Tigapuluh Satu

1K 61 0
                                    

Dan akhirnya, aku pun mulai sendiri. Kesendirian yang tak mengajarkanku arti apapun selain kepedihan yang membekas, iya segalanya hancur tak berbentuk. Termasuk hati.

***

Qinar mencengkeram kuat kepalanya yang terasa pusing. Jalannya pun sudah sempoyongan seperti tak bertenaga sedikitpun. Hingga ia pun berdiri didepan pintu UKS yang masih terbuka, tanpa pikir panjang ia masuk kedalamnya dan mengunci pintunya dari dalam.

Ia tak ingin langsung berbaring, ia hanya ingin duduk dan minum obat yang sudah disediakan disana untuk menetralisir rasa sakit dikepalanya. Setelah beberapa saat mencari obat yang ia butuhkan, ia pun menemukannya dan segera menelan kapsul tersebut.

Dan obat itu bekerja sangat cepat hingga rasa sakitnya pun sedikit mereda. Qinar membuang napas berat dan mengusap wajahnya kasar. Kali ini ia yakin tak akan bisa lolos dari guru BP. Namun ia masih mengesampingkan hal tersebut dan memilih untuk berbaring di ranjang.

Tok! Tok! Tok!

"Siapa didalam?" kata seseorang dari luar ruangan yang masih bisa Qinar dengar.

Qinar tak mempedulikan ketukan tersebut, hingga ia mendengar suara kunci yang terbuka dan tepat setelah itu seorang siswi yang ia tebak adalah penjaga UKS masuk. Kunci cadangan pasti ada pada siswi tersebut hingga sekarang sudah berada disini.

Siswi tersebut tampak terkejut saat mendapati Qinar yang sudah terbaring diatas ranjang. Siswi itu terus menundukkan kepalanya karena takut melihat wajah datar Qinar.

"Jangan takut," kata Qinar yang terdengar tegas ditelinga siswi dengan name tag Dania.

Siswi itu membenarkan letak kaca matanya dan menggeleng menanggapi ucapan Qinar. "Lo butuh sesuatu?" tanya Dania sembari menundukkan kepalanya.

"Gak!" balas Qinar.

Dania yang tipenya adalah cewek gugup dan terkejut, ia langsung mendongak menatap Qinar dan matanya agak melebar ketika melihat darah yang mengalir disalah satu lubang hidung Qinar.

"Lo mimisan," ujar Dania cepat. Dania langsung menghampiri Qinar dan mengambil kapas dari kotak P3K yang ia bawa. "Bentar gue bantu—"

"Gak." Qinar merampas kapas yang ada ditangan Dania dan mengelap sendiri darahnya seraya mendongakkan kepalanya.

Dania semakin takut dibuatnya dan menundukkan kepalanya lebih dalam. "Biar gue buatin teh hangat buat lo." Dania pun berjalan menuju dapur secepatnya.

Qinar yang masih sibuk dengan aktivitasnya pun tak merespon ucapan Dania. Dan ia kembali meneguk air putihnya hingga tandas. Mungkin ia kekurangan oksigen juga cairan hari ini, apalagi ia sama sekali belum makan dan makanannya sudah habis diinjak oleh Erren tadi.

"Qinar?"

Tanpa permisi, Valdo masuk ke UKS dan menghampiri Qinar. Raut wajahnya tampak khawatir, terlebih ketika ia mendapati hidung Qinar yang mengeluarkan darah.

"Lo gak pa-pa kan, Nar? Hidung lo mimisan." Terdengar nada khawatir dari ucapan Valdo barusan.

Qinar menepis tangan Valdo yang hendak mengelap hidungnya. "Bisa sendiri."

Beberapa saat kemudian Dania keluar dari dapur dengan membawa nampan berisi segelas teh dan juga obat untuk Qinar. Namun, langkahnya tiba tiba berhenti saat mendapati Valdo yang sudah ada disini.

Valdo ngapain kesini? Batin Dania.

"Dania? Kenapa bengong?!" kata Valdo membuyarkan lamunan Dania.

My World (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang