Tigapuluh Empat

954 52 0
                                    

Segalanya seakan direnggut dariku. Lalu sekarang apa lagi? Ataukah takdir yang menjadi target berikutnya?

***

"Beberapa jam lalu, sebelum gue nyusul lo kesini, Dania sempet nelfon gue. Dan lo tau apa yang dia bilang?" Firza berkata pada Valdo dan berusaha meyakinkannya.

Dan otak Firza kembali memutar kejadian beberapa jam lalu sebelum ia tiba di rumah sakit ini.

Firza bergegas mengenakan helmnya, dan ketika hendak menyalakan mesin motornya sesuatu yang ada dalam saku celananya bergetar. Ia merogoh sakunya dan mengeluarkan benda pipih miliknya yang tengah berdering dengan layar yang menampilkan nama Dania.

"Halo, Dan kenapa?" tanya Firza setelah ia menempelkan ponselnya ke telinga.

"Sori gue ganggu, Za," kata seorang cewek yang ada diseberang sana.

Firza terkekeh pelan dan menjawab, "Santai aja kali, Dan. Kenapa?"

"Lo sama Valdo gak sekarang?"

Firza sempat menimbang nimbang, jawaban apakah yang tepat untuk ia berikan pada Dania. Tak mungkin jika ia bilangnya kalo Valdo saat ini sedang tak bersamanya melainkan ada urusan lain.

"Emmm... Gue gak lagi sama Valdo, Dan. Kenapa emang?"

"Gimana ya, Za ngomongnya." Terdengar helaan napas panjang dari seberang sana membuat Firza bingung kenapa dengan Dania.

"Ngomong aja kali," pungkas Firza.

"Sebenarnya gue gak enak soal tadi pas disekolah, makanya gue mau ngajak dia makan bareng. Dan sekalian gue mau bicara penting sama dia," jelas Dania.

Kasian Dania, gue tau perasaan dia kek gimana sama Valdo. Batin Firza.

"Dan lo udah tau kan perasaan gue ke Valdo gimana? Udah dua tahun gue mendam ini, gue harap lo ngerti dan mau bantuin gue ya, Za," sambung Dania berharap temannya yang ada diseberang itu mau membantunya.

Firza bimbang, ia tak tau harus berkata apa pada Dania, mengingat tadi disekolah ia sempat memojokkannya. Dan iya! Dirinya juga tak tau sekarang Valdo berada dimana.

Firza menggaruk belakang kepalanya merasa bingung harus berkata apa. "Gimana ya, Dan? Lo kan tau Valdo orang kayak gimana jadi-"

"Iya gak pa-pa kalo lo gak bisa bantuin gue, Za," sambar Dania membuat Firza membelalakan matanya seketika.

"Eeeeh! Bukam gitu. Gini aja, gimana kalo gue susulin Valdo sekarang dan gue-"

"Gak usah, Za makasih. Lagipula gue udah mau balik juga. Soalnya udah petang," potong Dania lagi dan Firza masih setia mendengar lanjutan dari Dania setelah ia mendengar helaan napas dari cewek itu. "Gue cuman mau minta tolong sama lo, jangan bilang sama Valdo ya kalo gue sebenernya suka sama dia. Dan gue juga gak masalah dia mau deket sama siapa aja."

Firza merasa iba pada Dania, bagaimana tidak? Dua tahun cewek itu memendam rasa pada Valdo namun seseorang yang ditaksir sama sekali tak sadar akan hal itu. Mustahil jika pertemanan yang lama terjalin antara lawan jenis tak ada salah satu yang menyimpan rasa. Pasti selalu ada disalah satu pihak.

"Halo! Za, lo denger kan gue bilang apa?!"

"Halo! Firza?" panggil Dania sekali lagi karena tak ada sahutan dari si pemilik nama. "Za, lo masih disitu, kan?!"

Firza mengerjap beberapa kali setelah ia menyadari sesuatu. "Eh! Iya, Dan. Tapi gue gak janji ya."

"Hah? Maksud lo apa?"

My World (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang