Langkahnya terhenti kala mendengar suara tangisan dari arah lorong disamping kamar mayat yang tengah sepi sekarang. Akhir akhir ini kamar mayat memang banyak digunakan mengingat investigasi kecelakaan beruntun yang menewaskan 8 orang itu belum selesai.
Tapi malam ini mereka memutuskan untuk istirahat lebih awal karena sudah 4 hari berturut turut bekerja keras tanpa henti. Dia hanya pulang kerumah untuk mandi. Kegiatan lain dia lakukan dirumah sakit.
Tapi malam ini dia mendengar tangisan dari lorong yang harusnya tak ada orang. Lorong yang harusnya sudah tidak digunakan lagi pada malam ini.
Lorong itu akan mengantarkan ke laboratorium Forensik, jelas sekarang ini tidak digunakan karena investigasi akan dilanjutkan besok.
Lalu kenapa ada tangisan perempuan terdengar dari sana?
Lelaki berponi itu memutuskan untuk mencari suara itu. Siapa yang menangis malam malam begini?
Dia sedikit terkejut dan hampir menabrak brankar kala berhasil melihat dengan baju putih sedang duduk dikursi tunggu. Rambut panjangnya jatuh menutupi wajah. Bahunya naik turun dan isakannya seakan sangat menyakitkan.
Bagus,
Perempuan ini masih menginjak tanah dan memiliki bayangan.
Dia ingin mendekat namun ragu, jika bukan dokter Yeji maka yang menangis adalah dokter Chungha. Karena mereka memiliki bentuk tubuh yang hampir mirip, dan tenaga medis spesialis diforensik yang berjenis kelamin perempuan hanya dokter Yeji dan dokter Chungha.
Dan sekarang ini mereka berdua sama sama memiliki rambut cokelat panjang tanpa poni. Semakin susah dibedakan jika hanya melihat bentuk tubuh. Walaupun dokter Chungha lebih pendek namun proporsi tubuhnya pas, jadi dia terlihat tinggi.
Lalu kenapa rekan sejawatnya ini menangis malam malam dilorong samping kamar mayat yang menghubungkan dengan laboratoriun forensik?
Dengan pelan dia mendekat, menyentuh pundak perempuan dengan snelli yang masih terpasang rapi ditubuhnya.
Sosok itu menatapnya dengan mata penuh airmata serta hidung yang memerah.
Dengan cepat perempuan itu mengusap air matanya dan berdiri mensejajarkan tingginya.
"Dokter Hyunjin, sudah lama? ada perlu apa?"
Hyunjin menggeleng pelan.
Untung saja yang dilihatnya menangis adalah manusia. Bukan hantu.
"kenapa menangis disini? jika ada coass yang melihat pasti mereka akan pergi terbirit birit dan akan mengiramu sebagai hantu"
"Tidak, hanya saja... Ya, seperti itu..."
Hyunjin melepas tasnya lalu memilih duduk dikursi tunggu.
"Ceritalah, sudah 5 tahun kita menjadi rekan kerja"
Yeji menghela napasnya lalu duduk dikursi yang sama. Meninggalkan jarak 2 kursi dari tempat Hyunjin.
"Kau akan dikira selingkuhanku jika kita disini"
"Ada CCTV, hanya orang bodoh yang mengira kita ini Berselingkuh. Orang pintar akan lebih memilih opsi jika kita ini saudara kembar daripada sepasang kekasih"
Yeji tersenyum simpul mendengar penuturan rekan kerjanya. Dia kembali mengusap airmatanya.
"kami baru kehilangan seekor kucing yang telah menemani 15 tahun hidup kami. Dan seminggu setelahnya kami kehilangan. sahabat yang sangat kami sayangi. Kak Seulgi sangat berjasa untuk kami dari segi apapun"
Hyunjin mengangguk.
"Dua bulan sebelum itu, Dohyon kehilangan sahabatnya. Sahabat yang sangat dicintainya. Kami sayang mereka Dok, tapi Tuhan lebih sayang mereka daripada kami"
"Dokter Yeji, semua yang hidup pasti akan mati. Semuanya tak terkecuali, hanya cara dan waktunya saja yang berbeda. Tuhan akan mengambil semua miliknya kembali. Tanpa terkecuali. Secinta apapun kita pada mereka, Tuhan akan lebih mencintainya daripada kita sendiri"
Pandangannya menerawang pada kejadian 10 tahun yang lalu. Seseorang yang membuatnya memilih menjadi seorang dokter forensik telah diminta Tuhan dari tangannya.
Orang yang sangat disayanginya tentu saja.
"Dokter Yeji, mungkin kau sudah tau kabar burung mengenai kenapa aku memilih melajang di usia yang terbilang matang dan kehidupan yang sudah mapan. Iya, seorang perempuan yang menjadi alasanku hidup telah tiada karena kasus pembunuhan, tapi kurangnya bukti membuat kasus itu ditutup dengan alasan bunuh diri"
"Dokter Yeji, suatu saat kita pasti akan kehilangan orang yang sangat kita cintai. Karena tuhan lebih mencintai mereka daripada kita"
Hyunjin berdiri dari duduknya lalu menggendong tasnya kembali.
"mau pulang bersama? tadi pagi aku melihatmu diantar oleh Junho. Apa Seungyoun sudah menjemput?"
Yeji menyugar rambutnya lalu mengecek ponselnya. Terdapat sebuah pesan dari Junho yang mengatakan bahwa ia sudah menunggu. Lalu disusul oleh pesan pesan lain yang berisi omelan Junho.
Copyan Seungyoun
Ma?
Junho sudah didepan
8:32 pm.mama pulang tidak?
8.35 pm.ma, aku melihat dokter sehun
pulang. mama kapan keluar?
8:40 pm.oke, aku menunggu di cafe depan
rumah sakit ya, mama kesana saja
nanti.
8:41jika sampai jam 9 mama tak
memberi kabar, Junho pulang!
8:45Yeji tersenyum melihat ocehan ocehan anaknya.
"Junho sudah menunggu"
"Dokter Hyunjin, Terimakasih"
Hyunjin tersenyum kecil lalu membungkukkan badannya dan berlalu.
Sekarang Yeji hanya perlu mengambil tasnya dan mencari Junho sebelum jam 9.
_________________
_______________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Melepas Rembulan [Cho Seungyoun & Hwang Yeji]
Fiksi PenggemarSepuluh tahun berlalu, banyak yang berubah dari mereka. Book 1 : Begini Adanya Book 2 : Melepas Rembulan