73

1K 171 15
                                    

Seungyoun sedikit tersentak saat dirasa mobilnya ditabrak oleh sesuatu dari belakang. Dibelakang sana terdapat sebuah mobil berwarna putih yang sedang berhenti tepat dibelakangnya.

"Tunggu dulu ya Do, papa mau keluar. Kau telfon mama jika kita terlambat okey?"

Dohyon yang sedang bermain game langsung menoleh kearah ayahnya dan mengangguk. Untung saja kali ini mereka akan menjemput Naeun dan Gunhoo yang sedang ikut mama ke rumah sakit.

Bersamaan dengan keluarnya Seungyoun dari mobilnya, seorang pria tua pemilik mobil putih itu juga keluar.

"Maafkan saya nak, saya tidak sengaja. Saya akan ganti kerugiannya"

"Tak perlu tuan"

"Ini kartu nama saya, jika perlu hubungi saja. Saya sedang terburu buru sekarang"

Lelaki yang Seungyoun yakini berusia lebih dari setengah abad itu langsung masuk kedalam mobilnya setelah memberinya sebuah kartu nama berwarna sky blue.

Seungyoun juga berhasil melihat seorang perempuan berambut panjang yang terlihat familier duduk dikursi penumpang.

Dia menunduk hormat saat mobil putih itu berjalan mendahuluinya. Dilihatnya kembali kartu nama berwarna biru itu.

Kim Nam Gil

Dosen Yonsei University.

Otaknya mendadak mencari sebuah kepingan memori tentang nama ini.

Dapat.

Nama yang dulu disebut oleh istrinya dengan uraian air mata. Nama yang menjadi cinta pertama istrinya juga menjadi patah hati pertama istrinya.

Kebetulan macam apa yang menimpanya?

"Papa cepat, mama marah marah karena kita telah menjemput Naeun untuk ikut les menyanyi"




*************




"Pukul 10 dan kau baru datang Dokter Kim Minju? kau menelantarkan pasienmu? Dimana integritasmu sebagai Dokter, Dokter Kim Minju?"

Minju hanya menunduk saat Yeji memarahinya. Dia memang bersalah, bangun telat karena kemarin malam ada autopsi sampai pukul 2 pagi dan dia harus tiba dirumah sakit pukul 9 pagi.

"Dokter saya minta maaf, semalam saya terlalu lelah"

"Kamu pikir kami tidak lelah? bukankah kita melakukan autopsi bersama, Dokter Minju? tetapi saya, Dokter Hyunjin serta Dokter Chungha bisa datang kerumah sakit tepat waktu. Bahkan saya masih bisa memasak untuk keluarga saya"

Yeji menghela napasnya lalu menyugar rambutnya.

Semua tatapan mata sekarang tertuju pada mereka berdua. Mereka sedang berada di lorong stase forensik yang dilalui banyak orang.

Emosi Yeji seakan tersulut saat mengetahui Minju yang tergesa gesa sambil menenteng tasnya. Menandakan gadis itu telat.

Dokter Chungha juga Dokter Hyunjin hanya diam ditempatnya. Tak berani mendekat karena bisa saja mereka ikut diamuk oleh Yeji.

"Apa kau benar benar berniat menjadi dokter? apa hanya sekedar ingin mengejar nama sebagai Dokter?"

Minju tetap menunduk. Air matanya luruh saat Yeji mencecarnya dengan berbagai macam pertanyaan yang menyudutkan.

"Dokter Chungha memiliki dua anak yang masih sekolah, saya juga memiliki 4 anak yang harus diurus, Dokter Hyunjin harus mengurus ibunya terlebih dulu, dan Dokter Sehun juga harus mengantar anak anaknya pergi sekolah. Tapi kami tidak melupakan kewajiban kami, Dokter Minju. Apa kau tak malu dengan sebutan Dokter didepan namanu tapi kau melalaikan tugasmu? Kau memiliki berapa anak yang harus dirawat hingga kau telat?"

Minju ingin pulang kepangkuan ibunda saja dirumah jika seperti ini. Dia hanya telat sekali namun kenapa dokter Yeji sangat marah?

Tanpa Yeji sadari, sedari tadi pria berusia lebih dari setengah abad sedang memperhatikan mereka dengan menahan emosinya.

Seperti tau jika Dokter yang cukup senior di Forensik ini ingin memarahi gadis didepannya. Pria tua itu segera mendekat dan menarik gadis yang sedang menunduk itu kepelukannya.

"Dokter, anak saya hanya telat sekali karena kita mengalami sebuah insiden dijalan. Apa dia tak bisa dimaafkan?"

Pandangan Yeji memburam saat menatap pria itu.

Apa dia lupa padanya?

Wajah tampan dengan mata hangat yang dulu selalu menatapnya penuh kasih sayang sekarang menatapnya marah. Lengan yang dulu sering mengelusnya sekarang merengkuh gadis lain.

Yeji menggeleng pelan.

Dia ingin sekali memeluk sosok itu dan mengatakan betapa rindunya dia pada sosok itu. Namun dia tak berani.

Dengan jarak sedekat ini apakah dia tak mengingatnya?

"Saya pamit dulu"











____________________
___________________________________

Melepas Rembulan [Cho Seungyoun & Hwang Yeji] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang