitar sana yang sama sekali tidak menatapnya benci. Melainkan tatapan sendu dengan tatapan matanya yang damai, persis sewaktu pertama kali Qinar bertemu dengannya.
Seketika itu pula, langkahnya terhenti dan Qinar balas menatap cewek yang berada di kursi roda. Dan matanya beralih pada seseorang yang mendorong kursi roda tersebut, Erren.
Tapi Qinar tak memperdulikan Erren dibelakang cewek itu. Ia melangkah perlahan masih dengan menatap gadis yang wajahnya terlihat pucat itu. Dia masih sama dan tidak pernah berubah, tatapannya yang sejuk dan menenangkan. Tak pernah Qinar lupakan hal itu.
"Tamara," lirih Qinar setelah ia berdiri tepat didepan gadis itu.
Gadis yang Qinar kenal sebagai Tamara itu, perlahan meneteskan air matanya dan tersenyum manis pada Qinar. Seketika itu pula, Qinar tak bisa membohongi perasaannya kalau ia merindukan sosok Tamara. Teman yang paling mengerti keadaannya dan dirinya.
"Stop it!" Erren berseru keras hingga membuat lalu lalang siswa siswi berhenti dan menyaksikan drama kedua gadis itu.
"Qinar! Don't touch him! Lo bisa melukainya untuk yang kedua kali," ujar Erren tajam setelah ia berhasil melepas pelukan mereka.
Semua siswa siswi pun tahu akan permasalahan yang pernah menimpa Tamara dan juga Qinar. Tak heran jika mereka terang terangan membicarakan keduanya dan melempar tatapan tajam pada Qinar tanpa sepengetahuan cewek itu.
Dan tanpa sepengetahuan Tamara dan Qinar pula, tak jauh dari mereka berdiri Dania yang saat ini tengah menatap sendu. Ingatan kembali terputar di otakmya dan saat itu pula ia tak pernah menganggap Qinar siapapun dalam hidupnya.
"Kalian semua tahu cewek ini?!" Erren berseru sembari menunjuk Qinar. Sontak saja seluruh murid yang kini tengah mengerumuninya langsung bersorak heboh.
"Dia kan dulu yang pernah hampir nyelakain Tamara," sahut salah satu siswi centil dengan nada bicara yang ia buat buat.
Seluruh murid langsung menyoraki bahkan menghujat Qinar, tapi gadis itu tak bergeming dan kini menunduk menatap iris mata hitam milik Tamara yang juga tak pernah lepas darinya.
Tapi tiba tiba saja keseimbangan Qinar hilang hingga ia kini sudah terduduk di lantai bertumpu pada kedua lututnya akibat dorongan keras dari Erren.
"Cewek kayak lo harusnya udah di DO dari sekolah sejak dulu!" sentak Erren dengan kesal.
Erren pun berjongkok didepan Qinar yang masih pada posisinya. "Sampai kapan pun gue bakal terus ingat kalau lo pernah bikin Tamara celaka sampai bikin dia trauma."
"Gue bawa dia kesini bukan buat lo, tapi buat ngingetin kalau dia adalah orang yang pernah lo bikin celaka agar semua orang tau kalau lo cewek yang patut dijauhi," lanjut Erren membuat hati Qinar remuk mendengar ucapannya.
Qinar tetap diam mematung ditempatnya dan menatap Tamara. Erren yang mengetahui hal itu, sesegera mungkin menjauhkan adiknya dari Qinar.
Jika hari itu tidak terjadi mungkin tak akan pernah saling dijauhkan seperti ini. Dunia memang terlalu kejam bagi Qinar, hingga ia harus kehilangan apapun yang pernah menjadi miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My World (Complete)
Teen Fiction"The unspoken chapter in my life." Dia memiliki paras cantik, tatapan matanya tajam dan membunuh. Ada ribuan pertanyaan kala menatap manik mata indahnya. Dia Qinar, gadis dengan segala kemisteriusan dalam hidupnya. Dia adalah salah satu dari rib...