4. Mama

72.2K 7K 106
                                        

Lily kembali mencari kontrakan dan pekerjaan hari itu dan beruntungnya, ia mendapatkan pekerjaan sebagai koki di cafetaria setelah berkeliling seharian. Gajinya memang jauh lebih kecil, tapi setidaknya ia tetap mendapatkan pekerjaan. Dan dengan sisa tabungannya, ia mencari kontrakan kecil yang tak jauh dari sana.

Tugasnya adalah membuat cake dan roti isi, jadi ia lebih banyak di dapur cafetaria. Dan sudah hampir sebulan ia bekerja di sana dan tidak pernah bertemu dengan Arion lagi. Tapi hari itu, pria itu tiba-tiba muncul di cafetaria sambil mendobrak pintu dapur.

"....."

"Rion sakit." Ucap pria itu dingin, seolah biasa saja ia membuat keributan semacam ini ditempat kerja orang.

"......" Lalu apa hubungannya denganku?

"Dia memanggilmu."

"....." Itu tidak mungkin.

"Dia merindukanmu."

"......"

"Ee....Ro...lo mendingan ngomong baik-baik." Tiba-tiba pemilik cafetaria muncul seolah ia mengenal pria kurang ajar ini. Dan ternyata mereka memang saling kenal.

"Gini Ly. Rion udah 3 hari demamnya nggak turun-turun, dia udah dibawa ke rumah sakit kemarin, tapi rewelnya minta ampun. Jadi.... Karena Varo udah bantuin kamu dapat kerjaan, dia mau kamu bantuin dia juga ngurusin....

"Aku...dapat kerjaan ini karena...." Lily menatap Revo dengan pandangan tidak percaya.

Varo mengabaikannya karena ia tiba-tiba mendapat telpon dari rumah sakit dan pria itu langsung menarik tangan Lily dengan panik. "Ikut sekarang!" Ucap pria itu tegas.

Mereka berkendara dalam kecepatan yang gila tapi dengan kesunyian yang menyeramkan. Tak ada yang membuka mulut. Varo hanya kembali menarik tangan Lily untuk mengikutinya ke ruang rawat Arion . Dan begitu mereka membuka pintu, hal pertama yang Lily dengar adalah tangisan sedih dan ucapan sendu dari mulut Arion. "Mama~"

"Mama~" Arion mengulurkan tangannya berusaha menggapai Lily. Dan begitu berada di pelukan gadis itu, tangisan Arion berhenti dan beberapa menit kemudian bayi itu tertidur.

"Sebagai seorang ibu, anda tidak bisa meninggalkan anak anda begitu saja. Mereka sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang, tidak hanya dari sang ibu tapi juga sang ayah. Apalagi perkembangan Arion termasuk cepat, saat ini sudah bicara mengenali dan memanggil mamanya. Kalian harunya menjaganya dengan baik."

"....." Tapikan, aku bukan ibunya.

Lily menoleh kearah Varo yang hanya diam saja, ketika mendengar ceramah dari dokter spesialis anak yang sedang memeriksa keadaan Arion. Mereka hari ini keluar dari rumah sakit setelah mendapat ceramah hampir 2 jam dari ahlinya.

"Mama~mama~" Arion terus mengulangi kata-kata itu sambil tersenyum. Bayi itu terlihat sangat menggemaskan dan Lily tak bisa berhenti untuk tersenyum dan mencium pipi tembem milik Arion. Sementara Varo hanya menarik nafas lega melihat keponakannya kembali sehat. Ia hanya menyetir dalam diam.

"Sejak kapan Rion bisa ngomong?" Lily bertanya dan pria itu hanya menjawab tidak tau.

"Lalu kenapa dia memanggilku mama?"

Varo melirik kearah Lily dengan pandangan sinis. "Kamu nggak mungkin dipanggil papa, kan!"

Bukan itu maksud gue kale. "Kenapa aku? Kenapa bukan orang lain, bukannya dia udah punya babysitter baru, dan yang ngajarin dia ngomong itu pasti....

"Dia nggak pernah punya babysitter baru. Aku hanya membawanya ke tempatku bekerja dan dia kadang diasuh oleh sekretaris ku. Tapi Rion tidak pernah bicara sebelumnya."

"Oh." Lily mengangguk mengerti, tapi kembali bertanya. "Lalu kenapa kamu menduga kalau aku yang...dia panggil mama, bukan...sekretaris kamu itu, aku pastikan pasti dia yang ngajarin Rion ngomong."

Varo menoleh untuk sekedar mencibir. "Pikirkan saja sendiri!"

"....."

🌸🌸🌸

A Little Cupid (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang