Matanya menatap tajam perempuan yang sedang menangis tersedu diujung lorong. Kedua tanganya menutup wajah seolah tak mampu menerima kenyataan. Rinai air terus keluar dari mata cantiknya.
Ini kali kedua ia bertemu dengan perempuan muda ini.
Disuasana yang berbeda pula.
Tangannya terlipat didada dan memandangi sosok yang sedang menangis itu. Entah kenapa dia sama sekali tak ingin menemuinya hanya sekedar untuk memberi ucapan bela sungkawa atau menghiburnya.
Biasanya, dia akan mendatangi keluarga korban secara pribadi untuk menyampaikan rasa bela sungkawanya. Tapi entah kenapa dia tak ingin melakukannya. Lebih tepatnya dia tak ingin melakukannya sekarang.
Dia akan membiarkan perempuan itu larut dalam kesedihannya dan mungkin akan menghiburnya nanti. Nanti saat pekerjaannya selesai.
Yang dia butuhkan pada pagi ini adalah kopi agar matanya tetap terbuka lebar.
Dia melangkahkan kakinya menjauh dari sosok itu. Meninggalkannya dalam kesedihan yang berlarut.
"Tidak tidur berapa hari Ji?"
Dia tak tau apa yang lebih buruk daripada seorang Hwang Hyunjin yang mengganggunya pagi pagi begini.
"Dua hari, dan aku sangat mengantuk"
Lelaki bermarga Hwang itu tertawa pelan lalu duduk didepan Yeji yang sedang menelusupkan wajahnya pada perpotongan tangan.
Perempuan ini nampak sangat lelah dan kurang tidur. Lingkaran hitam terlihat jelas mengelilingi matanya tadi.
Dia membiarkan Yeji tidur hingga 10 menit setelah kopi mereka sampai.
Perempuan itu terbangun karena getar ponsel yang ada di saku snellinya sedikit mengganggu.
Nama Seungyoun tertera disana. Dia ada dikondisi dimana ingin dan sama sekali tak ingin menerima panggilan telfon Seungyoun.
Dan dia sama sekali tak mengerti kenapa memilih menggeser ikon hijau pada layar ponselnya.
"Sayang, kau sudah sarapan?"
Yeji menatap cangkir kopi didepannya, apa itu sudah termasuk sarapan?
"Belum, aku akan sarapan sebentar lagi"
"Aku akan menemuimu dengan Dohyon setelah dia selesai mengerjakan ujiannya. Mungkin pukul 10"
Yeji membelalak kaget, dia bahkan lupa jika semalam Seungyoun dan timnya kembali dari Jepang karena kejadian yang menimpa adik Yoon Jisoo.
Seungyoun bilang bahwa pekerjaannya telah usai dan bisa pulang. Walaupun mereka harusnya pulang 2 hari lagi.
"Maafkan aku, aku benar benar sibuk. Sampaikan pada Junho dan Dohyon jika sunshine sayang pada mereka, sunshine hanya sibuk dan mengacuhkan mereka"
Yeji bisa mendengar suara tawa Seungyoum dari seberang sana. Entah hal lucu apa yang bisa membuat suaminya tertawa.
"Mereka selalu mengertimu sayang. Tak usah khawatir"
"Aku hanya takut Junho dan Dohyon berpikir aneh aneh padaku"
"Tidak Litle wolf, cepat makan dan lanjutkan pekerjaanmu. I Love You Cho Yeji"
Yeji diam, dia tak tau harus menjawab bagaimana pernyataan cinta Seungyoun pagi ini. Dia masih kesal tentu saja
"Ah ya"
Yeji memutuskan panggilan telfonnya sepihak lalu kembali menenggelamkan wajahnya diperpotongan lengannya lagi.
Sebentar, kopinya.
Yeji mendongak dan menemukan Hyunjin sedang memakan sarapannya. Dan kopinya juga sudah disana. Dengan cepat dia meminum americano itu.
"Terlalu banyak kopi tak bagus untuk kesehatan Nyonya Cho"
Yeji tak menghiraukan teguran Hyunjin.
Dia tetap menyesap kopinya. Dia sangat mengantuk dan pekerjaannya masih banyak. Dia harus kembali ke TKP setelah makan siang, dengan dokter Sehun. Sementara Hyunjin dan dokter lain akan mengurusi kedua jasad itu dirumah sakit.
Iya, lelaki yang ditemukan sekarat itu akhirnya menghembuskan nyawa pada saat perjalanan menuju Rumah Sakit.
Ponselnya kembali berdering.
Kali ini nama Zhoe yang terpampang disana.
"Pagi kak"
"Pagi dear, kau ada di Rumah Sakit?"
"Iya, aku ada di cafetaria Rumah Sakit sekarang ini"
"Okey aku akan kesana"
Yeji menatap lurus pada Hyunjin yang masih sibuk dengan nasi gorengnya.
"Apa?"
"Tidak, lanjutkan makanmu"
Hwang Hyunjin sosok yang tampan. Mata kecil, hidung mancung, bibir penuh, serta senyum manis. Tahi lalat kecil dibawah matanya menambah keindahan wajahnya.
Tapi kenapa lelaki ini memilih hidup sendiri tanpa pasangan?
Ini tahun ketiga mereka menjadi rekan kerja dan dia tak melihat Hyunjin berkencan atau sekedar bertukar kabar dengan seorang perempuan.
Hidup Hyunjin juga mapan. Tanpa menjadi seorang dokterpun dia sudah kaya.
Hyunjin bilang, dia pernah memiliki mimpi untuk menjadi Idol tapi entah kenapa dia terjebak di dunia medis. Dia sendiri juga tak tau.
"Yeji tolonglah, aku bukan tulang hingga kau melihatku seperti itu!"
Hah?
Tulang?
Dia tak mengerti apa yang dimaksud lelaki 34 tahun didepannya ini.
Yeji sempat menelfon Junho semalam untuk bertanya apa dia mengenal Yoon Jieun. Dan anak sulungnya itu menjawab tidak.
Dia sebenarnya heran, apa Junho yang memang tak pernah bergaul hingga tak mengetahui teman seangkatannya yang sangat cantik itu atau memang Yoon Jieun yang pendiam?
Informasi dari teman teman korban mungkin dapat membantu kepolisian, dan berhubung Junho satu sekolah dengan korban, dia menelfon Junho. Tapi hasilnya nihil, sepertinya anaknya memang tak tertarik pada sekitar.
Lee Minho berkata jika Jieun hanya memiliki Jisoo didunia ini sebagai satu satunya keluarga. Jika Jieun telah tiada, siapa yang Jisoo miliki?
Yeji menyugar rambutnya dan kembali mengingat keberadaan Jisoo yang menangis sendirian dilorong Stase Forensik tadi.
Perempuan muda itu saat ini hidup sendirian di dunia.
_______________
___________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Melepas Rembulan [Cho Seungyoun & Hwang Yeji]
FanficSepuluh tahun berlalu, banyak yang berubah dari mereka. Book 1 : Begini Adanya Book 2 : Melepas Rembulan