40

949 254 5
                                    

Seungyoun diam menatap Yeji yang sedang menyiapkan sarapan mereka pagi ini. Entah kenapa setelah pulang dari Rumah Sakit semalam, Yeji lebih banyak diam dan mengiyakan segala perkataan Seungyoun.

Perempuan itu bahkan tak mengomel saat Seungyoun memeluknya yang sedang merapikan pakaian. Dia lebih banyak menggunakan tindakan daripada mulutnya. Pelukannya dilepas dengan lembut, tak memaksa. Dan sukses membuat Seungyoun heran.

Istrinya bahkan tak mau bicara padanya pada 2 hari terakhirnya di Jepang.

Ada apa dengan Yeji?

Seungyoun ingin berbicara lebih banyak dengan Yeji namun suara teriakan Dohyon dan disusul dengan suara gemuruh datang dari lantai 3 mengalihkan perhatian mereka. Lantai 3 hanya berisi 3 buah kamar serta ruang keluarga. Satu kamar Seungyoun dan Yeji, dua lainnya kamar Junho dan Dohyon.

Ini hari Senin.

Tak heran jika Junho dan Dohyon membuat keributan.

Tak lama berselang, Dohyon masuk kedapur sambil menenteng sepatu dan tas sekolahnya, rambutnya masih acak acakan.

Yeji bersedekap sambil melihat anak bungsunya.

"Kenapa lagi?"

"Aku membangunkan kakak lalu dia menabrak rak buku dikamarnya dan aku menertawakannya. Bukunya berjatuhan mengenai kakak dan itu sangat lucu ma"

Yeji menghela napasnya. Rumah mereka tak pernah sepi, selalu ada kelakuan Junho dan Dohyon serta 7 Kucing yang membuat rumah ini ramai.

Tak lama berselang, Junho datang keruang makan dengan seragam rapi namun rambutnya masih berantakan. Ada apa dengan anak anaknya? kenapa pagi ini merema malas menata rambut?

"Jun, kenapa dengan rahangmu?"

Seungyoun bisa melihat jika rahang anak sulungnya terluka, ada jejak darah yang telah mengering disana.

"Oh, Chaeyoung menggigitnya"

"Hah?"

Junho sadar jika ibunya sedang berpikir yang tidak tidak.

"Tidak ma. Chaeyoung benar benar menggigitku, menggigit dalam artian sebenarnya. Menggigit"

Yeji menggendikkan bahunya lalu kembali menyisir rambut Dohyon.

"Memang menurutmu mama berpikir apa?"

"Yah aku kira"

Seungyoun mengingat ingat mana teman Junho yang bernama Chaeyoung. Junho memiliki 3 teman perempuan yang dekat dengannya. Ada Lia, keponakannya. Chaeyoung dan Yuna. Seingatnya, Chaeyoung itu yang bertubuh kecil dengan ranbut pendek.

"Kau tak ingin melanjutkan perusahaan papa Jun?"

Remaja 18 tahun itu diam. Ini bukan kali pertamanya dia ditanyai hal semacam ini oleh orang tuanya.

Apa mereka ingin menjadi seperti papa atau mama? atau membuat suatu profesi baru?

Tapi Junho masih belum menentukan apa keputusannya. Dia masih belum tau.

"Jika aku tak menjadi penerus papa bagaimana?"

"Dohyon yang akan meneruskan"

Mereka semua diam mendengar jawaban ringan Seungyoun. Ini akan menjadi keputusan yang berat bagi mereka.

Junho ingin sekali menjadi seorang agen kepolisian.

Tapi Dohyon sangat ingin menjadi seorang Dokter seperti mereka.

Apa kali ini saatnya untuk berterimakasih apda keluarga ini?

Dia bisa mengorbankan mimpinya, tapi tidak untuk adiknya.

"Aku mau Pa"

Yeji membulatkan matanya saat mendengar jawaban Junho. Apa yang terjadi? Bukankah Junho ingin sekali menggapai mimpinya menjadi seorang polisi? Kenapa tiba tiba sekali?

Yeji ingin protes namun tidak jadi karena Junho mengisyaratkannya untuk tetap diam. Mungkin anak itu akan membicarakannya nanti. Tapi tetap saja! mimpi anaknya sudah pupus sekarang.

Keputusan Seungyoun mutlak. Yeji tau itu.



***************





Junho terpaksa membawa mobil ibunya untuk kesekolah karena motornya sedang dalam perbaikan karena dia jatuh dari benda itu kemarin.

Dia sama sekali tak bicara pada ayah ataupun ibunya mengenai hal itu karena akan panjang urusannya nanti. Dohyon pun disuruhnya untuk diam tak berbicara pada papa atau mama mengenai dia yang baru saja terlinat kecelakaan.

"Arrgghh"

Tepat setelah dia menutup pintu mobil, bahunya ditepuk dengan kencang oleh seseorang hingga membuatnya meringis kesakitan. Dia terluka tentu saja, dan bahu kanannya menjadi bagian tempat luka iti ada.

"Kenapa kenapa?"

"Sakit Chaeng, kau lupa huh?"

Chaeyoung menunjukkan cengirannya pada Junho. Demi tuhan, dia lupa jika Junho baru saja terlibat kecelakaan.

Mereka berjalan beriringan menuju kelas. Sekolah sudah cukup ramai dengan siswa yang berdatangan.

"Chaeng kau tau seorang gadis bernama Yoon Jieun?"

"Tau, dia teman sekelasku saat kelas 1"

"Dia meninggal karena diperkosa. Ibuku yang menangani jasadnya"

Chaeyoung menghentikan langkahnya. Dia tentu tak langsung percaya pada ucapan Junho. Tapi Junho tak pernah berbohong walau hanya untuk bercanda.

Junho sadar bahwa Chaeyoung mematung. Dia menatap mata bulat gadis itu dengan pandangan bertanya.

"Chaeng"

"Jun, kau tidak bohong?"

"Ibuku menelfon semalam dan bertanya apa aku mengenal Jieun, aku menjawab tidak karena memang tidak mengenalnya"

"Jun, dia itu gadis yang menyatakan perasaannya padamu saat kita kelas 2! Kau bilang jika dia harus seperti mamamu dulu baru kau akan menerimanya"

Junho terdiam. Ingatannya melalang buana pada kejadian kelas 2 disemester 1. Dia sempat ditembak oleh seorang gadis cantik namun tampak pendiam. Dia menolaknya tentu saja.

Junho tak tau jika gadis itu adalah gadis yang sama dengan gadis yang ditanyakan Mama padanya semalam.

Junho bisa melihat bahwa mata Chaeyoung mulai berair sekarang.

"Hei hei Chaeng"

Junho mendekat pada gadis itu, memegang pundaknya dan menatap mata itu dengan dalam.

"Jun"

Suara Chaeyoung bergetar. Dan Junho panik sekarang. Tak ada Lia ataupun Yuna disini, juga tak ada Soobin ataupun Yeonjun.

"Chaeng lihat aku"

Chaeyoung benar benar menangis sekarang. Gadis itu tersedu sambil mengusap air matanya yang terus saja keluar.

Dengan cepat Junho memeluknya, menenggelamkan wajah penuh air mata itu pada dadanya.

Demi apapun, mereka masih berada dilorong sekarang. Banyak murid yang melihat mereka.

"Jun, Jieun pernah meminjamiku Pulpen saat aku tak membawanya, tapi aku malah menghilangkannya. Dia selalu membantuku dipelajaran matematika karena aku bodoh untuk berhitung. Junho"

Junho bingung harus melakukan apa. Hingga Yuna datang bersama Yeonjun. Mereka menatap Junho dengan pandangan menuduh.

Junho lalu menjelaskan tanpa suara jika bukan dia yang membuat Chaeyoung menangis.

"Tak apa Chaeng, tak apa"

"Junho, huaaa-

Junho benar benar bingung. Sementara Yeonjun dan Yuna tertawa geli menatap mereka.









___________
___________________________

Melepas Rembulan [Cho Seungyoun & Hwang Yeji] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang