Kyoto memang indah, meski jalan dan pepohonan tertutup salju tebal. Namun daerah ini tetap indah. Rumah rumah tradisional berjejeran menghadirkan kesan tenang.
Mereka menyewa sebuah rumah tradisional untuk ditinggali selama 1 minggu.
Rumah lantai dua dengan 3 kamar tidur.
Seungyoun memilih tidur dikamar yang paling besar. Tanpa memperdulikan perkataan Sowon mengenai keadilan pembagian kamar mereka.
Melihat tingkah laku Sowon, dia teringat dengan Yeeun. Bagaimana nasib perempuan itu setelah dia pulang ke Korea?
Perjalanan dari Tokyo ke Kyoto melewati jalur darat cukup panjang. Dia sedikit lelah.
Mungkin secangkir teh hangat dapat meredakan lelahnya.
"Nona Yoon?"
"aaakk-"
Jisoo yang terkejut sedikit menumpahkan air panas hingga mengenai tangannya.
Seungyoun yang panik melihatnya dengan cepat memegang jemari gadis itu dan membasuhnya dengan air dingin dari keran.
"Maafkan aku"
"Ah tidak tuan Cho, ini salahku. Aku yang ceroboh"
Seungyoun sedikit meringis melihat luka merah dipergelangan tangan Jisoo. Terlihat menyakitkan.
"Kau harus mengobatinya, ini memerah"
"Tak per-"
"Wah, maafkan Eunwoo ya. Eunwoo tidak melihatnya"
Lelaki bermarga Cha itu bersedekap sambil menatap sepasang manusia berbeda jenis kelamin didepannya dengan datar.
Lagi lagi Yoon Jisoo.
Tidak heran.
Seungyoun melepas genggaman tangannya dengan panik lalu membenarkan posisi berdirinya.
Eunwoo hanya menatap dengan datar lalu berjalan kearah kulkas dan mengambil air.
"Kim Sowon masih terbangun, berhati hatilah boss atau kalian akan berakhir menjadi kadaver"
Lelaki yang menduduki jabatan sebagai petinggi devisi pemasaran menepuk bahu atasannya dan berlalu meninggalkan Seungyoun dan Jisoo yang masih diam.
Cukup lama mereka bertahan dengan keadaan diam hingga terdengar ringisan Jisoo.
"Perlu kubantu mengobati?"
"Tak usah tuan, akan kuobati sendiri. Permisi"
Seungyoun menghela napasnya dalam.
Ah, dia harus membuat teh.
***********
"Maafkan jika aku mengganggumu malam malam begini, tapi hanya diwaktu seperti ini kita senggang"
Yeji bisa mendengar tawa Sowon yang ada diseberang sana.
"Kau mau bertanya tentang apa Leen?"
"Siapa saja yang ikut bersamamu? maksudnya, kalian. Yang dibawa Seungyoung ke Jepang"
"Hanya aku, kepala devisi pemasaran Cha Eunwoo, dan sekretaris barunya Yoon Jisoo"
Yeji diam, tak tau harus menjawab apa.
Bukannya Seungyoun bilang akan memindahkan gadis itu? kenapa sekarang malah membawa gadis itu pergi bersamanya?
Walaupun ada dua orang lain diantara mereka tapi tetap saja Seungyoun membawa sekretaris mudanya.
"Leen, kau masih ada disana?"
"Ashleen?"
Dia harus bertanya pada Seungyoun mengenai hal ini. Dan jika lelaki itu berbohong maka ada sesuatu diantara mereka.
"Ahsleen?"
"Ah iya, aku disini. Maaf, tadi Ouri sedikit menganggu"
Sowon tau ada hal yang menganggu Yeji hingga membuatnya diam dan yang pasti bukan kucing gembul berbulu orange itu. Dia sama sekali tak mendengar suara kucing.
Ada yang tidak beres.
"Leen, jika ada yang salah bicarakan padaku, aku kakakmu"
"No, sama sekali tak ada yang salah. Aku harus memberi Junho dan Dohyon susu, Zhoe. Sepertinya aku harus mematikan telfon"
"Ah no problem dear. Apa kabar Jason dan Delan?"
Yeji tersenyum lalu meraih ID Cardnya. Dia sedikit berbohong pada Sowon dan mengatakan seolah olah dia sedang dirumah.
Nyatanya dia sedang jaga malan dirumah sakit. Entah menjaga apa dia sendiri tak tau.
"Mereka berdua baik, terlihat lebih tampan dan lebih tinggi dari terakhir kali kau melihatnya. Namun semakin nakal juga"
Sowon tertawa mendengar penuturan Yeji. Anak lelaki memang kebanyakan nakal. Apalagi melihat siapa ayah dari kedua remaja itu, mengherankan jika mereka berdua penurut dan tidak nakal.
"Goodnight Zhoe, selamat menjalani harimu besok. Semoga semuanya berjalan dengan lancar"
"Oh my god Leen, i'm soft"
"wow, haha. Okay aku tutup. Bye Zhoe"
"Bye Leen"
Yeji menghela napasnya saat sambubgan telfon terputus. Lalu mendudukkan dirinta dikursi, menyugar rambut panjangnya yang terurai.
Diambil kembali ponselnya lalu di dial nomor Seungyoun. Dia harus meminta penjelasan.
Namun yang terdengar hanyalan nada sambung. Tak ada jawaban dari seberang sana.
Sedang apa lelaki ini?
Hingga panggilannya ketiga tetap tak ada jawaban dari suaminya.
Yeji gelisah
Segala pemikiran buruk menguasai otaknya.
Tak kehabisan akal, Yeji menelfon Eunwoo. Eunwoo bisa memberikan ponselnya pada Seungyoun nanti.
"Selamat malam Dokter Yeji. Ada perlu apa?"
"Selamat malam Tuan Cha. Bisakah kau berikan telfon ini pada Seungyoun? ponselnya tak aktif"
"Ah iya sebentar, tuan Cho ada di dapur. Akan kutelfon lagi nanti Nyonya Cho"
"Terimakasih Eunwoo"
Sambungan telfon terputus. Meninggalkan Yeji ditengah kebcemasannya.
Apa yang akan dibicarakan Yeji nantinya pada Seungyoun?
Dia sempat mencari akun sosial media sekretaris Seungyoun dan berhasil menemukannya.
Sekretaris Yoon nampak masih muda, wajah cantik dan senyum yang manis. Mata teduhnya dapat membuat siapa saja terpesona.
Sementara dia?
Dering ponsel membuyarkan lamunan Yeji.
Seungyoun menelfonnya.
Yeji menghela napas lalu menggeser ikon hijau. Dia siap jika harus bertengkar dengan pria itu di telfon.
_____________
________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Melepas Rembulan [Cho Seungyoun & Hwang Yeji]
Fiksi PenggemarSepuluh tahun berlalu, banyak yang berubah dari mereka. Book 1 : Begini Adanya Book 2 : Melepas Rembulan