Rasa ingin memiliki itu selalu ada, tapi kalah dengan rasa sadar diri bahwa aku ini siapa.
***
Kedua kaki Edgar melangkah semakin cepat tatkala ia melihat seorang gadis yang ia cari sudah ada didepan mata. Tatapan matanya menajam, rahangnya mengeras dan kedua tangannya mengepal hingga buku buku jarinya memutih ketika melihat gadis tersebut tengah tertawa lepas dengan lawan bicaranya tanpa dosa.
Tanpa basa basi, Edgar menarik pergelangan tangan Erren dan menyentaknya begitu keras hingga membuat tubuh cewek itu terhuyung dan hampir bertemu dengan tanah jika ia tak menjaga keseimbangan.
Mata almond Erren menatap bingung kearah cowok yang saat ini sudah diselimuti kabut kemarahan. "Lo kenapa sih, Gar?"
Edgar berdecih keras, biarlah para siswa siswi yang melewati koridor menonton mereka saat ini, lagipula siapa peduli?
"Gak usah munafik lo jadi cewek! Sumpah, gue jijik sama lo, Ren! Baru kali ini lo ngelakuin hal yang bikin gue ilfeel sama lo!" Edgar menunjuk wajah Erren seraya menatapnya dengan marah.
Erren semakin bingung dengan maksud Edgar, dalam benaknya ia berpikir keras apa yang sudah ia lakukan hingga mantan kekasihnya itu sangat membenci dan marah padanya saat ini.
"Maksud lo apa sih, Gar? Gue gak ngerti?" Erren menggelengkan kepalanya dengan dahi yang berkerut bingung.
"Gara gara lo, gue dilabrak dan dihajar habis habisan sama Valdo!" bentak Edgar tak tanggung tanggung tepat didepan wajah Erren.
Alis Erren semakin mengerut bingung. "Terus apa hubungannya sama gue, Gar? Gak jelas, lo."
"Lo yang udah ngunci Qinar diruang musik kemarin, kan?"
Pertanyaan Edgar sukses membuat mulut Erren tertutup rapat. Ia mengalihkan perhatiannya dan tak berani menatap mata elang milik Edgar, membuat cowok itu tersenyum miring dan tertawa hambar.
"Udah gue duga lo bakal bisu!" kata Edgar seraya berkacak pinggang. "Lo gak mikir apa? Yang lo lakuin itu NGEBAHAYAIN NYAWA ORANG TAU GAK?!"
Erren tersentak saat mendengar bentakan keras Edgar didepan wajahnya. Lagi lagi ia akan dipermalukan oleh Edgar, memang belum cukup ia memutuskannya ditengah lapangan dan sekarang, ia membela Qinar dan menyalahkan nya didepan siswa siswi.
"Gak cukup apa waktu itu lo bully dia dikantin?!" sentak Edgar saat mengingat Qinar yang dibully habis habisan oleh Erren. "Apa ini bentuk dendam lo karena waktu itu dia ngelawan lo? Tapi emang pantes si lo dapet perlawanan dari Qinar, kalo gak lo semakin menjadi!"
"Kenapa lo diem? Bisu?!" sambung Edgar seraya mengguncang kedua bahu Erren.
Erren berusaha menyentak kedua tangan Edgar dan memberanikan diri menatap Edgar. "Iya! EMANG GUE YANG NGUNCI QINAR WAKTU ITU! KARENA GUE BENCI SAMA DIA!"
"Apa penyebab lo bisa sebenci itu sama dia? Gegara lo dipermaluin dikantin, kan? Itu gak seberapa sama bullyan lo ke anak anak lain, coba lo diposisi mereka?"
Erren menggelengkan kepalanya heran. "Entah guna guna apa yang Qinar kasih ke lo sama Valdo sampe bikin kalian lebih belain dia."
"Tutup mulut lo!" tukas Edgar.
"Kenapa?" tanya Erren seraya menyunggingkan senyum miringnya. "Apa jangan jangan lo juga suka sama cewek itu selain Valdo?"
"DIAM!" bentak Edgar tak terima.
Erren menyibakkan rambutnya ke belakang. "Gak guna tau gak sekarang gue ngejar ngejar lo lagi, apalagi sekarang selera lo rendah, karena masih ada banyak cowok yang ngantri buat jadi pacar gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
My World (Complete)
Teen Fiction"The unspoken chapter in my life." Dia memiliki paras cantik, tatapan matanya tajam dan membunuh. Ada ribuan pertanyaan kala menatap manik mata indahnya. Dia Qinar, gadis dengan segala kemisteriusan dalam hidupnya. Dia adalah salah satu dari rib...