perempuan itu selalu menatap keluar jendela sepanjang perjalanan, tak berniat membangun pembicaraan dengan lelaki yang sedang menyetir disebelahnya
Beberapa kali kepalanya terantuk kaca karena mengantuk namun ia masih mencoba mempertahankan kesadarannya karena merasa sungkan untuk tidur.
Dulu dia berani melakukan segala hal didalam mobil lelaki itu. Makan snack hingga remahannya mengotori jok, menumpahkan susu strawberrynya, bahkan membiarkan Ouri mencakar jok mahal itu. Namun sekarang hanya tidur saja ia tak mau melakukannya.
"Tidur saja, nanti akan aku bangunkan jika sudah sampai disekolah Dohyon"
Seakan mendapat persetujuan dari sang tuan dia memejamkan matanya. Sebelum jatuh dalam mimpi dia berdoa agar saat bangun nanti dia sedang memeluk Dohyon ditempat tidur menandakan bahwa 3 hari terakhir ini ia hanya bermimpi.
********
Setelah sampai disekolah Dohyon, Seungyoun turun dan memilih menunggu anak itu diluar, membiarkan Yeji yang sedang tertidur.
Dia menggulung lengan kemeja hitamnya dan bersandar di pintu mobil.
Sebentar lagi jam pulang berbunyi dan dia hanya perlu menunggu anak itu keluar.
Dia menoleh saat mendengar debum pintu diseberang. Ternyata Yeji sudah bangun. Perempuan itu memposisikan diri berdiri disamping Seungyoun, tangannya bersedekap sambil menatap lurus gerbang Sekolah Dasar didepan sana.
Banyak wali murid yang juga sedang menunggu anak anak mereka.
Namun ada satu hal yang sedikit mengusik Yeji.
Banyak perempuan yang entah itu ibu, kakak, atau seorang baby sitter yang menatap lapar pada Seungyoun.
Dia melihat Seungyoun yang berdiri dengan bersedekap pula disampingnya.
Tak ada yang aneh pada lelaki ini, kemeja hitam yang lengannya digulung sampai siku, rambut yang ditata menampakkan dahi, celana bahan hitam yang membungkus kaki panjangnya. Bahkan lelaki ini tak tersenyum, lalu apa yang membuat mereka menatap Seungyoun seperti itu?
"Kenapa?"
Lelaki itu akhirnya mengeluarkan suara, bertanya tentang apa yang Yeji lakukan.
"Apa yang membuat mereka melihatmu?"
Ucap Yeji sembari menunjuk gerombolan itu menggunakan dagunya.
"Aku tampan"
Yeji mendecih.
Tampan?
Yeji akui lelaki ini tampan dilihat dari segi manapun. Bisa dibilang bahwa Seungyoun tipe Hot Daddy yang banyak digemari perempuan segala usia jaman sekarang.
Tapi tidakkah perempuan perempuan itu bisa melihat bahwa ada seorang perempuan lain disebelahnya?
Ah Yeji lupa, mereka tak memiliki hubungan.
Yasudah, biarlah.
Dia tak mau peduli lagi.
Tapi tatapan tatapan itu terus mengganggunya. Harusnya dia mengenakan snellinya sekarang dan menunjukkan bahwa dia dokter spesialis Forensik dengan gelar Sp.F dibelakang namanya!
Ya walaupun masih ada yang melebihinya tapi menjadi seorang dokter spesialis dan menyandang status sebagai seorang ibu bagi seorang anak laki laki yang aktif dari semasa Coass bukanlah hal mudah.
Dia harus tega meninggalkan anaknya demi pendidikan.
Yeji bahkan sempat ingin menyerah semasa menjadi Residen. Jika bukan karena Yunseong yang selalu menyemangati dan mengingatkan tentang mimpinya ia tak akan bisa sejauh ini.
"Ji, bisakah kau sedikit santai?"
Yeji menoleh pada Seungyoun.
"Aku sudah santai"
"Tatapan matamu seakan ingin membunuh seseorang"
Yeji membuang mukanya lagi, menatap dedaunan yang jatuh dari pohon maple.
"Aku milikmu"
Seungyoun berbisik rendah ditelinganya dan itu membuat Yeji sedikit meremang.
Bel pulang sekolah berbunyi, anak anak berhamburan keluar gerbang menemui penjemput masing masing.
Sepuluh menit berlalu tapi tak ada tanda tanda Dohyon keluar dari gerbang sekolahnya.
Apakah anak ini tak masuk sekolah?
Tapi Yena bilang tadi pagi ia sedang menyiapkan bekal untuk Dohyon.
Yeji mulai resah.
Apa terjadi sesuatu pada Dohyon?
Benar saja, anak itu berjalan dengan lutut yang diperban.
Yeji ingin segera berlari menuju anak itu namun Seungyoun menahannya membuat Yeji juga menahan dirinya.
"Kenapa lagi pada lututmu? Astaga Delan. Sudah Mama bilang jangan terluka lagi"
Sembur Yeji pada Dohyon saat putranya sudah sampai didepannya.
Dohyon yang mendengar ocehan ibunya hanya tersenyum lebar dan menunjukkan giginya.
"Tadi aku bermain bola dan terjatuh. Tapi Sir Andrew sudah mengobatinya jadi Sunshine tak usah khawatir"
Yeji menangkup pipi berisi Dohyon dan menciumi tiap jengkal wajah putranya.
"Sunshine tak bertemu denganmu 3 hari dan saat kita bertemu kau terluka? kau tak kasihan pada sunshine mu ini?"
Anak itu mengecup hidung ibunya lalu tersenyum manis.
"Pangeran rindu Sunshine"
Yeji memeluk putranya erat.
Seungyoun menghangat melihat interaksi ibu dan anak didepannya. Semua penatnya hilang seketika, bahkan mereka tak menghiraukan dirinya.
Manis.
Dohyon akhirnya tersadar akan kehadiran Seungyoun. Anak itu melepas pelukan ibunya lalu memeluk Seungyoun erat, sangat erat.
Seungyoun terdiam mendapat perlakuan yang mendadak seperti ini.
"Delan juga rindu papa"
Seungyoun diam.
Tak tau harus bagaimana.
Dilihatnya Yeji dengan tatapan mata bertanya, apa yang harus dia lakukan?
Yeji berbicara tanpa suara dan memperagakan apa yang harus dilakukan lelaki itu.
"Peluk dia"
Seungyoun melakukan apa yang Yeji suruh padanya.
Tenang dan menenangkan.
Bagaimana bisa 10 tahun ini dia hanya mencari Yeji tanpa mencari anaknya?
Bagaimana bisa 10 tahun ini dia tak tau menau tentang Dohyon?
Bagaimana bisa 10 tahun ini Yeji pergi dengan membawa semua kebahagiaannya?
Sore itu bagai hari terbaik yang pernah Seungyoun alami sepanjang 36 tahun hidupnya.
Melihat Yeji yang tersenyum lebar dengan Dohyon dipelukannya.
Yang perlu dia lakukan hanya membangun kembali kepercayaan Yeji dan membuat perempuan itu menambah gelar pada namanya.
_____________
____________________________halooooooo
aku mau curhat dikit wkwk
jadi aku punya abang, dia baru kuliah smt 3. dan dia udh punya pacar sekarang. kita ldr an, dulu kalo malem suka vidcall, suka telfon sama aku sesibuk apapun dia sekarang jarang. katanya sibuk, tapi pas aku telfon tulisannya on another call.
wajar gak sih kalo aku marah?
ini abang kandung ya
SEKIAN DAN TERIMAKASIH
KAMU SEDANG MEMBACA
Melepas Rembulan [Cho Seungyoun & Hwang Yeji]
Fiksi PenggemarSepuluh tahun berlalu, banyak yang berubah dari mereka. Book 1 : Begini Adanya Book 2 : Melepas Rembulan