Yeji sibuk akhir akhir ini dan ini membuatnya beberapa hari tak pulang kerumah. Dia bahkan tak memiliki waktu hanya untuk memegang ponsel, membalas pesan dari keluarganya.
Dia dan timnya sedang memecahkan kasus mutilasi seorang perempuan muda. Sedikit sulit untuk mengotopsinya mengingat mayatnya sudah sedikit membusuk.
Namun yang pasti, sebelum meninggal perempuan ini sempat diperkosa dan lehernya dicekik menggunakan kabel.
Yeji beberapa kali menemui kasus serupa. Nalurinya sebagai seorang perempuan kadang membuatnya semakin semangat untuk membantu mereka memperoleh keadilan.
Kadang dia menangis saat melihat nasib para korban pembunuhan. Banyak dari mereka yang tak bersalah, bahkan mereka tak tau apa apa.
Yeji menatap rekan rekan se tim nya dengan pandangan bangga.
Kurang lebih 2 dokter Konsulen Forensik, 4 Residen Forensik dan 6 orang dokter muda yang baru lulus pendidikan dokter terjun dalam kasus yang berhasil menghebohkan negeri ini.
Mereka saling memberi selamat satu sama lain sekarang.
Senyum ceria timbul dibibir mereka.
"Selamat atas kerja kerasmu dokter Hwang Yeji"
"selamat untuk kerja kerasmu juga Dokter Hwang Hyunjin"
Hwang Hyunjin, seorang Dokter Konsulen Forensik, rekan Yeji.
Kurang lebih setahun ini dia bekerja dengan Yeji. Perempuan ini sosok yang lembut, namun mata tajamnya sering mengelabui orang orang. Beberapa kali dia bertemu dengan suami dan kedua anak Dokter Yeji. Semuanya ramah dan menyambutnya dengan baik.
Hyunjin dan Yeji sering dikatakan memiliki wajah yang mirip oleh beberapa perawat dan dokter yang ada di rumah sakit. Marga mereka pun sama, bahkan seorang Dokter sempat mengira bahwa mereka anak kembar.
Hyunjin dan Yeji adalah rekan kerja yang sangat cocok. Semua kasus ditangani dengan baik oleh kedua konsulen Forensik itu.
Hal ini juga tak luput dari pengawasan Seungyoun. Bohong jika lelaki itu tidak merasa cemburu pada Hyunjin yang hampir setiap hari bersama Yeji. Namun mau bagaimana lagi? Hyunjin dan Yeji memiliki ranah yang sama.
Seungyoun dan Yeji beberapa kali bertengkar mengenai pekerjaan. Seungyoun merasa Yeji harus fokus pada keluarga saja, tidak perlu bekerja, toh uang yang dihasilkannya lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka bersebelas. Iya, dengan 7 ekor kucing.
Namun jelas saja Yeji menolak ide Seungyoun. Dia masih menyukai pekerjaannya.
Menjadi dokter forensik adalah impiannya sedari dulu. Tidak mungkin jika dia melepaskannya begitu saja apalagi setelah mendapat gelar Konsulen.
Bodoh jika dia menurut pada Seungyoun.
"Dokter akan pulang?"
Yeji menoleh, dia menemukan seorang gadis yang lebih pendek darinya sedang tersenyum manis kearahnya. Tangan kanan gadis itu menenteng snellinya dan punggungnya membawa tas besar.
"Iya, kau juga?"
Gadis itu mengangguk riang.
"Kau pulang sendirian?"
"Tidak dok"
Pandangan Yeji menangkap sosok lelaki tinggi dengan kemeja yang lengannya tergulung sampai siku yang terlihat sedang menunggu seseorang.
Ah begitu rupanya.
Romansa antar dokter muda.
"Dokter Minhee sudah menunggumu. Selamat malam Nako"
Yeji tersenyum lebar lalu berbelok kearah kanan, menuju tempat Seungyoun menunggunya.
Nako hanya bisa membelalakkan matanya saat mendengar penuturan Konsulen Forensik itu.
Ternyata kisah cintanya sudah tersebar ke penjuru rumah sakit. Sampai sampai konsulen saja tau.
Dia memang tak pandai menyimpan rahasia.
***********
"lama menunggu?"
Seungyoun melihat kearah arlojinya.
"10 menit"
Yeji memberikan senyum terbaiknya pada suaminya itu.
"Kau nampak lelah kak"
Seungyoun terkekeh lalu mendekatkan diri kearah Yeji, mengecup puncak kepala istrinya. Ciuman penuh perasaan, menyalurkan kerinduannya.
"Iya, aku lelah, Ayo pulang lalu menganggu Junho dan Dohyon, anak anak itu tak mungkin tidur jam 8 malam"
Perjalanan diselimuti keheningan.
Seungyoun yang fokus pada perjalanan dan Yeji yang tidur. Jam tidurnya berkurang akhir akhir ini karena kasus itu. Dia sangat lelah.
Seungyoun tak berani mengganggu Yeji. Perempuan itu adalah tipe orang yang akan bangun lalu tak bisa tidur lagi jika diganggu. Melihat gelagat istrinya yang terlalu lelah, dia hanya diam dan fokus pada jalanan.
Setelah sampai dirumah mau tak mau dia harus membangunkan Yeji. Menggendong Yeji ditengah kondisinya yang kurang baik bukanlah ide bagus. Bisa saja mereka malah jatuh saat menaiki tangga menuju pintu rumah.
Yeji memanfaatkan 30 menit perjalnanan dengan baik. Matanya sedikit segar walaupun tetap mengantuk.
"Mamaa"
Senyumnya terkembang saat melihat Dohyon dengan snack kentang ditangannya berjalan mendekat kearahnya.
"Akhirnya mama pulang"
Yeji merasa tenang, dia nyaman dipelukan Dohyon.
Anak ini berumur 13 tahun namun tingginya saja sudah melampaui Yeji.
Dia sudah tak bisa menggendong Dohyon.
"Dimana kak Junho?"
"Dikamarnya, sedang belajar"
"Kau tidak belajar?"
Mereka berdua jalan mendahului Seungyoun, membuat lelaki itu menghela napas sabar melihat kelakuan anak dan istrinta.
"Besok hari minggu ma, tidak perlu belajar"
"Kenapa begitu?"
"Kita harus santai, menenangkan pikiran ma"
Yeji tertawa mendengar celotehan Dohyon. Dia mencium pipi berisi anak itu dan meminta ijin untuk membersihkan diri.
Dia juga harus beristirahat.
Dia hanya tidur 3 jam sehari.
Tapi mungkin dia tak akan bisa tidur dengan tenang juga malam ini saat melihat tatapan Seungyoun yang begitu intens padanya.
____________
______________________babak baru kehidupan mereka dimulai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Melepas Rembulan [Cho Seungyoun & Hwang Yeji]
FanfictionSepuluh tahun berlalu, banyak yang berubah dari mereka. Book 1 : Begini Adanya Book 2 : Melepas Rembulan