Seungyoun menyemburkan minumannya saat mendengar berita ditelevisi. Benda pipih itu sedang menayangkan berita kecelakaan beruntun yang baru saja terjadi di tol.
Matanya membelalak saat melihat sebuah mobil dengan plat nomor yang sangat dihapalnya diberitakan ikut menjadi korban. Mobil itu diisi 3 orang, dua orang dewasa yang meninggal ditempat dan anak mereka yang kini sedang mengalami shook.
Dia mendengarkan dengan fokus. Mungkin dia salah mengira
Tapi tidak, saat nama korban disebutkan dia menjatuhkan gelas kopinya. Kakinya lemas, kepala Seungyoun pening seketika.
Tanpa pikir panjang, diraihnya kunci mobil yang berada tak jauh darinya dan kelyar dari ruangannya.
Dia tak menghiraukan sang sekretaris yang memanggilnya dan mengingatkannya tentang meeting yang akan dimulai 20 menit lagi.
Dengan cepat dia menekan lift menuju tempat parkir.
Ponselnya berdering benerapa kali namun tak dihiraukannya. Mungkin Sowon yang menerima laporan dari sekretarisnya jika dia kabur dari meeting.
Biarkanlah.
Tak apa jika tendernya gagal dan klien membatalkan kerja sama mereka. Uang bisa dicari nanti.
Setelah sampai dimobil, dia mendial nomor sahabatnya. Memastikan sesuatu.
Tak ada jawaban apapun, hingga panggilan ketiganya dan tetap tak ada jawaban.
Air matanya mentes.
Tidak mungkin.
Tak kehabisan akal, dia menelfon istri sahabtnya. Tetap memastikan. Dan sama seperti tadi, tak ada jawaban.
Seungyoun memukul kemudinya keras. Air matanya mengucur deras.
Seungwoo Calling...
"Iya"
"Youn.."
"Aku tau. Dimana mereka sekarang?"
"Tempatku"
Seungyoun mematikan sambungan telfonnya dan menginjak pedal gas lebih kencang.
**************
Seungyoun menyeka airmatanya kasar saat melihat sesosok gadis kecil dengan baju penuh darah yang sedang terduduk diatas ranjang dengan seorang perawat didepannya.
Dia mendekati keduanya.
Seungyoun berjongkok, membuat gadis kecil itu lebih tinggi darinya.
Dia menangkup wajah kecil yang pucat. Tubuh anak ini bergetar hebat.
Seungyoun bangun dengan cepat dan memeluknya. Mengusap sosok itu penuh kelembutan dan membisikkan kata kata penenang.
"Ada uncle disini, tak usah takut oke? Uncle akan melindungi Naeun"
Tangisan dan raungan terdengar dari arah lain.
Mereka sedang ada di ruangan darurat kecelakaan. Tempat dimana penolongan pertama pasiem kecelakaan dilakukan sebelum ditempatkan dikamar rawat.
Banyak orang disini.
Seungyoun menutup telinga anak itu agar tak mendengar tangisan orang orang disana yang keluarganya menjadi korban kecelakaan yang sama.
"Uncle, takut"
Seungyoun mengeratkan pelukannya pada sosok kecil itu. Tidak peduli jika sekarang jas mahalnya ikut berlumuran darah.
"Sshhhh, ada uncle. Tidak perlu khawatir"
Seungyoun mengusap kembali airmatanya. Dihembuskan napas berat guna menetralkan emosinya.
"Ayah, ibu"
"ssshhh Naeun tenang dulu ya"
Anak ini pasti akan mengalami trauma. Trauma yang sama seperti yang Junho alami, mungkin akan lebih parah.
Naeun melihat ayah ibunya meregang nyawa didepannya.
Dia tak tau apa kata terakhir yang sahabatnya katakan pada anaknya. Dia tak tau kalimat apa yang diucapkan sahabat sahabatnya disaat terakhir mereka untuk menenangkan anak mereka.
Air matanya kembali menetes.
Jinhyuk, Seulgi, Naeun dan Gunho hanya hidup berempat didunia. Mereka tak memiliki keluarga lainnya. Mereka saling melengkapi.
Menikah 9 tahun yang lalu dan dikaruniai anak-anak manis yang masing masing berusia 4 dan 1 tahun. Keluarga kecil yang hangat. Tak pernah ada kabar buruk mengenai mereka, kecuali Jinhyuk yang sering dimarahi Seulgi mengenai satu atau dua hal. Selebihnya tak ada.
Seungyoun memejamkan matanya.
Apa dia kehilangan kedua sahabatnya hari ini?
Jinhyuk dan Seulgi secara bersamaan?
"Jangan takut, ada uncle"
Kembali dibisikkannya kata kata penenang untuk anak perempuan berusia 4 tahun itu.
Tubuh kecil itu bergetar hebat.
Benar benar mengingatkannya saat pertama kali bertemu Junho.
Seungyoun berjanji pada dirinya sendiri untuk menjaga anak-anak Jinhyuk setelah ini. Seperti dia menjaga Junho dan Dohyon.
"Ada uncle"
*************
Kaki Yeji melemas saat melihat dua jenazah yang baru saja memasuki ruang outopsi.
Kedua wajah teduh itu berlumur darah sekarang ini tapi hal itu tak membuat Yeji buta siapa dua orang ini.
"Dokter Yeji"
Dokter Sehun yang berdiri tak jauh dari Yeji dengan cepat menahan tubuh dokter perempuan itu yang ingin terjatuh.
Hal itu sontak membuat kericuhan tersendiri di ruang outopsi.
Sehun dapat melihat pandangan Yeji yang menatap nanar kedua jenazah itu. Tubuh Yeji benar benar lemas hingga Sehun membiarkan Yeji terduduk begitu saja dilantai ruang outopsi.
Tetesan air mata kini keluar dari mata tajam ibu dua anak itu.
"Bisa bersihkan wajah mereka?"
Yeji berucap pelan kearah para perawat.
Dia ingin meyakinkan dirinya jika dia hanya salah melihat. Atau dua orang ini hanya mirip dengan mereka.
Yeji terisak kala melihat raut muka tenang yang sedang tertidur disana.
Mereka memang Jinhyuk dan Seulgi. Dua orang yang berjasa untuknya, untuk Seungyoun.
Kedua sahabat yang sangat berarti bagi Seungyoun dan Yeji.
Kenyataan kembali memukulnya telak saat dia teringat jika Jinhyuk dan Seulgi memiliki dua anak perempuan dan laki laki, Naeun dan Gunho. Bagaimana keadaan mereka sekarang?
"Dokter Yeji, usap air matamu dan bantu mereka"
__________________
_____________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Melepas Rembulan [Cho Seungyoun & Hwang Yeji]
FanfictionSepuluh tahun berlalu, banyak yang berubah dari mereka. Book 1 : Begini Adanya Book 2 : Melepas Rembulan