38

853 256 9
                                    

Yeji mengemudikan mobilnya dengan sedikit mengebut. Lenggangnya jalan raya dimalam hari sedikit membantunya.

Dia sedang membeli makanan di restoran cepat saji terdekat saat Sehun menelfonnya dan mengatakan padanya untuk cepat sampai di lokasi penemuan seorang mayat perempuan yang diduga korban pemerkosaan.

Salju tak turun namun udara tetap saja dingin, pohon pun masih tertutup salju akibat turunnya benda putih itu sore tadi.

Ponselnya sedari tadi berdering menampilkan nama suaminya namun tak satupun yang dijawabnya.

Malam ini tepat 2 hari setelah panggilan telfon mereka dan Yeji sama sekali tak menghubungi Seungyoun. Tak satupun telfon atau pesan suaminya yang dijawabnya. Dia merasa sedikit sakit hati, biarkan saja lelaki itu.

Berkali kali pula Junho dan Dohyon memberinya sebuah panggilan telfon dari Seungyoun namun dia selalu menolaknya dengan berbagai alasan. Dia sedang tak mau bicara dengan suaminya itu.

Suara sirine yang datang dari mobil polisi mulai terdengar. Didepan sana lampu lampu berpenjar menerangi tempat kejadian.

Yeji memarkirkan mobilnya. Mengenalan snelli putihnya dan juga menggantung id card dilehernya dan keluar dari mobil.

"Dok, kita harus mengumpulkan barang bukti secepat mungkin sebelum salju turun lagi dan menghapus bukti bukti yang ada. Disebelah korban ditemukan selembar sapu tangan yang terdapat bercak darah yang diduga darah korban"

"Apa dia terluka?"

"Terdapat bekas cakaran dipunggungnya, kissmark dileher hingga perut serta beberapa luka ditangan dan kaki"

Mereka berjalan cepat menuju mayat gadis muda yang masih dibiarkan tertutup koran.

Polisi belum berani memindahkannya karena belum ada dokter yang mengidentifikasi tempat kejadian.

"Apa dokter Sehun sudah kesini?"

"Belum dok, mungkin 3 menit lagi"

Benar, posisinya tadi berjarak lebih dekat dari tempat kejadian perkara. Dan juga mereka harus menyiapkan perlengkapan sebelum kemari.

Yeji memakai maskernya dan melewati garis polisi guna melihat korban.

Jasad perempuan itu nampak mengenaskan. Kepala yang terluka masih mengucurkan darah segar. Bekas gigitan serta cakaran dimana mana.

Gadis dengan rambut hitam ini masih duduk dibangku Sekolah Akhir. Dia tau karena mata gadis ini tertutup oleh dasi sekolah yang persis seperti milik Junho.

Apa?

Junho?

Gadis ini satu sekolah dengan Junho?

"apa kalian menemukan barang bukti seperti seragam sekolahnya atau apapun itu?"

"Seragam sekolahnya yang terlipat rapi disebelahnya sudah diamankan dok"

"Dimana?"

Polisi perempuan yang sedari tadi menemaninya membuat gestur mengajak Yeji untuk bersamanya.

"Dokter Yeji"

"Dokter Sehun, jasadnya ada disana. Aku akan memeriksa barang bukti yang telah ditemukan"

Dokter senior itu mengangguk lalu menuju kearah jasad gadis SMA itu ditemukan.

Sekarang Yeji bisa melihat bagaimana seragam sekolah gadis itu.

Yoon Jieun.

Yeji dapat melihat jelas name tag yang tertempel diseragam sekolah korban. Seragam sekolah versi perempuan dari seragam Junho.

Tas berwarna peach yang penuh buku serta terdapat satu botol minum yang telah kosong. Sepatu putih yang kotor akibat lumpur serta jam tangan peach yang terlihat manis.

Gadis ini seumuran Junho?

Ya tuhan. Masa depannya masih panjang, dia masih harus mengejar mimpinya.

"Apa keluarganya sudah dihubungi?"

"Keluarganya hanya terdiri dari seorang kakak perempuan dan sekarang ini kakaknya sedang berada di Jepang untuk bekerja Dok"

Jantung Yeji seolah diremas kala mengetahui fakta tersebut.

"Siapa nama kakaknya?"

"Yoon Jisoo, dia bekerja di perusahaan property Entropy Corp. namun sekarang dia sednag berada di Jepang dok"

Kebetulan macam apa yang menimpa Yeji?

Dia teringat Seungyoun yang menelfonnya berkali kali. Apa lelaki itu menelfonnya guna menanyainya apa dia menerima kasus ini?

jika benar, maka jawabannya adalah Iya. Iya, dia yang menangani kasus adik dari Sekretarisnya.

"Dok, apa sekarang kita bisa memindahkan korban? salju mulai turun"

Yeji melihat kelangit, hamparan luas dengan warna hitam itu mulai menurunkan butiran butiran benda dingin bewarna putih.

"Apa dokter Sehun sudah selesai mengidentifikasi?"

"Sudah dok, Dokter Sehun meminta persetujuan anda untuk memindahkan korban"

Yeji menghela napasnya. Tak terasa, buliran air turun dari pelupuk matanya.

"Lakukan saja, kasian gadis itu kedinginan"

"Baik dok"

Yeji melepas sarung tangannya dan mengusap air matanya yang kembali turun.

"Cho Yeji menangis lagi?"

"Diamlah, kau tak bisa mengerti perasaanku"

Sembur Yeji pada seorang lelaki yang menjabat sebagai kepala polisi devisi panggilan darurat 112.

Lelaki ini kembali mengejeknya.

Ya dia tau jika dia sering menangis saat menghadapi sebuah kasus apalagi kasus yang semacam ini.

"Sudahlah Dokter Cho, manusia memiliki takdir yang berbeda, manusia akan mati pada akhirnya. Hanya waktu dan cara mati mereka saja yang berbeda"

Yeji tersenyum.

Lelaki Lee ini memang sungguh berbeda. Kadang lelaki ini akan sangat konyol namun kadang akan sangat dewasa.

"Pak Lee, disana aku menemukan seorang lelaki yang sekarat. Mungkin dia masih bisa selamat"

Dengan cepat mereka menuju tempat yang ditunjukkan pada polisi itu.

Yeji berharap mereka bisa mengusut tuntas kasus ini, berhasil menemukan pelakunya melalui semua barang bukti yang ada di TKP.

Dia melakukan ini bukan untuk Jisoo, namun untuk gadis seumuran Junho yang sudah meregang nyawa disana.

Tuhan pasti membantunya

____________
___________________________

walopun seungyoun ga ada tp part ini penting.

ingat, part ini penting.

Dukung X1 apapun yang terjadi okay? janji sama gue sekarang!

Melepas Rembulan [Cho Seungyoun & Hwang Yeji] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang