Dohyon berdiri lesu diseberang meja tempat Ouri tertidur. Kucing itu sedang sakit dan sekarang dia ditemani Junho memeriksakan Ouri.
Kucing gembul itu akan menemaninya kemanapun dia pergi. Ouri memang pemalas tapi dia selalu semangat ketika Dohyon mengajaknya bermain.
Kini kucing itu terbaring lemas dengan dokter yang meneriksanya.
Dia hanya melihat kucing itu dengan tatapan sedih.
14 tahun hidupnya berdampingan dengan Ouri, kini melihat makhluk lucu itu terbaring lemah, dia juga ikut lemah.
"apa harus dilakukan tindakan bedah?"
Dohyon membelalak saat mendengar Junho melontarkan kalimat horror tadi. Apa Ouri sakit parah hingga harus dioperasi?
"Untuk sementara kami akan memberikan obat, jika benjolannya semakin membesar maka akan dilakukan tindakan bedah. Ouri kucing yang kuat, sekarang ini usianya 15tahun. Mungkin dia sudah lelah dengan dunia"
Junho mengangguk mendengar penuturan dokter hewan yang sudah menjadi langganan mereka.
Dohyon menggendong Ouri yang tengah tertidur, menyamankan kucing itu dalam pelukannya. Mengusap bulu orange yang dibalut dengan selimut hangat sepanjang koridor klinik hewan itu.
"Ouri harus sembuh dan lihat Delan lulus SMP okay? papa juga belum pulang. Ouri harus sembuh"
Kucing Orange itu mengeong seakan mengerti rentetan kata yang diucapkan Dohyon.
Junho yang melihatnya hanya tersenyum, menstarter mobil dan membawanya kembali kerumah.
Dia tak jadi pergi dengan teman temannya karena Dohyon yang panik menggedor gedor kamarnya yang terkunci karena dia sedang ganti baju.
Dengan cepat mereka membawa Ouri ke klinik hewan terdekat.
"Kak, Ouri tak akan kenapa kenapa kan?"
"Dia akan hidup"
Dohyon memeluk Ouri lebih erat dan menciumi kucing yang sedang tertidur itu.
"Ouri-ah"
Walaupun Dohyom memiliki 6 kucing lain namun Ouri tak akan tergantikan. Ouri tetap menjadi kucing kesayangannya.
*********
Yeji menyantap makan siangnya dengan pandangan kosong. Pikirannya bercabang kemana mana padahal saat ini dia dan para dokter spesialis di stase lain sedang berbincang.
Junho tadi menelponnya jika Ouri sakit dan harus dibawa ke klinik hewan. Anak sulungnya itu meminta ijin untuk mengendarai mobil hadiah ulang tahunnya karena mendesak.
Dan sampai 2 jam kemudian kedua anaknya tidak ada kabar. Tak ada yang memberitahunya tentang apa penyakit Ouri, apa Ouri sudah selesai diperiksa?
Dia ingin cepat cepat pulang dan merawat kucing pertamanya itu.
Kucing gembul yang dibawanya kemana mana.
"Ji"
Yeji tersentak saat sebuah tepukan mendarat dibahunya.
Kim Mingyu
Dokter Spesialis bedah yang baru mendapatkan gelarnya setahun yang lalu menatapnya dengan pandangan bertanya.
"Apa katamu tadi? maaf aku tidak fokus"
"Kau kenapa Ji?"
"Kucingku sakit, dan aku tidak tenang sekarang. Anak anakku tak mengabari kucingku sakit apa"
"Kucing yang mana?"
Kali ini Dokter Jihyo yang bertanya, pasalnya dia tau jika Yeji memiliki 7 kucing. Dia tak tau kucing yang mana yang sakit.
"Ouri, kucing pertamaku"
"Ah, kucing gembul dengan bulu orange yang pemalas itu?"
Hyunjin menjentikkan jarinya saat mengingat kucing yang dimaksud Yeji.
Dia pernah bertemu Ouri beberapa kali. Kucing itu sangat clingy pada siapapun.
"Bagaimana bisa?"
"Tak tau, Junho ataupun Delan tak menelpon ku lagi"
"Habiskan dulu makan siangmu, darl"
Dokter Bedah itu kembali mendekatkan piring makan siang Yeji pada perempuan iti agar Yeji kembali memakannya.
"Kucingmu akan baik baik saja, percayalah"
Mingyu tersenyum hingga menampakkan gigi taringnya yang lucu.
***********
Perempuan berponi itu menghela napasnya berat sambil bersedekap saat menatap sosok lelaki berkemeja biru donker yang dilapisi coat hitam yang sedang menyesap americano nya.
Lelaki ini sama sekali tak berubah, tetap keras kepala dan pantang menyerah. Dia memberi apreasi penuh pada kemauannya, tapi dia tak akan mengabulkan permintaannya.
Membuatnya terkejut pada jam makan siang dan berakhir membawanya ke kafe didepan butik. Menyantap makan siang bersama dan berakhir dengan memesan americano.
Hanya percakapan singkat mengenai makanan yang terjadi sejauh ini. Dia sama sekali tidak berniat menanyakan kabar lelaki 35 tahun ini. Untuk apa bertanya saat dia sendiri tau keadaannya baik baik saja.
Kelewat baik sepertinya hingga dia memiliki banyak waktu untuk datang ke negara asal mereka.
"Bagaimana kabarmu Yen?"
"Aku baik"
"Ya aku bisa melihatnya"
Lelaki dengan surai cokelat ini menatap matanya dalam.
Tak bisa dipungkiri dia merindukan mata sayu milik sosok ini. Mata yang sering beradu pandang dengan miliknya.
"Bisakah kita berbicara serius malam ini Yen? Di tempat yang lebih private?"
"Aku punya janji dengan Yeji"
"Aku hanya memiliki waktu 2 hari, besok malam aku kembali ke Australia"
"Kalau begitu tak usah berbicara"
"Kau akan menyesal"
"Tak akan"
Yunseong kembali menghela napasnya dalam. Kembali menatap serius irish indah Yena.
"Akan kutemui setelah kau bertemu Yeji, hanya 10 menit. Tak akan lebih"
Yena diam.
Memandang mata sayu Yunseong lalu memberikan sebuah anggukan pada akhirnya.
Mungkin malam nanti akan menjadi penolakan terakhirnya pada sosok ini.
_______________
____________________________now playing
Don't watch me cry -Jorja Smith
KAMU SEDANG MEMBACA
Melepas Rembulan [Cho Seungyoun & Hwang Yeji]
Fiksi PenggemarSepuluh tahun berlalu, banyak yang berubah dari mereka. Book 1 : Begini Adanya Book 2 : Melepas Rembulan