68

576 134 0
                                    

"Kau bekerja disini sekarang?"

"Iya, ibuku sudah tua dan terus saja menyuruhku untuk kembali ke Korea. Padahal aku sudah nyaman di Jepang"

Yeji tersenyum simpul lalu mengambil nampannya dan membawanya kearah meja besar disudut kafetaria. Yujin hanya mengikutinya dibelakang sambil membawa makanannya juga.

Meja itu sudah tak seramai tadi. Hanya ada Dokter Mingyu, Dokter Jihyo, Dokter Hyunjin, dan Dokter Chaeryeong

"Selamat siang"

Ketiga orang yang sedang berbincang santai lalu mengalihkan perhatian kearah Yeji dan Yujin.

"Selamat siang"

"Rekan rekan sejawatku, kenalkan dia Dokter Ahn Yujin yang baru bertugas hari ini"

"Saya Ahn Yujin"

Tak disangka, Yujin cepat akrab dengan rekan rekan spesialis yang lain. Bahkan mereka sekarang sedang membicarakan status.

Hal yang cukup privacy tapi asik jiak dibicarakan.

"Anakku selalu saja membuat pusing, masa koass nya dipenuhi oleh semburan dari tenaga medis yang lain"

Yeji dan Hyunjin tertawa terbahak saat mengingat wajah Kang Minhee putra tunggal dari Dokter Jinhyo saat dimarahi oleh Dokter Chungha karena dia lupa ada jadwal autopsi dan malah tidur dirumah. Lelaki tinggi itu berkilah dengan alasan lupa memberi penanda pada agendanya.

"Menjadi tenaga medis saraf tak selalu membuat saraf otak kalian benar. Saya dan dokter Jihyo sering dibuat pusing dengan tingkah Dokter Jihoon"

Chaeryeong menatap rekan rekannya dengan serius saat menceritakan tingkah polah residen saraf yang bernama Park Jihoon.

"Oh ya Dokter Yujin, apa kau sudah memiliki kekasih dan sejenisnya?"

Yeji memberi tatapan menyelidik pada Hyunjun yang memberikan pertanyaan menyangkut hal pribadi Yujin.

"Jika dia masih sendiri apa kau akan mendekatinya Dok?"

Chaeryeong berceletuk dan meminum Ice Coffe nya dengan santai.

"Apa Dokter Hyunjin suka perempuan? aku tak melihatnya dekat dengan perempuan. Dekat dengan Dokter Chungha dan Dokter Yeji hanya sebagai rekan kerja"

"Jangan mengada ada Dok. Dokter Yujin sudah punya kekasih"

"Aku hanya bertanya, bukan hal yang serius"

"Sudahlah, Dokter Jihyo ayo kembali"

Dokter Chaeryeong berdiri dari duduknya lalu menepuk pundak rekan sedari jaman preklinik dulu.

"Dokter Yeji kau percaya padaku kan?"

Yeji hanya diam menikmati makan siangnya.

"Dokter Mingyu"

"Dokter Yujin, kau ada di stase apa?"

Hyunjin seakan ingin menggulingkan meja mereka saat rekan dari jaman prekliniknya ikut mengacuhkannya.

Dia hanya bertanya tentang Dokter Spesialis baru itu. Bukan hal lainnya.

"Saya ada di orthopedi Dok"

Yeji terkekeh geli melihat Hyunjin yang sudah pasrah ditempat duduknya.








****************





"Pernikahanmu gagal, lagi?"

Lelaki yang ditanyai hanya tersenyun simpul lalu membuka sebuah dokumen yang diberikan padanya.

"Kali ini kita bertemu sebagai rekan bisnis tuan Cho"

Seungyoun merotasikan bola matanya lalu menegakkan tubuhnya.

"Hubunganmu dengan kakakku?"

"Tidak sopan sekali"

"Ayolah Woo, kau itu temanku selama puluhan tahun"

Seungwoo kembali tersenyum saat mendengar lontaran kalimat Seungyoun.

"Tapi kali ini kita bertemu sebagai rekan kerja"

"Okay. Jadi Dokter Han Seungwoo, berminat berkerja sama dengan perusahaan kami?"

Bukannya menjawab pertanyaan Seungyoun. Lelaki dengan snelli putih itu malah menyenderkan punggungnya disenderan kursi dan menghela napas berat.

"Tidak bisakah aku memiliki kakakmu Youn?"

Seungyoun menatap lurus pada sahabatnya. Matanya menajam dan kilatan amarah terlihat disana.

Dia tak akan melupakan kejadian bertahun tahun yang lalu saat sahabatnya ini membuat kakak tersayangnya terluka hingga pergi jauh darinya. Meninggalkannya yang belum bisa mandiri dengan para pekerja dirumah.

"Jangan berani kau dekati dia lagi. Tak cukupkah dulu Woo? kau bahkan melukainya lagi dengan membeli gaun pengantin darinya"

"Seungyoun kali ini aku serius"

"Kau pikir aku bercanda? jangan berani dekati Irene lagi jika kau hanya ingin melukainya. Hidupnya sudah bahagia dengan anaknya. Jangan kau usik"

Seungyoun bangkit dari duduknya lalu memberi salam pada Seungwoo dan meninggalkan ruangan petinggi rumah sakit yang merangkap menjadi dokter bedah disana.

Seungyoun tak akan membiarkan Seungwoo mendekati Irene lagi atau mengusik hidup kakaknya. Meskipun Seungwoo adalah sahabatnya tapi Seungyoun tak akan membiarkan hal itu.

Ingatan tentang kacaunya Irene kembali terputar diotaknya. Irene yang pergi dari rumah sesaat setelah dia lulus dari bangku sekolah. Juga Irene yang menangis tersedu dimalam berhujan.

Saat itu dia berjanji akan membunuh siapa saja yang menyakiti kakaknya, tapi sayangnya Jinhyuk datang dan mencegah Seungyoun untuk membunuh Seungwoo.

Seungyoun menunduk saat seseorang kembali menabraknya dan membuat banyak kertas berserakan dilantai.

Seungyoun ikut menunduk dan membantu dokter perempuan itu.

"Maafkan saya Dok, saya tidak sengaja"

"Tak apa tuan, saya juga tidak fokus berjalan"

Setelah semua kertas dirasa sudah tertata, mereka berdua bangkit.

"Oh, tuan Cho"

Seungyoun tersenyum simpul pada orang yang sama dengan yang menabraknya di kafetaria Rumah Sakit tadi.

Orang yang dimarahi istrinya juga karena kecerobohannya.

"Maafkan saya tuan Cho. Saya ceroboh lagi"

"Tidak, kali ini saya yang salah. Ah, maaf tidak bisa berbincang terlalu lama saya harus pergi"

Seungyoun memberi salam pada dokter Minju lalu berjalan kearah berlawanan dengan dokter itu.

Dia akan kembali ke kantor sebelum Sowon marah marah lagi.






____________________
___________________________________

Melepas Rembulan [Cho Seungyoun & Hwang Yeji] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang