"Pagi kak"
"Sedang apa, sayang? apa anak anak sudah bangun?"
"Ini hari minggu, tak mungkin jika mereka bangun sepagi ini"
"Aku merindukanmu, anak anak juga"
"Astaga ini masih pagi tuan Cho"
"Iya aku tau, jawab pertanyaanku tadi"
"Yang mana?"
"Istriku sedang apa?"
Yeji terkekeh saat mendengar Seungyoun menekankan kalimatnya.
"Memasak"
"Aku rindu masakanmu"
"Cepat pulang, aku rindu"
Suara Yeji melembut, memohon pada Seungyoun.
"Aku disini seminggu lagi"
"Lama"
Seungyoun terkekeh, apa apaan ini? Istrinya merengek? dia ingin cepat cepat pulang dan memeluk Yeji.
"Kau merengek?"
"Tidak"
Sayup sayup Yeji bisa mendengar suara bel yang berbunyi. Mungkin seseorang menekan bel kamar hotel Seungyoun.
"Sayang, sepertinya aku harus turun sekarang. Sowon akan membunuhku jika aku tak segera"
"Semangat, cepatlah pulang"
"Iya, i love you"
Yeji mengulas sebuah senyum manis yang tak dilihat Seungyoun.
"Aku juga mencintamu"
Telfon diputuskan oleh Seungyoun.
Kini Yeji kembali pada kegiatannya memotong bawang bombai. Omelet sayur dipagi hari mungkin menyenangkan. Tak udah ragu jika anak anaknya tak suka. Junho dan Dohyon akan selalu memakan masakannya, apapun jenisnya. Mereka pemakan segala.
Yeji sedikit lega saat tau bahwa Seungyoun membawa Sowon dalam perjalanan bisnisnya.
Sowon perempuan hebat dengan otak cerdasnya, dia juga ibu yang tegar.
Mereka pertama kali bertemu di Australia, saat itu Yeji masih baru menyandang gelar dokter spesialis Forensik.
Disana dia bertemu seorang perempuan yang sedang menangis sendirian didepan ruang otopsi. Yeji hanya sempat memberi sedikit semangat dan menanamkan keyakinan pada perempuan itu agar tegar lalu masuk kedalam ruang otopsi.
Kim Sowon, seorang single parent yang baru saja menghadapi kenyataan bahwa anaknya ditemukan meninggal disebuah jalanan dengan keadaan mengenaskan.
Anak perempuan manis seumuran Dohyon.
Yeji bisa merasakan apa yang Sowon rasakan. Dia selalu menguatkan perempuan itu pada masa beratnya.
Sowon memutuskan membawa jenazah anaknya ke Korea setelah otopsi berhasil dilakukan dan penyebab kematian telah diketahui.
Namun perempuan itu tetap menyimpan dendam yang besar bagi siapapun yang menbunuh anaknya.
Hingga berdua bertemu kembali di Korea. Di pesta pernikahannya.
Entah kebetulan macam apa yang membawa Sowon bekerja untuk Seungyoun. Seungyoun tak tau fakta bahwa mereka berdua sempat memiliki hubungan emosional sebelumnya.
Yeji ikut senang saat melihat keadaan perempuan itu sekarang. Sowon tampak lebih tegar dan membentengi dirinya dengan sifat galaknya.
"Ma hari ini Junho akan pergi dengan Chaeng"
Yeji menoleh mendapati Junho dengan muka bantalnya berjalan kearah kulkas dan mengambil minuman dari sana.
"Hanya Chaeng?"
"Tidak juga, kita akan kerumah Soobin"
Yeji mengangguk lalu menaruh Omelet yang telah dibuatnya kepiring.
"Adikmu sudah bangun?"
"Sudah, tapi malas untuk beranjak dari tempat tidur"
Yeji tersenyum.
Dohyon memang bukan tipe anak yang suka bangun pada pagi hari. Dia memiliki mood buruk pada pagi hari.
"Kau makan saja dulu, mama akan mengurus Dohyon"
Yeji mengusap puncak kepala Junho dan mengecup pelipis anaknya lalu beranjak dari dapur.
Dia harus kerumah sakit pukul 8 nanti. Dan sekarang baru pukul 6.
Yeji masuk kekamar Dohyon yang tidak terkunci dan menemukan anak itu masih bergelung dibalik selimutnya. Dengan cepat dia mematikan lampu, AC, dan membuka tirai kamar Dohyon.
Sinar matahari yang menembus jendela membuat Dohyon sedikit kaget.
"Ah mamaaaa, Delan mengantuk"
"No no no, bangun sekarang ice bear. Mama harus kerumah sakit pukul 8, ayo cepat bangun"
Dohyon mendudukkan dirinya sambil menguap. Mata kecilnya maish terpejam.
Yeji bersedekap melihat ekspresi anaknya yang tak ingin bangun pagi.
"Mamaaaa ini hari Minggu"
"Hari minggu tak bisa kau jadikan alasan pangeran, ayo cepat bangun"
"Mamaaaaaa"
Dohyon berteriak saat Yeji menciumi seluruh bagian wajahnya.
Diruang makan, Junho tetap melanjutkan sarapannya meski mendengar jeritan Dohyon yang tiap pagi dia dengar.
Kenapa adiknya sangat suka berteriak?
************
"Apalagi Kim?"
"Sebentar lagi meeting dan kau masih santai?"
Seungyoun hanya menatap Jengah pada Sowon yang menatapnya tajam.
Lagi lagi perempuan ini ingin memakannya.
Seungyoun berjalan menuju lift mendahului Sowon. Membiarkan perempuan itu mengekornya.
"Selamat pagi Sir"
Seungyoun menoleh mendapati sekretarisnya tersenyum ceria disana tanpa tau jika Kim Sowon menatap mereka dengan tatapan membunuh.
Seungyoun melemparkan senyuman manisnya pada snag sekretaris.
"Pagi sir, Pagi Nona Kim Sowon, pagi Jisoo"
Sebuah suara lelaki lain menginterupsi.
"Pagi Woo"
"Pagi tuan Eunwoo"
Sowon hanya melemparkan tatapan datar pada Eunwoo yang datang dengan senyumannya hingga membuat mata indah itu membentuk lengkungan cantik.
"Kau memiliki mood buruk lagi, nona Kim?"
"Bukan urusanmu"
Pintu lift terbuka dan mereka masuk kedalamnya. Dengan cepat Sowon menarik tangan Jisoo agar tak dekat dekat dengan Seungyoun.
"Kau harus selalu disebelahku, jika tidak maka akan kupastikan kau berakhir mengenaskan dimeja otopsi"
Jisoo bergindik ngeri mendengar ancaman Sowon.
"Setelah sampai Kyoto kita harus berbicara"
Jisoo menatap penuh tanya pada Sowon. Namun perempuan itu tetap menatap lurus kedepan seakan perkataannya tak mengganggu.
___________
_________________________Jisoo nya OC ya, lu mau bayangin siapa aja serah dah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Melepas Rembulan [Cho Seungyoun & Hwang Yeji]
FanfictionSepuluh tahun berlalu, banyak yang berubah dari mereka. Book 1 : Begini Adanya Book 2 : Melepas Rembulan