Tiga

2.8K 149 0
                                    

Mereka tak memahami ku, tapi jika aku memahami mereka, mereka lebih tak memahami ku.

***

Pagi pagi sekali Qinar sudah siap dengan seragam OSIS yang melekat ditubuhnya karena ia ingat hari ini ada upacara memperingati 17 Agustus, untuk itu ia mempersiapkan dirinya lebih awal agar tak terlambat mengikuti upacara.

Qinar berjalan kearah meja riasnya dan mulai menguncir rambutnya membentuk ekor kuda. Tanpa memoles bedak sedikitpun pada wajahnya ia tampak terlihat begitu berseri karena bantuan kulit wajahnya yang putih pucat bak snow white.

Tangannya beralih meraih lip tint dan mulai memoleskan pada bibir merahnya. Selesai melakukan aktivitasnya ia kembali memperhatikan penampilannya lewat pantulan cermin full body. Dirasa sudah cukup, Qinar pun langsung meraih tasnya dan keluar dari kamarnya dan menuju ruang makan untuk sarapan.

"Pagi, Qinar!" sapa Arga ramah kepada Qinar yang hanya dibalas anggukan singkat oleh gadis itu.

Qinar mengambil duduk di sebelah kakaknya. Ia menatap ke sekeliling mencari seseorang. Biasanya yang paling awal duduk dimeja makan adalah ayahnya, tapi sekarang ia tak melihat Yudha ada disini bersamanya.

"Ayah sarapan di ruang kerja, dia masih harus lanjutin kerja kemarin, karena kata Ayah harus kejar target," kata Arga seolah tau apa yang dipikirkan oleh adiknya.

Qinar hanya mengguk mengerti dan ia pun memulai aktivitas sarapannya dengan tenang.

"Arga, Qinar, Ayah berangkat kerja dulu. Ga, nanti jangan lupa jemput adikmu pulang ya setelah kuliah," sahut Yudha yang tiba tiba keluar dari ruang kerjanya.

"Ayah gak sarapan?" tanya Qinar memastikan.

Yudha menghampiri kedua anaknya dan mengelus kepala Qinar, "Ayah udah bawa bekal buat sarapan dikantor."

Qinar menganggukkan kepalanya singkat. Arga menatap ayahnya, "Tadi Ayah bilang akan berangkat kerja jam sembilan pagi, tapi kenapa jam enam kurang Ayah mau berangkat?"

"Mendadak Ayah dapat telpon dari kantor katanya banyak naskah yang belum diedit sama sekali dan juga banyak naskah yang baru saja dikirim dan Ayah juga harus melakukan revisi untuk naskah baru," jelas Yudha yang diakhiri dengan helaan napas panjang.

"Yaudah kalau gitu hati hati ya, Yah, dan tetap semangat jangan lupa berdoa," ujar Arga menyemangati Ayahnya.

"Pasti."

Setelah Yudha berpamitan dengan kedua anaknya, barulah ia segera berangkat ke tempat kerjanya. Arga menatap Qinar yang sedaritadi terus menatap punggung Ayahnya yang semakin menjauh. Tatapan sendu Qinar dapat dibaca oleh Arga meski Qinar menyembunyikannya lewat tatapan tajamnya.

"Kakak tau kamu kasian sama Ayah, dan Ayah bekerja keras demi kita berdua," Arga mengacak pelan rambut Qinar, "ayo berangkat sekarang, nanti kamu telat."

Qinar menghela napasnya pelan sebelum ia akhirnya menyusul Arga yang lebih dahulu keluar rumah.

"Nanti pulang sore," ucap Qinar seraya menutup pintu mobil.

Arga menyalakan mesin mbolinya dan mulai menjalankannya menuju sekolah Qinar. "Bukannya emang pulang sore terus ya? Hari ini jam berapa emang?"

My World (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang