Tigapuluh Lima

951 63 2
                                    

Satu harapanku saat ini, aku berharap setelah ini semua akan membaik.

***

Setelah Qinar dan Hera mendapat kabar dari Pak Rusli kalau Arga kecelakaan, mereka berdua langsung bergegas mendatangi rumah sakit dimana Arga dilarikan sekarang.

Qinar berjalan cepat dengan air mata yang berlinang membasahi pipinya. Hera menggenggam erat tangan Qinar dan menguatkan putrinya itu agar tetap tegar.

Ku kira setelah ini semuanya akan berakhir, nyatanya tidak. Semuanya tidak berakhir dengan begitu mudahnya. Tuhan memang pintar dalam menguji semua makhluk-Nya, dan yang ku tau Dia tak pernah menguji diluar batas kemampuan makhluk-Nya.

"Tante Hera?" Valdo datang dengan napas yang terengah engah dan keringat yang membanjiri pelipisnya, seperti habis lari marathon.

Keduanya menoleh bersamaan kearah Valdo. Mereka masih menunggu Valdo membuka suaranya, tapi yang mereka lihat hanyalah Valdo yang tengah menatap mereka dengan rasa iba.

Entah mengapa lidah Valdo begitu kaku saat hendak mengatakan yang sebenarnya pada Hera dan Qinar. Berkali kali ia menelan ludahnya susah payah sebelum ia mengatakan sesuatu.

Hingga perlahan, ia pun membuka mulutnya. "Kak Arga....," jedanya seraya mengusap wajahnya kasar.

"Kenapa dengan Arga? Katakan, Valdo!" tukas Hera membuat Valdo mau tak mau harus mengatakannya sekarang juga.

Valdo menarik napasnya dan menghembuskannya perlahan. "Kak Arga gak bisa diselametin."

Tepat setelah Valdo selesai mengatakannya, Arga dibawa keluar dari ruang UGD oleh para perawat dengan selimut yang sudah menutupi kaki hingga ke ujung kepalanya.

Qinar berlari menghampiri Arga yang sudah tak bernyawa itu dengan berlinangan air mata. "Kak Arga!!"

"Dok, Kakak saya baik baik aja, kan?" kata Qinar seraya menahan Dokter tersebut yang hendak pergi.

"Apa kamu keluarganya?" tanya Dokter laki laki yang masih menginjak kepala tiga itu.

"Saya Ayahnya, Dok."

Mereka langsung menoleh kearah Yudha yang saat ini tengah berjalan kearah mereka dengan mata yang berkaca kaca.

Dokter tersebut menghela napasnya pelan. "Arga sudah meninggal dunia tepat setelah ia sampai dirumah sakit ini. Dia sudah kehilangan banyak darah hingga membuatnya tak tertolong."

Yudha menghampiri Arga dan membuka selimut yang menutupi wajahnya. Dan Qinar langsung memeluk Arga begitu erat dan tak ingin melepaskannya. Hera yang melihat itu hanya bisa diam dan ikut prihatin.

"Kak Arga gak boleh pergi!" Valdo tak kuasa melihat keadaan Arga saat ini yang terbilang cukup parah.

Yudha menarik pergelangan tangan Qinar dan menyuruhnya menjauh dari jenazah Arga. "Pergi, kamu gak ada hubungan apa apa lagi sama Arga!"

Qinar menatap Yudha dengan datar, kemudian ia menggeleng dan kembali memeluk Arga sembari menangis dalam diamnya. "Dia Kakakku!"

***

Qinar mencengkeram erat nisan yang bertuliskan nama Arga. Air mata sejak tadi tak pernah berhenti menetes, hingga matanya sembab dan hidungnya memerah.

Takdir baik tak pernah berpihak padaku, satu persatu orang yang aku sayangi pergi meninggalkan ku. Beberapa dari mereka membenciku karena suatu alasan. Dan sekarang aku tak pernah percaya akan adanya kebahagiaan yang datang kepadaku kelak, bukan aku tak percaya pada Tuhan, tapi mungkin kali ini Tuhan telah merencanakan sesuatu yang baik untukku. Bahagia dan menyusul Kak Arga mungkin salah satunya.

My World (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang