Mencari kesalahan diri sendiri tidaklah sulit, yang sulit adalah mengakuinya.
***
Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau bertemu dengan satu orang yang mengubah hidupmu untuk selamanya.
Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau terluka dan kehilangan pegangan.
Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau ingin melompat mundur pada titik-titik kenangan tertentu.
Maka, ikhlaskan saja kalau begitu. Karena sesungguhnya, yang lebih menyakitkan dari melepaskan sesuatu adalah berpegangan pada sesuatu yang menyakitimu secara perlahan.
Kringg!!!
Qinar menghela napasnya pelan, belum ada satu bab ia membaca novel baru yang ia beli kemarin, bunyi bel masuk sekolah sudah menghentikan aktivitas membacanya.
Novel dengan judul GARIS WAKTU, karya Fiersa Besari, adalah novel yang selama ini ia cari, novel yang berisi tentang sejuta perjuangan juga kisah tentang cinta tertuang dalam buku tersebut. Semua karya karya Fiersa Besari sangat Qinar sukai, begitu juga dengan lagu-lagunya.
Sesaat setelah bel berbunyi, guru pun masuk ke kelas Qinar. Dan ia baru ingat kalau hari ini ada praktik Biologi lagi, untuk yang kedua kalinya. Dan parahnya ia tidak membawa buku Biologi.
"Selamat pagi anak-anak!" sapa Bu Ajeng selaku guru mapel Biologi.
"Pagi, Bu!"
"Sesuai yang Ibu bilang minggu kemarin, hari ini kita akan melanjutkan praktik ekosistem. Jadi persiapkan keperluan kalian dan langsung menuju lab." Bu Ajeng pun terlebih dahulu keluar dari kelas dan menuju lab setelah itu diikuti siswa siswi lainnya.
Qinar berniat untuk pergi ke perpustakaan, tetapi langkahnya terhenti saat tiba-tiba Valdo menghadang jalannya. Qinar menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya.
Valdo pun mengulurkan buku paket Biologinya pada Qinar. "Gue tau lo gak bawa, nih pake punya gue aja."
Qinar menggeleng, ia pun hendak pergi ke perpustakaan namun langkahnya kembali dihadang oleh cowok menyebalkan itu. Ia mendengus kecil, tiba tiba Valdo memberikan buku itu ke tangan Qinar, mau tak mau Qinar menerimanya.
"Siapa yang ngunci lo kemarin?" tanya Valdo tiba tiba. Qinar diam dan hendak pergi namun ia urungkan saat ia mendengar Valdo kembali mengatakan sesuatu.
"Gue tau Edgar yang lakuin itu, karena waktu itu gue liat dia didepan ruang musik," katanya membuat Qinar mengerutkan dahinya bingung. "Lo tenang aja, habis ini liat apa yang bakal gue lakuin."
Setelah mengatakan itu, Valdo langsung pergi menuju perpustakaan untuk meminjam buku Biologi, mungkin. Qinar sebenarnya merasa bingung, mengapa Valdo se-perhatian itu padanya. Tapi setelah itu ia mengesampingkan hal tersebut dan kembali pada dirinya yang masa bodo.
Dan Qinar pun kembali melanjutkan langkahnya menuju laboratorium Biologi. Tetapi, tiba-tiba tubuhnya seakan kehilangan keseimbangan saat ia merasakan sesuatu yang menghalangi langkahnya. Qinar menatap tajam kearah cewek yang baru sama menjregalnya.
"Gimana? Enak kemarin dikunci diruang musik?" tanya cewek itu yang tak lain adalah Erren.
Seperti dugaannya, kalau Erren yang sudah menguncinya diruang musik. Ia tak heran dengan itu, mungkin insiden kemarin adalah bentuk dendam dari Erren padanya.
Erren melangkah lebih dekat kearah Qinar ketika kaki Qinar bergerak hendak menjauh darinya. "Lagian didunia ini masih ada ya orang yang perduli sama lo? Bodohnya minta ampun tuh orang nyelametin manekin hidup kayak lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My World (Complete)
Teen Fiction"The unspoken chapter in my life." Dia memiliki paras cantik, tatapan matanya tajam dan membunuh. Ada ribuan pertanyaan kala menatap manik mata indahnya. Dia Qinar, gadis dengan segala kemisteriusan dalam hidupnya. Dia adalah salah satu dari rib...