Dohyon memakan makan siangnya dengan lesu. Nugget ayam buatan ibunya seakan tak menggugah selera makannya sama sekali.
Rumah terasa sepi beberapa hari ini. Ibunya selalu pulang setelah makan malam selesai. Hanya mengecup keningnya lalu meninggalkan mereka bersama para pengasuh diruang keluarga. Bahkan ayahnya juga demikian.
Mama tak pernah menggunakan jasa pengasuh sebelumnya. Mama bisa mengurusi mereka. Kak Junho, dirinya, dan juga kucing kucing. Apa karena tambah Naeun dan Gunho jadi mama menggunakan pengasuh?
Kak Junho hanya mengiriminya beberapa pesan singkat guna menanyakan keadaannya.
Dia sangat rindu keluarganya sebelum kak Junho pergi.
Dohyon melirik ponselnya yang tiba tiba menyala. Ada dua pesan belum terpaksa dari ibunya.
Pesan yang sama dengan pesan pesan sebelumnya. Berisi bahwa ibunya akan pulang telat. Lalu akan disusul dengan pesan yang sama tapi dikirimkan oleh ayahnya.
Dia mendengar orang tuanya bertengkar semalam. Bahkan dia harus membawa kedua adiknya untuk jauh dari kamar orang tuanya agar tak mendengar semuanya.
Serius, Dohyon berani bersumpah. Mereka tak pernah bertengkar sebelumnya. Ya mungkin hanya pertengkaran kecil karena ayahnya lupa mematikan kran air.
Tapi semalam dia mendengar ibunya berteriak pada ayahnya. Dan beberapa kali dia mendengar kata perpisahan diucapkan ibunya.
Dohyon tak bisa untuk tidak khawatir.
Dia baru bertemu ayahnya. Dia baru merasakan keluarganya utuh.
"Hoi"
"Astaga"
Dohyon mengusap dadanya yang berdebar. Kakak kelasnya ini memang barbar. Mengagetkan saja bisanya.
"Melamun saja, kenapa?"
Dohyon menatap sedih pada nugget yang diambil begitu saja dari tempat makannya.
Didepannya telah duduk Kak Yuna dan Junghwan. Junghwan sibuk memainkan game diponselnya sedangkan Yuna mengganggu acara makan siangnya.
"Tidak"
"kau rindu kakakmu"
Dohyon menggeleng.
"Lalu kenapa melamun? aku ditugaskan kak Junho untuk menjagamu"
Yuna kembali mengambil nugget Dohyon lalu disuapkannya kedalam mulut Junghwan yang masih bermain game.
"apa orang tua kalian juga bertengkar?"
Yuna berpikir sejenak. Sepertinya tidak. Dia juga tidak tau.
"Iya, makanya aku tak suka dirumah"
Junghwan menjawab. Kali ini pemuda itu mematikan ponselnya.
"Apa yang akan kau lakukan saat mereka bertengkar?"
"Melindungi ibu, ayahku suka memukul"
Ah, Yuna tau.
Beberapa kali dia menemukan lebam diwajah Junghwan. Dan memarahi adik kelasnya itu agar dia tak tawuran lagi. Tapi ternyata dia salah.
"Semalam orang tuaku bertengkar, mereka menyebutkan perpisahan. Aku harus apa?"
"Itu hanya emosi sesaat, mereka akan berbaikan lagi"
"Benarkah?"
"Percaya padaku"
Dohyon mengangguk dan menyuapkan nasi kedalam mulutnya.
"KAK YUNAAA"
Nuggetnya habis. Kotak bekalnya hanya tersisa nasi dan juga daun selada.
***************
"Tak pulang Mr. Cho?"
Seungyoun mendongak dan mendapati Sowon yang berdiri dipintu ruangannya.
"Ini sudah pukul 11, anak anak anda bagaimana?"
"Ada pengasuh"
Perempuan itu terkekeh lalu melangkah mendekat kearah bosnya. Duduk dikursi yang ada didepan Seungyoun sambil menatap serius lelaki itu.
Wajah lesu, nata menghitam, tatapan mata yang tak bersemangat sama sekali.
"Bertengkar dengan dokter Yeji?"
Seungyoun tak menjawab, lelaki itu memilih diam dan berkutat dengan bolpoinnya. Dia tak tau harus menjawab apa atas pertanyaan Sowon.
"Pulanglah Mr. Cho selesaikan semua urusan anda dengan dokter Yeji sebelum anda membuat perusahaan ini bangkrut"
Seungyoun mendongak dan memejamkan matanya. Ditariknya napas dalam dalam dan kembali menegakkan tubuhnya. Mata tajamnya menyipit menatap Sowon.
"Kita perlu menenangkan diri"
"Dan membuat anak anda menjadi korban? maksud saya, anda dan dokter Yeji selama ini tak pernah menggunakan jasa pengasuh. Anda selalu menyempatkan pulang sebelum makan malam tapi seminggu terakhir ini anda selalu pulang larut. Dohyon mulai besar dan dia pasti merasakan hal yang berbeda dari kalian. Maafkan jika saya lancang Mr. Cho"
Benar.
Dohyon pasti mengetahui semuanya, apalagi kemarin malam saat mereka nertengkar hebat. Tidak mungkin jika putranya tak mendengar hal itu.
Bahkan Yeji mengutarakan dengan lantang ingin berpisah dengannya.
Seungyoun mengacak rambutnya frustasi. Diraihnya jas yang tersampir dikursi dan dia keluar begitu saja dari ruangannya.
Sowon yang melihat bosnya gusar hanya tertawa.
***********
"Aku membawa mobil"
"Pulang denganku Ji"
"Aku membawa mobil kak"
Dengan cepat Seungyoun merebut snelli serta tas milik istrinya dan membawanya kedalam mobil miliknya. Mereka harus menyelesaikan masalah ini malam ini juga.
Seungyoun tak ingin Dohyon, Naeun, Gunho bahkan Junho menjadi korban.
Lelaki tinggi itu langsung bergegas kerumah sakit setelah menelfon Hyunjin guna enanyakan apakah Yeji masih ada disana atau tidak. Perempuan itu masih disana namun ingin pulang, beruntung mereka bertemu dilobby rumah sakit.
"Masuk, kita selesaikan semuanya"
Seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, Yeji langsung menuruti perintah suaminya. Duduk tenang dikursi penumpang, sementara Seungyoun menyetir.
Tak ada pembicaraan dari keduanya disepanjang perjalanan. Biasanya Yeji bercerita tentang bagaimana hari yang sudah dilaluinya. Tentang nenek yang tersesat di stase Forensik padahal beliau hanya sakit batuk ataupun tentang anak kecil yang tak sengaja menabraknya karena berlari takut disuntik. Stase forensik berdampingan dengan pediatri hingga memungkinkan hal itu terjadi.
Seungyoun biasanya akan menyetel lagu dengan vibe chill atau menuruti Yeji untuk memutar lagu dari band Day6. Kadang Seungyoun juga membuka perbincangan mengenai membeli hal mahal baru dan akan dihadiahi omelan panjang dari Yeji.
Tapi kali ini mereka hanya diam.
Perjalanan yang hanya butuh waktu 30 menit kini terasa memakan waktu 3 jam bagi Yeji.
Yeji menoleh kala merasakan jemarinya tergenggam. Seungyoun lalu memberikan dua kecupan ringan disana.
"Jangan meragukanku Ji"
___________________
_________________________________

KAMU SEDANG MEMBACA
Melepas Rembulan [Cho Seungyoun & Hwang Yeji]
FanfictionSepuluh tahun berlalu, banyak yang berubah dari mereka. Book 1 : Begini Adanya Book 2 : Melepas Rembulan