2

1.9K 388 18
                                    

Anak lelaki itu merengut kala ibunya memohon padanya untuk membuka mulut. Gelengan ribut ia berikan tanda penolakan.

Dia menatap horror pada sesendok nasi dengan brokoli didepan mulutnya.

Dia tak suka sayur dan ibunya juga tau itu. Tapi kenapa sang ibu selalu memberinya sayuran saat ia makan.

Tidak dirumah, tidak disekolah dia harus makan sayur tiap saat. Dia tak mau! sayur tak enak.

"Lima suap saja oke? lalu kamu bisa makan ayam lagi"

Dia menggeleng lagi, kali ini lebih pelan karena dia merasa pusing saat dia menggeleng terlalu keras tadi.

"Dohyon ayolah tolong mama, aaaaa"

"Tida-

Perempuan dengan rambut terkuncir rapi tersenyum senang saat berhasil memasukkan sesendok nasi dan brokoli kedalam mulut putra tunggalnya.

"Mamaaaa"

Perempuan lain datang lalu menutup mulut anak lelaki  yang sedang merengek itu dengan cara mengangkup rahangnya.

"Dimakan dulu ya Dohyon"

Dohyon tambah merengut mendengarnya namun tetap mengunyah makanan yang ada di mulutnya.

"Kau pulang jam berapa hari ini Ji?"

"Sepertinya sebelum makan malam, semoga tak ada kasus aneh aneh hari ini, Buka mulutmu Boy"

"Mama akan menjemput Dohyon nanti kan?"

"Sepertinya tidak bisa, maafkan mama"

Dohyon hanya mengangguk dan mengerti. Berarti hari ini dia akan dijemput oleh Aunty Yena kan? Harus begitu! mama kan tidak mau anaknya yang paling tampan ini jalan kaki kerumah.

"Mama, 2 hari lagi ada pentas seni disekolah. Dohyon dapat 2 tiket tempat duduk untuk orang tua. Jadi mama dan aunty harus datang ya"

Ucap anak itu sembari memberikan 2 lembar tiket dengan warna hijau dan biru pada mamanya.

"Memang Dohyon mau tampil apa? menghipnotis kucing?"

Anak itu kembali merengut menatap aunty nya.

"Aku akan bermain piano"

Yeji tersenyum manis.

Dohyon memang benar benar anak Seungyoun.

********

Lelaki itu mendudukkan dirinya diranjang.

Ya, tiap hari selama 10 tahun dia bangun dengan penuh penyesalan.

Kamar yang dulu terlihat hangat kini dingin. Pagi harinya monoton, tak ada teriakan atas suruhan sarapan pada pagi hari seperti dahulu.

Dia selalu merutuki kebodohannya.

Kemana perempuan itu pergi?

Dia sudah mencarinya ke seluruh negeri, semua penerbangan di ceknya namun tak ada nama Hwang Yeji yang terdaftar disana.

Sepuluh tahun bukan waktu yang singkat, semuanya berubah. Harusnya ia sudah membangun hidup bahagia dengan perempuan itu sekarang.

Apakah dia berhasil menjadi dokter forensik?

Apakah dia semakin tinggi?

Apakah dia masih keras kepala?

Semua pertanyaan itu selalu berputar diotaknya.

Banyak yang berubah darinya.

Kehilangan perempuan ini berdampak besar bagi hidupnya. Dia kehilangan poros hidup dan tujuan hidupnya. Dia kehilangan semuanya.

Suara pecahan kaca terdengan kepenjuru kamar. Sekali lagi, dia melukai dirinya dengan cara memukul cermin besar itu.

Diambilnya ponsel hitamnya dan di dial sebuah nomor.

"Ada kabar?"

"....."

"Australia?"

Timbul kernyitan pada dahinya.

Dia bersumpah akan menemukan perempuan itu sekarang juga.

Menyeretnya pulang dan tak mengijinkannya pergi lagi dari hidupnya.

Hwang Yeji akan selalu menjadi miliknya.



********


"Sunshine aku datang, dimana kamu"

Suara melengking itu terdengar dipenjuru ruang berkumpul para dokter saat istirahat seperti ini.

Anak lelaki dengan tas bergambar McQueen berjalan dengan santai melewati beberapa dokter yang sudah melspaskan snelli mereka kearah perempuan cantik diujung sana.

"Kau pulang cepat? dengan siapa?"

"Uncle Yunseong"

"Oh, dimana dia?"

"Memarkirkan mobilnya"

Anak itu berjalan kearah salah satu dokter dengan snelli yang masih menempel ditubuhnya.

"Aunty Marrie kenapa lesu? Dunia tak bersinar lagi karena aunty cemberut"

"Oh god, Aku hanya mengantuk dan butuh tidur kau tau?"

Anak ini memang sudah mengenal semua rekan kerja Yeji karena dia sering diajak ke rumah sakit.

Yeji banyak menghabiskan waktu di rumah sakit dan Yena juga banyak menghabiskan waktu di butik. Maka dari itu Yeji maupun Yena sering membawa Dohyon ke tempat kerja mereka dan membuat Dohyon kenal dengan banyak orang disana.

Social Butterfly.

Mirip sekali dengan Ayahnya.

Ah, kenapa Yeji memikirkan lelaki itu lagi?

Sedang apa lelaki itu?

Apa sedang makan siang juga sepertinya?

Apa sedang berkutat pada laptopnya?

Ah, dia rindu.

Apa lelaki itu mencarinya? apa lelaki itu tau tentang Dohyon? Apa lelaki itu...

Ah sudahlah.

Itu hanya pemikiran sesaatnya.

Cho Seungyoun menjadi bagian masalalu terindah untuknya.

Hanya itu.

"Dokter Ashleen, pasien mu menunggu"

Hilanglah sudah kesempatan untuk makan malam tenang bersama Dohyon dan Yena.

Dia harus bekerja keras.


____________
_______________________

Melepas Rembulan [Cho Seungyoun & Hwang Yeji] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang