Bukan berniat mengusikmu, melainkan mencoba membantumu.
***
Perlahan Qinar membuka matanya saat ia merasakan guncangan kecil pada tubuhnya. Ia menatap sekeliling ruangan bercat putih itu. Ah ya, ia baru ingat kalau ia sendiri lah yang membawa dirinya ke ruangan ini setelah kejadian sialan beberapa jam lalu itu menimpa dirinya.
"Akhirnya, lo bangun juga," ujar seorang cowok sambil membantu Qinar duduk.
Qinar mencoba menjauhakan tangan cowok itu yang mencekal lengannya berniat membantunya. Kepalanya terasa amat pusing sekali. Bahkan, matanya pun berkunang kunang dan badannya terasa sangat lemah.
Qinar menatap cowok yang ada disebelahnya itu dengan tatapan malasnya. Tak habis habis cowok itu selalu membuntutinya. Ia pun berniat turun dari ranjang, namun lagi lagi pergerakannya itu langsung dicegah oleh cowok menyebalkan itu.
Qinar menatap tajam cowok itu dan memberi isyarat untuk minggir. Bukannya minggir, Valdo malah menggelengkan kepalanya dan memaksa Qinar untuk duduk kembali.
"Lo tau ini jam berapa?" tanya Valdo dan Qinar baru ingat, sudah berapa lama kah ia berada disini?
Valdo melirik jam dipergelangan tangannya. "Jam empat lebih lima belas. Lo pingsan sejak jam dua siang dan sekarang lo baru bangun."
Qinar terkejut, namun pandainya gadis itu bisa menyembunyikan keterkejutannya hingga Valdo tak bisa melihat raut wajah terkejutnya selain wajah datar.
"Lo duduk bentar aja dulu, itung-itung ngumpulin nyawa. Baru abis itu gue anter pulang," ujar Valdo.
Valdo menatap pada Qinar yang tengah memikirkan sesuatu, ia sebenarnya pun sangat penasaran sebenarnya apa yang sudah terjadi pada cewek ini.
"Kamu nungguin aku?"
Valdo lantas menoleh pada sumber suara, ia tersenyum simpul. Ini kali pertama ia mendengar suara milik gadis ini, meski terdengar datar dan tak mengenakkan untuk didengar, tapi entah mengapa itu justru membuat Valdo merasa senang sendiri.
"Iya, gue awalnya gak mau. Tapi gue dipaksa sama Vita si penjaga UKS buat nemenin lo. Alhasil gue terpaksa nungguin lo sampe bangun. Dari pulang sekolah sampe sekarang," jelas Valdo.
Valdo berjalan menuju nakas dan mengambil botol air mineral kemudian ia berikan pada Qinar. "Kali ini gue gak bakalan nanya apa yang sebenernya terjadi sama lo. Tapi gue heran aja, kenapa tiba tiba tangan kiri lo diperban terus jidat lo lebam."
Qinar menerima botol air mineral dari Valdo dan meneguknya setengah. Ia masih menunggu kelanjutan ucapan Valdo.
"Tadi lo dicariin sama guru-guru mapel pas lo gak ada dikelas. Yaudah gue jawab jujur aja kalo lo lagi di UKS," sambung Valdo membuat Qinar mengerutkan dahi.
Seolah tau apa yang dipikirkan Qinar, Valdo kembali berkata, "Tadi gue dikasih tau sama Vita kalo lo di UKS, sekalian suruh nungguin lo."
Qinar diam tak bergeming mendengar penjelasan Valdo yang panjang lebar. Valdo yang melihat itu merasa jengkel sendiri, dari tadi ia menjelaskan hanya ekspresi wajah yang Qinar tunjukkan, itu pun tak jelas dan masih memperlihatkan jelas wajah datarnya.
"Capek juga ngejelasin tapi gak ada respon, capek hati capek mulut," cibir Valdo yang masih bisa didengar oleh Qinar.
Qinar turun dari ranjang dan hendak mengambil tasnya tapi lebih dulu diraih oleh Valdo. Ia menatap Valdo, meski bukan tatapan tajam khasnya.
"Gue anterin mau?" tawar Valdo.
Qinar menggeleng, ia mengambil alih tasnya dan berjalan keluar dari ruang UKS. Meski jujur badannya mash lemas dan kepalanya pun juga masih sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
My World (Complete)
Teen Fiction"The unspoken chapter in my life." Dia memiliki paras cantik, tatapan matanya tajam dan membunuh. Ada ribuan pertanyaan kala menatap manik mata indahnya. Dia Qinar, gadis dengan segala kemisteriusan dalam hidupnya. Dia adalah salah satu dari rib...