Kalo matematika ada rumus, akankah menarik perhatian mu pun perlu rumus?
***
Suasana tenang dan senyap seperti inilah yang disukai Qinar. Suasana kelas yang selalu tenang saat jam pelajaran Matematika, bukan karena malas dengan pelajaran, tapi dengan alasan tengah ada ulangan Matematika dadakan yang dilaksanakan dikelas tersebut. Bagi mereka ulangan dadakan mah enteng.
Jika dikelas lain mereka akan bermalas malasan, sibuk mencari jawaban, maka dikelas ini tidak. Seratus persen semua murid kelas IPA 1 tak pernah mengeluh dan mengerjakan soal dengan tenang tanpa bising. Tak ada sejarahnya kelas tersebut malas dalam segala mapel, bahkan Matematika sekali pun.
Sama halnya Qinar, gadis itu tampak sangat santai namun fokus saat mengerjakan soal. Gadis yang sering disebut anti sosial itu memang tak pernah yang namanya bermalas malasan dalam mengerjakan soal, apalagi soal ulangan.
Dengan teliti ia menuliskan rumusnya diatas lembar jawab, tanpa ada kesulitan dan memang tak heran jika dia selalu mendapat peringkat satu dikelas karena kepintarannya dalam mengerjakan berbagai soal. Tapi, jika ia disuruh ikut olimpiade Matematika ia selalu menolak, entah apa alasannya.
Ia menghentikan aktivitasnya sejenak, ia merasakan seperti ada yang memerhatikannya sejak tadi. Ia mengalihkan pandangannya dari kertas yang ada di mejanya dan beralih menatap bangku didepannya. Sejak tadi Valdo memperhatikannya. Valdo yang ketahuan telah mencuri pandang dari Qinar langsung gelagapan begitu ia melihat Qinar yang menatap tajam ke arahnya. Tak memperdulikan itu, Qinar pun kembali fokus pada pekerjaannya.
Kringg!!
"Baiklah, sekarang kumpulkan lembar jawab kalian dan setelah itu kalian boleh istirahat," kata Pak Novan selaku guru mapel Matematika.
Setelah semua siswa mengumpulkan hasil pekerjaan mereka ke depan, barulah Qinar yang terakhir mengumpulkannya.
"Qinar, boleh bantu saya?" pinta Pakai Novan dan diangguki singkat oleh Qinar. "Bawakan buku paketnya ke perpustakaan. Makasih ya, Qinar."
Tanpa menunggu apapun, Qinar langsung membawa setumpuk buku itu keluar dari kelas. Tiba-tiba ia melupakan ponselnya yang tertinggal dikelas. Biarlah, lagipula perpus dengan kelasnya kan tidak jauh.
Setelah menaruh buku itu dirak yang sudah disediakan, Qinar sempat mencari-cari buku untuk ia baca kali ini. Kemudian, matanya terpusat pada sebuah buku usang yang sepertinya buku lama. Ia mengambil buku tersebut dan membaca judul buku tersebut.
'Catatan Akhir Sekolah'.
Qinar yang penasaran dengan isi buku itu pun langsung mengambil buku tersebut dan membawanya ke kelas. Sesampainya dikelas ia mengambil ponselnya dan berjalan keluar menuju taman belakang sekolah.
Langkahnya terhenti saat melihat taman belakang sekolah terdapat empat siswa laki-laki yang tengah membersihkan taman, dan menyirami tanaman? Dan Qinar baru sadar kalau mereka adalah empat cowok yang kemarin tengah berkelahi digudang. Tatapan matanya sempat bertemu dengan Valdo, Qinar seperti biasa dengan tatapan tajamnya dan Valdo yang mati-matian menguatkan nyalinya. Hingga Valdo yang memutuskan kontak mata terlebih dahulu. Qinar pun mengurungkan niatnya yang hendak ke sana dan beralih pergi ke tempat lain.
Edgar menyunggingkan senyum devilnya saat melihat kepergian Qinar. "Awas lo."
Seperti ada dendam kesumat dalam diri Edgar saat melihat Qinar. Entah mengapa juga Edgar sangat membenci gadis macam Qinar, semenjak Qinar yang mempermalukan Erren waktu itu, semenjak hari itu juga Edgar mulai membenci Qinar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My World (Complete)
Teen Fiction"The unspoken chapter in my life." Dia memiliki paras cantik, tatapan matanya tajam dan membunuh. Ada ribuan pertanyaan kala menatap manik mata indahnya. Dia Qinar, gadis dengan segala kemisteriusan dalam hidupnya. Dia adalah salah satu dari rib...