Aku dan kamu itu seperti hujan dan teduh.
***
Qinar menyibakkan rambutnya ke belakang seraya menghela napasnya lelah. Ia melihat jam dinding yang terus berdenting sejak ia memasuki ruang musik tersebut berharap menemukan buku diary nya, tapi nyatanya nihil.
Dalam benaknya, siapa yang telah mengambil bukuny? Apa Pak Lukman si penjaga sekolah? Jika memang Pak Lukman sudah sejak tadi ia memegang nya dan bisa juga ia menanyakan pada dirinya, kan?
Ia pasrah, bukunya hilang tapi entah mengapa ia merasa kalau Valdo yang mengambil bukunya, tapi kan Valdo tidak masuk ke ruang musik, ah! Entahlah Qinar tidak tau siapa si pelaku yang telah mengambil bukunya itu.
"Jadi, ternyata Qinar saudara kandung lo?"
Qinar mengurungkan niatnya yang hendak keluar dari ruangan tersebut saat ia mendengar suara khas laki laki yang menyebut namanya. Rasa penasarannya mulai muncul, ia memberanikan untuk mengintipnya lewat jendela. Tanpa rasa terkejut ketika ia melihat Devan dan Edgar yang tengah berjalan beriringan.
"Edgar pasti udah cerita," gumam Qinar yang hanya dirinya yang mendengarnya.
"Iya, Qinar sodara gue. Dan satu sekolah ini cuman lo yang tau dan gue kasih tau. Para guru aja belum tau, syukur syukur jangan pernah tau. Soalnya bisa hancur reputasi gue."
Hati Qinar mencelos mendengarkan ucapan Edgar barusan. Memangnya ada apa dengannya hingga membuat Edgar begitu membencinya. Ia menajamkan indra pendengarannya dengan seksama saat Devan kembali membuka suaranya.
"Emang kenapa sih Qinar? Dia kan juga manusia, Gar. Saudara kandung lo lagi, gak kasian lo terus terusan benci dia sampe segitunya," komentar Devan yang membuat Edgar muak.
Cowok itu mendengus sebal sembari menggelengkan kepalanya. "Sama sekali gak ada rasa iba dalam diri gue. Dia yang udah bikin hubungan gue sama Mareta break."
"Yaelah cuman break, kan? Gak putus."
"Ya masalahnya kalo dia yakin gue gak ada apa apa sama Qinar, bakal balikan kayak biasa. Tapi kalo terbukti gue sama Qinar ada hubungan bisa putus gue sama dia. Apalagi gue sama Qinar ada hubungan darah," kata Edgar yang malas jika harus menyebut nama gadis itu.
Qinar tak habis pikir dengan jalan pemikiran saudaranya itu. Memangnya apa yang sudah ia lakukan pada hubungannya dengan Mareta. Entahlah! Qinar tak peduli dengan Edgar maupun hubungannya dengan Edgar. Qinar pun keluar dari ruangan tersebut setelah melihat kedua laki laki remaja itu semakin menjauh.
"Qinar?" gumam Devan sembari menatap kearah pintu gerbang bagian samping sekolah yang biasa dilewati oleh anak anak yang tidak membawa kendaraan.
Valdo melihat arah pandang Devan dan bertepatan dengan menghilangnya Qinar dari balik pintu gerbang yang kembali tertutup. "Siapa?"
Devan gelagapan, dan ia memilih diam dan tidak memberi tau sahabatnya kalau barusan ia melihat Qinar pulang sendiri. "Gak apa-apa, Gar."
"Boong lo kentara banget," komentar Edgar membuat Devan menaikkan sebelah alisnya.
"Ah! Masa?" gurau Devan sembari menaik turunkan alisnya yang membuat Edgar memutar bola mata malas.
"Gar, tunggu!"
Tak hanya Edgar yang menoleh pada pemilik suara tersebut, tapi Devan pun spontan ikut menolehkan kepalanya ke belakang yang sekarang sudah berdiri seorang Miko disana. Mood Edgar kian memburuk karena kedatangan Miko saat ini.
"Gar?!" Miko menahan lengan Edgar yang hendak menaiki motornya. "Kita bisa bicarain baik baik dulu, kan?"
"Gak bisa! Gue sibuk," tukas Edgar yang sama sekali tak tertarik dengan ajakan damai dari Miko.
KAMU SEDANG MEMBACA
My World (Complete)
Teen Fiction"The unspoken chapter in my life." Dia memiliki paras cantik, tatapan matanya tajam dan membunuh. Ada ribuan pertanyaan kala menatap manik mata indahnya. Dia Qinar, gadis dengan segala kemisteriusan dalam hidupnya. Dia adalah salah satu dari rib...