14. Dimanfaatkan

57.3K 5.8K 306
                                    

Insiden pagi itu sedikit menyedihkan. Pertama, Lily terlambat datang pagi dan membuat sang tuan rumah menatapnya dingin. Lily tidak sempat membuatkan sarapan pagi untuk pria itu. Kedua, ia kecopetan ketika belanja di pasar tradisional, ponselnya hilang, dan dompet kecil berisi uang 500 ribu serta kartu kredit milik Varo juga hilang. Ia berurusan di kantor polisi terdekat hampir satu jam untuk menjelaskan situasi dan mendapat jawaban bahwa keluhannya akan diurus dan akan menghubungi gadis itu ketika mendapatkan petunjuk. Lily memberikan nomor telpon Varo karena ia hanya ingat nomor pria itu.

Ketiga. Tangannya tersenggor kuali panas karena terlalu asyik merenungkan kesialannya pagi ini.

Seolah kesialannya belum habis saja. Ketika Lily tiba di kantor Varo jam 11 pagi. Ia tidak diizinkan masuk karena identitasnya yang tidak jelas. Supir yang tadi mengantarnya juga langsung pulang, jadi meskipun ia menjelaskan bahwa ia adalah seorang koki yang bekerja di rumah Varo, pegawai kantor itu tetap tidak percaya.

"Sudah banyak yang memakai cara ini untuk bertemu Pak Direktur, dulu bahkan ada wanita hamil yang mengaku istrinya dan mengantarkan makanan. Rekan kami yang mempercayai hal itu langsung mengizinkannya, dan setelahnya pria itu dipecat. Ma'af tapi...kami tidak mau insiden itu terulang lagi." Pegawai laki-laki itu menjelaskan dengan sopan. Tapi pegawai wanita disampingnya menatap Lily yang sedang menggendong Arion dengan pandangan sinis.

"Kali ini malah membawa anak. Dikira kita orang bodoh." Sindiran itu hanya bisa membuat Lily manarik nafas dalam dan memutuskan untuk duduk menunggu Varo keluar.

1 jam...2 jam...Lily kembali menarik nafas dalam. Pria itu tidak muncul bahkan ketika waktu sudah menunjukkan pukul setengah 6 sore. Untungnya Arion tidak rewel. Ia bahkan hanya tidur di pelukan Lily setelah diberi makan.

Lily kembali mendekati meja informasi dan bertanya kapan Varo pulang dan mendapat jawaban ketus dari pegawai wanita tadi.

"Jadi...anda sudah menyerah. Wanita hamil kemarin itu bahkan menunggu sampai jam pulang. Cih! Bodoh sekali!"

"....."

"Ma'af tapi...biasanya koki yang mengantarkan makanan ke Pak direktur langsung menuju kantornya lewat lift khusus yang ada...

"Tidak perlu dijelaskan panjang lebar, " sanggah wanita itu pada temannya. "Wanita ini jelas-jelas berbohong sama seperti yang lainnya, kita tidak perlu bersikap baik."

"Jadi dia pulang pergi juga tidak lewat sini?" Lily bertanya memastikan. Ia memutuskan akan menunggu di gerbang kantor, setidaknya mobil Varo pasti keluar lewat sana. Beruntungnya pegawai laki-laki itu masih sopan dan mengangguk sebagai jawaban iya.

Lily berniat segera pergi ke gerbang ketika Varo muncul dari luar dengan nafas tidak teratur. Sepertinya pria itu habis berlari.

Pria itu tidak langsung mendekati Lily, ia memanggil kedua pegawai itu lalu bicara dengan mereka agak jauh dari tempat Lily berada. Gadis itu bisa melihat Varo sedang memarahi mereka dan kedua pegawai itu.

Arion yang berada di pelukan Lily bergerak, si imut itu terbangun dari tidurnya dan agak bingung menatap sekelilingnya. Lily hanya mencium pipi Arion tanpa mengatakan apapun.

Si imut itu menatap lama kearah Varo yang masih memarahi pegawainya sebelum akhirnya berteriak senang. "Papa~papa~"

Lily berjalan kearah Varo karena Arion terus meronta-ronta ingin dipeluk pria itu."Rion belum mandi." Ucap gadis itu.

Varo meraih Arion dan memeluknya, mengambil tas bekal makan siang yang di pegang Lily lalu mengajaknya pergi menuju ruangannya di lantai 15.

Ruangan itu luas, dengan nuansa biru tua. Dari jendela kaca terlihat jelas pemandangan malam. Varo tidak memerintahkan Lily untuk memandikan Arion, ia hanya segera pergi ke sebuah ruangan kecil lain di dalam ruang itu. Lily yang melihat ada dapur kecil di sana segera memanaskan makanan yang ia bawah tadi. Beruntungnya tak satupun dari masakannya yang basi.

A Little Cupid (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang