"Ibuku sakit dan adikku mau melahirkan. Aku tidak minta diberhentikan, aku hanya izin selama 3 bulan. Itu sama seperti cuti melahirkan. Aku harus menjaga ibu dan adikku jadi, apakah aku boleh izin?"
"…." Varo masih sibuk dengan berkas-berkas didepannya, ketika menerima telpon dari Lily. Ia tidak pernah memikirkan kalau gadis itu akan izin cuti setelah gajinya dinaikkan. Jangan bilang kalau gadis itu sudah merencanakan hal ini sebelumnya. "Tidak perlu!" Akhirnya Varo menjawab singkat.
"Maksudmu?"
"Kamu nggak perlu datang-datang lagi!" Setelahnya hanya suara tut…tut…tut...dari ponsel yang terdengar.
Lily menghela nafas dalam, menatap sedih pada bayi montok yang selama 6 bulan ini diasuhnya. Ia terlalu sayang pada Arion, makanya ia masih tetap mau menjadi babysitter nya, tapi sayangnya pamannya yang super dingin itu nggak sependapat dengannya. "Benar. Dia bisa mendapatkan babysitter yang lain dengan mudah, semoga saja babysitter itu akan sangat sayang padamu nak."
Sebelum pergi, Lily membuat catatan panjang dalam buku yang ia beli. Ia sejak menjadi babysitter nya Arion, sudah rajin mencatat perkembangan bayi itu didalam buku. "Semoga saja dia mau membacanya. Setidaknya aku bertanggungjawab soal kesehatan Arion selama ini dan dia tidak tau apa-apa selain tidur di samping bayi ini."
Lily memberitahu Bik Seli sang kepala pembantu rumah tangga karena ia yang mengurusi Arion ketika gadis itu libur bekerja.
"Padahal kata dokter, sebentar lagi Arion pasti sudah bisa bicara." Bik Seli mengusap kepala Arion yang tertidur di box bayi. Lily kembali merasa sedih, ia merasa meninggalkan anaknya sendiri untuk diasuh orang lain.
"Mau gimana lagi Bik. Bundanya Lily sakit, Lily sebagai anak pertama harus pulang dan jagain bunda. Adiknya Lily juga udah mau lahiran. Jadi nggak mungkin Lily nggak pulang."
Setelah pamitan dengan Bik Seli dan menjelaskan apa saja kebutuhan Arion. Lily yang memang berasal dari Palembang segera kembali ke daerahnya.
Dan malam itu, Arion membuat kepala Varo semakin sakit karena bayi itu tidak berhenti menangis, walaupun sudah diberi makan. Dan dia, akhirnya juga membuat kepala Lily sakit karena harus melakukan video call dengan pria yang hanya berdiri diam itu.
"Aku tidak memberikannya apapun, kalau Rion menangis, gendong dan peluk saja sampai dia tertidur."
"….."
"Dia tidak mau digendong Bik Seli? Kamu yang gendong! Kamu kan omnya dia."
"….."
"Bos! Kalau bayinya didiemin aja dia nggak bakal berhenti nangis. Cepetan gendong!" Lily benar-benar kesal dan memaksa pria itu. Ia baru saja tiba dirumahnya di Palembang, belum sempat menyapa keluarganya, tapi langsung mendapat panggilan video call dari pria yang memecatnya siang tadi.
"….Berat." ucap pria itu akhirnya. Namun ia juga merasa lega karena Arion langsung diam begitu pria itu menggendongnya.
"Besok, segera cari babysitter yang baru, jadi kamu nggak akan kerepotan. Semua kebutuhan Rion udah aku tulis di buku catatan, apa aja yang boleh dan nggak boleh dipakai atau dimakan. Juga ada jadwal imunisasinya. Kalau dia masih nangis, kamu yang harus nemenin, karena selain aku dan Bik Seli, Rion juga paling sering dekat dengan kamu, yah walaupun kamu nggak pernah mau ngajakin dia main, jadi…..
"Diam!"
"...."
"Dia udah tidur."
Dan begitu saja. Video call berakhir.
Kampret!
🌸🌸🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Cupid (End)
RomancePesan sebelum membaca atau mengkritik karya orang lain : tolong ya, berikan krisan yang bermanfaat, terutama kalau yang baca adalah sesama penulis. Judul maupun isi cerita, adalah 100% dari pemikiran sendiri, nggak copas, nggak nyontek. Author sela...