51

858 230 14
                                    

Seungyoun sama sekali tak fokus pada meetingnya kali ini. Perasaannya gundah, dia bahkan tak mengerti apa yang klien presentasikan didepan. Dia hanya ingin pulang lalu bertemu Dohyon.

Dia ada dirumah sakit saat Sowon menelfon dan mengatakan jika dia memiliki meeting dengan klien 20 menit lagi. Untung Junho langsung masuk kedalam kamar rawat Dohyon hingga Seungyoun bisa bergegas ke kantor.

Tapi sekarang dia tak fokus. Dia sangat ingin bertemu putranya. Apakah keadaannya membaik? terakhir detak jantung putranya meningkat kala ia bercerita mengenai kebodohan Yeji semasa istrinya masih duduk dibangku SMA.

Seungyoun tau jika putra bungsunya itu tertawa. Dia sangat ingin menemui putranya lagi dan bercerita tentang kenakalan Yeji yang lain.

Dia belum menceritakan tentang Yeji yang menabrakkan mobilnya ketembok taman saat perempuan itu baru belajar menyetir.

"Bagaimana tuan Cho, apa anda tertarik bekerja sama dengan perusahaan kami?"

Sengyoun tersentak kala Sowon sedikit menendang kakinua dibawah sana.

"Apa?"

Tanya Seungyoun pelan pada Sowon.

Perempuan itu memutar bola matanya lalu melirik kearah tuan Kim yang sedang menanti jawaban disana.

Seungyoun hanya menanggapi dengan tatapan mata memelas. Meminta Sowon untuk menyelesaikan semuanya.

"Sepertinya boss saya tak bisa menentukan sekarang Tuan kim. Kami akan mengabari pihak anda jika atasan kami sudah memberi keputusan"

Ucap sowon dengan gestur elegan.

Orang yang dipanggim tuan Kim hanya mengangguk lalu memberikan senyum cerah dna bangkit dari duduknya.

"Baik malau begitu, kami tunggu kabar baiknya"

Sowon bangkit dari duduknya dan sedikit mencubit Seungyoun agar ikut berdiri. Mereka saling memberi salam hormat satu sama lain.

Sowon mengantarkan mereka sampai lobby.

"Selamat siang "

"Selamat siang"

Setelah diarasa klien mereka telah pergi, Sowon segera menyusul Seungyoun keruangannya.

"Youn"

Dia bisa melihat jika lelaki itu sudah mengemas kembali barang barangnya dan mengambil kunci mobilnya.

"Aku akan kerumah sakit lagi menemui Dohyon. Uruslah semuanya, aku percaya padamu"

Seungyoun berlalu begitu saja melewati Sowon yang tengah berdiri dengan gundah pula.

Lelaki itu berjalan kearah mobilnya. Dia masuk lalu mengendarainya dengan kecepatan sedang.

Entah kenapa dia sangat ingin mencium pipi gembil putranya itu.

Dia rindu rengekan Dohyon karena makanannya sengaha diambil Junho.

Dia rindu tawa putranya yang terdengar tiap harinya.

Jalanan cukup lenggang mengingat kali ini dia mengendarai mobil ditengah jam kerja. Dia bersyukur tidak terkena macet.

Saat melewati toko roti dia teringat putranya. Putra bungsunya itu akan memakan apapun yang dia bawakan, tak pilih pilih. Dia akan memakan semuanya.

Tapi sekarang putranya sefang berbaring tak sadarkan diri dengan alat alat penunjang kehidupan terpasang dibadannya.

Seungyoun memejamkan matanya untuk 3 detik lalu memutar arah mobilnya. Mau Dohyon bangun atau masih tidur, dia akan tetap membeli 3 box donat untuk anaknya.

Ah tidak, dia akan membeli 10 kotak donat hari ini.

Yeji bercerita jika hari ini adalah hari terakhir koass yang dibimbingnya berada di stase Forensik.

Membeli makanan untuk para anak muda yang tidak jelas statusnya bukanlah hal yang buruk.









**********






Yeji mengerjapkan matanya kala melihat sang suami memasuki ruangan Dohyon dengan tumpukan box donat yang dibawanya.

Apa suaminya berniat menghabiskan uang?

Tidak tidak, uang Seungyoun tak akan habis hanya karena 15 box donat dengan 1 box berisi 10 Donat besar.

Berarti ada 150 Donat.

Pertanyaannya, untuk apa? mau diapakan semua donat donat itu?

Yeji menyukainya tentu saja, tapi 150 Donat itu sangat banyak. Apa Seungyoun gila?

"Untuk apa semua ini?"

"Koass mu"

"Hah?"

Lelaki itu menunjukkan cengiran lebarnya.

"Berikan saja untuk mereka, sayang"

Yeji menggelengkan kepalanya dan membetulkan letak selimut Dohyon.

Detak jantungnya naik lagi.

"Anakmu bahkan menertawakanmu kak"

"Oh Delan tertawa? berani sekali menertawakanku"

Yeji bersedekap lalu menatap Seungyoun sanksi.

"Memangnya kau siapa? Dia anakku"

"Dia anakku juga Ji"

Seungyoun mendekat kearah istrinya lalu memeluk sosok itu dengan erat. Mengusap kepalanya dan memberi ciuman ciuman kecil untuk istri hebatnya itu.

"Kau tak tidur berapa hari?"

"Hanya sehari semalam"

"Apa kita perlu memindahkan Delan kerumah?"

"Tidak, aku banyak menghabiskan waktu disini. Lebih mudah bagiku untuk menjaga Delan"

Seungyoun mengangguk lalu memberi sedikit jarak pada mereka. Menyatukan dahinya dengan milik Yeji dan menutup matanya.

"Jangan menangis lagi apalagi didepan Delan, Ji. Aku tak mau melihat matamu sembab dan aku tak mau Delan ikut sedih"

"Tak akan lagi"

Dikecupnya bibir ranum perempuan yang menyandang status sebagai istrinya dengan lembut. Hanya saling menempelkan bibir, bukan jenis ciuman yang menuntut dan intens.

"Oh my god"

*ddukk*

"Akh Dokter"

Yeji dan Seungyoun terkesiap mendengar suara gaduh yang berasal dari pintu.

Disana, Dokter Jihyo yang sedang berdiri membelakangi mereka dan Nako yang tersembunyi dibalik tubuh Jihyo.

Seungyoun bisa melihat Dokter saraf itu menghela napasnya dan berbalik menatap mereka.

"Aku dan Nako hanya akan melakukan visit. Kalian bisa melanjutkannya nanti"

Jihyo berusaha senormal mungkin dan mendekati Dohyon.

Mengecek infus dan segala macamnya lalu menyuruh Nako untuk menuliskannya dalam kertas perkembangan Dohyon.

Perempuan itu tersenyum simpul.

"Keadaan Dohyon semakin membaik Dokter Yeji. Aku bisa meramal jika sebentar lagi dia sudah bisa bermain Bola dengan anak sulungmu"

Yeji tersenyum lalu menyenggol perut Seungyoun dengan lengannya.

"Lihat kak, Anak kita"

Ucap Yeji dengan bangga.










_____________
______________________________

ya Allah pengen nonton Day6 tapi lagi PAS 🙃
restu ortu udh dapet, duit ada, abang juga mau diajak. tapi knp harus PAS sih?? why gituloh!


Melepas Rembulan [Cho Seungyoun & Hwang Yeji] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang