28

1K 238 6
                                    

Yeji menatap tajam pada Seungyoun yang tengah berkutat pada komputernya.

Setelah mengobati luka dipaha Seungyoun akibat insiden tumpahnya kopi beberapa saat lalu, Seungyoun menenggelamkan dirinya kedalam ruang kerja dan mengacuhkan Yeji.

Yeji ingin sekali mengguyur komputer Seungyoun dengan air jika dia tak mengingat berapa harga benda itu.

Tatapan tajamnya tak berefek apapun pada Seungyoun. Bahkan mungkin lelaki itu tak melihatnya karena snagat fokus pada barang mahal itu.

Yeji mendudukkan dirinya disofa besar berwarna sky blue yang ada disana. Bermain dengan ponselnya dan mengalihkan pikirannya dari Seungyoun.

Oh ya.

Apakah perempuan tadi sekretaris baru suaminya?

Gadis muda yang cantik, bertubuh mungil dengan wajah oriental.

Terbersit sedikit rasa cemburu di hati Yeji.

Bagaimana jika Seungyoun berpaling ke gadis itu?

Mengingat lelaki itu pernah berkata bahwa dia tambah lebar. Tapi percayalah, Yeji sudah mengurangi porsi makannya akhir akhir ini. Dia bahkan tak makan nasi pada makan malamnya. Dengan kata lain, Yeji diet.

Tapi sekretaris baru Seungyoun nampak masih muda. Entah berapa usianya tapi terlihat muda, sorot mata polos itu saat menatapnya. Anak itu ketakutan.

Yeji mengusak rambutnya kasar.

Apa Seungyoun akan bosan dengannya?

Mereka jarang bertemu. Apa memang benar kata Seungyoun bahwa dia harus mundur dari profesi dokternya?

Mungkin dia harus berbicara dengan Seungwoo besok. Untuk mengajukan pensiun dini.

"Ji, kau Ok?"

Bagaimana jika memang Seungyoun menyukai anak itu?

Masih muda, cantik, tubuhnya pun mungil.

Yeji menggenggam ponselnya erat. Dia harus mencari tau siapa gadis muda itu.

"Sayang"

Tapi apa Seungyoun berani berpaling darinya? 13 tahun mengejarnya dan saat sudah mendapatkan malah akan dilepas?

Tidak mungkin.

Dia percaya suaminya.

"Sunshine"

Dia pernah membaca sebuah novel, disana dikatakan ada orang yang tak pernah selingkuh tapi hati mereka yang selingkuh.

Tak menutup kemungkinan jika Seungyoun akan menyukai sekretarisnya itu.

Kenapa semua pikiran buruk ini menguasai kepalanya?

Dia harus percaya pada Seungyoun.

"Kak"

Seungyoun sudah ada didepannya, tepat didepannya.

Sepertinya lelaki itu duduk dimeja agar bisa sejajar dengan Yeji. Meskipun tetap saja Yeji lebih rendah darinya.

"Kau banyak pekerjaan, sayang?"

Yeji diam.

Dia tak tau harus bagaimana. Dia tidak fokus!

Kecupan singkat dia rasakan dibibirnya.

"Katakan apa yang ada dipikiranmu sunshine"

"Kau mencintaiku kan?"

"Kau meragukanku, Ji?"

Perempuan itu menggeleng lalu menggenggam kedua tangan Seungyoun yang menangkup pipinya.

Membawanya lalu menggenggamnya.

Yeji menatap mata Seungyoun dengan serius.

"Pindahkan sekretarismu tadi, kemana saja aku tidak peduli. Dia tidak boleh bekerja langsung dibawah pimpinanmu"

"Tapi sayang"

"Kak, kau bahkan tak mengetahui kehadiranku karenanya. Aku hanya takut"

Yeji masih menatap mata itu dengan tatapan dalam. Mencoba mencari belas kasihan dari sana. Mencoba meyakinkan pemilik onyx cokelat agar mengabulkan keinginannya.

"Kak"

Rengekan sekali lagi terdengar dari ibu dua anak itu.

"as you wish sunshine"

Yeji menundukkan kepalanya lega.

Dia hanya mencegah suatu hal yang memang kemungkinannya kecil terjadi. Tapi dia hanya takut.

"Tapi siapa yang akan membantuku dalam pekerjaanku Bub"

"Kau memiliki ribuan orang dibawah kepemimpinanmu Cho Seungyoun. Aku tak memintamu memecatnya. aku hanya memintamu memindahkannya"

Sepertinya saat ini keinginan Yeji sifatnya mutlak dan tak bisa ditawar kembali.

Perempuan itu terlihat sangat serius.

Mau tak mau Seungyoun mengangguk.

Yeji, Dohyon, lalu Junho adalah kelemahannya. Dia akan menuruti apapun kemauan mereka.

Yeji memeluk Seungyoun dengan erat, menenggelamkan wajahnya diperpotongan leher lelaki itu.

Pinggangnya direngkuh kuat seakan tak membiarkannya pergi barang sejengkal.

"Kau tau aku membuat eyeliner selama 20 menit, alisku 7 menit. Itu lama kak tapi kau malah membuatku marah dan menghapus semuanya. Aku bahkan belum berfoto dengan tampilan itu. Dan sekarang aku benci dengan baju baju tadi, aku tidak suka"

Seungyoun mengusap punggung Yeji pelan. Menenangkan istrinya dari kemarahan.

Membawanya dalah pelukan hangat dengan Yeji yang ada dipangkuannya.

"Aku tak suka saat dia ingin memegang tubuhmu, aku tak suka saat kau menggenggam tangannya"

Yeji menangkup pipi Seungyoun lalu sedikit berjinjit dan mencium suaminya sekilas.

"Jangan menyukai yang lain, aku akan membakar kantormu kalau kau berani berani mengajakku berperang"

Seungyoun terkekeh. Yeji memang menggemaskan.

Seungyoun menggigit gemas hidung kecil istrinya lalu mencium tiap inchi wajah itu.

"Kau membuat skretarisku ketakutan dengan matamu ini, sayang"

"Aku tidak peduli"

Perempuan itu lantas menenggelamkan wajahnya pada perpotongan leher suaminya.

"Sayang, bagaimana jika kita memiliki anak lagi? Dohyon pasti akan senang jika memiliki adik bayi yang menggemaskan dengan pipi bulat sepertinya"

Yeji menegakkan kepala, menatap Seungyoun dengan pandangan bertanya.

Dia tak akan menolak jika diberi anugerah tuhan seorang bayi lagi. Tapi bukankah terlalu berlebihan di usianya sekarang? apalagi tentang pekerjaannya.

Yeji menenggelamkan kembali wajahnya diperpotongan leher Seungyoun.

"Aku tak ingin bertengkar kak"

Lagi lagi istrinya menolak kemauannya.

Ya dia bisa mengerti apa yang menjadi pertimbangan Yeji. Tapi hal itu sebenarnya tak terlalu menghalangi mereka.

Tak apa, Junho dan Dohyon juga sudah cukup untuknya.

_______________
______________________________

Melepas Rembulan [Cho Seungyoun & Hwang Yeji] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang