"Kalian....
"Suami istri."
Mereka sebenarnya ngomong apa sih?. Lily melirik agak frustasi ketika Varo dan Jinhyuk kembali bicara bahasa Korea, tapi gadis itu tetap tidak mengatakan apapun.
"O..oke, kalau begitu sampai jumpa." Jinhyuk pamit meninggalkan Lily yang sekarang menatap Varo.
"Apa?" Tanya pria itu dengan nada ketus.
Lily menjawab santai. "Ini hari liburku."
"Lalu?"
"Keadaan mendesak apa yang membuatmu sampai datang kesini? Dan kenapa Rion belum tidur?"
"Itulah keadaan mendesaknya. Sekarang masuk mobil dan buat dia tidur!"
"....."
Gadis itu baru saja membuka pintu ketika Varo menegurnya dengan ketus. "Aku bukan supir, kenapa kamu malah duduk dibelakang, pindah ke depan!"
Orang ini kenapa sih? Biasanya dia pakai supir, kenapa hari ini malah enggak. Ada yang menginjak ekornya kah? Kenapa terus menyalak galak dari tadi. Menyebalkan!
Lily memindahkan Arion dan mereka duduk di depan, butuh waktu 2 jam sampai akhirnya si imut itu tertidur.
"Kenapa kamu bau sekali?"
"....Oh, kami tadi bakar-bakaran, ini..bau asap makanan enak, hahaha." Lily menjelaskan dengan sedikit malu.
"Bakar-bakar?"
Lily mengangguk. "Itu makan gratis terenak dalam hidupku, hahaha. Ada seafood saus Padang, lalu ikan nila...pokoknya enak sekali. Dan aku yang memasak semua itu."
"Aku harus ke Korea besok."
"Oh, benarkah?" Lily sedikit bingung dengan perubahan pembicaraan itu. "Lalu...Rion bisa menginap di tempatku."
"...."
Varo tidak mengatakan apapun, hanya mengambil Rion dari pelukan Lily, lalu membawanya ke kamar.
"Kenapa lagi?" Lily bertanya ketika Varo menatapnya kesal.
"Kenapa kamu nggak masuk?"
Lily menarik nafas dalam sebelum menjawab. "Bukankah aku harus pulang. Wanita tidak boleh berada di rumah pria lajang. Kamu yang mengatakan hal itu, ingat!"
"Aku mau makan mi instan!" Setelah mengatakan hal itu, Varo berbalik menuju dapur, sedangkan Lily kembali menarik nafas dalam.
"Bagaimana bisa masih ada orang dewasa yang nggak bisa masak mie instan di dunia ini. Dan ini adalah mie gelas."
Varo yang sedang menyuapkan mi itu kedalam mulutnya terdiam sesaat sambil menatap Lily. Tapi kemudian mengabaikan gadis itu.
"Hanya tinggal menuangkan air panas dan menambahkan bumbu yang ada. Atau baca saja petunjuknya di gelas itu."
"Jadi kamu nggak ikhlas membuatnya?"
"Mm." Lily menjawab langsung. "Itu mie instan ku untuk besok pagi dan hanya ada satu."
"....."
Mie itu sudah habis sejak 15 menit yang lalu tapi sepertinya Varo belum berniat mengantar Lily pulang. Pria itu bahkan langsung menuju kamarnya dan belum keluar sampai sekarang.
Lily memutuskan mengetuk pintu kamar pria itu. "Boleh...aku minta supirmu mengantarku pulang? Ini..sudah hampir jam 12 malam."
"Dia sudah tidur."
"...." Jadi...aku harus bagaimana? Aku nggak mungkin harus pulang jalan kaki, kan!
"Aku belum selesai mengepak barang." Varo membuka pintu kamarnya dan menunjukkan kopernya yang belum penuh diisi pakaian.
Lily hampir saja ingin menawarkan bantuan, tapi ia langsung teringat kalau tidak pantas ia memasuki kamar pria itu. "Aku tunggu di kamar Rion saja."
"Sebentar lagi selesai, Rion nya juga tidur di sini." Varo berkata sambil memasukkan beberapa celana lalu sepatu dan pakaian dalam. Isi koper itu yang pasti tersusun sangat rapi.
"Berapa lama kamu pergi kali ini?" Lily kembali bertanya, ia akhirnya memutuskan duduk bersila didepan pintu kamar.
"Dua minggu."
"Oh. Oke."
10 menit berlalu dalam diam. Lily hanya memperhatikan pria itu mengepak barangnya lagi.
"Jinhyuk.....bagaimana kamu bisa kenal?" Pria itu tiba-tiba bertanya.
"Dia...pelayan cafetaria di dekat rumah ini, aku sering kesana, dia bisa masak jadi...kami jadi akrab."
Sunyi lagi beberapa saat.
"Kalian teman kuliah?" Lily mulai bertanya. "Dia sepertinya sangat mengenalmu."
Varo ingat Jinhyuk, mereka memang beberapa kali pernah bertemu di kampus, dan Jinhyuk juga tipe orang yang populer di kampus, tapi mereka belum pernah saling bicara sebelumnya dan Varo tidak tau Jinhyuk berasal dari jurusan apa.
Lily menunggu jawaban Varo, tapi tampaknya pria itu tak berniat menjawab. Kecanggungan kembali terasa disana.
Setelah Varo selesai 15 menit kemudian mereka pergi ke kamar Arion, meletakkannya di tempat tidur, lalu setelahnya langsung pergi mengantar Lily pulang.
"Itu...lain kali lebih baik bangunin supir aja. Meskipun di kamar Arion di pasang CCTV dan kamu bisa memantaunya, tapi gimana kalau dia bangun dan menangis, itu pasti dia ketakutan."
Varo menepikan mobilnya didepan pagar kontrakan. "Rumah Bik Seli ada di sebelah rumah, dia punya duplikat kunci rumah, kalau ada apa-apa tinggal telpon. Dan lagi...Rion jarang bangun malam."
"...Oh, oke...kalau begitu terima kasih sudah mengantar."
"...."
Lily berbalik untuk masuk gerbang, tapi ucapan Varo menghentikannya. "Jangan jatuh cinta padanya, dia sudah punya pacar."
"Ha? Apa?"
"....."
Varo kembali berkata sebelum menutup pintu mobil. "Besok jam 8 pagi di Bandara."
"Ha???" Maksudnya apa?
"Hei...tunggu, maksudnya apa? Aku harus mengantarkan kepergian mu begitu? Woii!! Kenapa langsung pergi begitu? Cih!"
🌸🌸🌸
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Cupid (End)
RomancePesan sebelum membaca atau mengkritik karya orang lain : tolong ya, berikan krisan yang bermanfaat, terutama kalau yang baca adalah sesama penulis. Judul maupun isi cerita, adalah 100% dari pemikiran sendiri, nggak copas, nggak nyontek. Author sela...