Pesan sebelum membaca atau mengkritik karya orang lain : tolong ya, berikan krisan yang bermanfaat, terutama kalau yang baca adalah sesama penulis.
Judul maupun isi cerita, adalah 100% dari pemikiran sendiri, nggak copas, nggak nyontek. Author sela...
"Ini...apa benar aku boleh menginap di rumahmu?" Lily duduk di lobi Bandara bersama Rion dan Varo. Pria itu memintanya tinggal di rumahnya selama ia pergi dan hal ini jarang terjadi.
"Rumahku lebih bersih daripada kontrakanmu."
"...." Jawaban yang benar-benar membuat orang kesal. "Dulu kamu nggak pernah protes, waktu Rion ku ajak ke kontrakan yang lama."
"Telpon aku tiap jam 10 malam."
Lily menolak. "Itu terlalu malam, Rion kan sudah tidur."
"Jam 7 pagi."
"Arion belum bangun."
Varo menoleh ketika namanya di panggil. "Aku harus masuk sekarang. Nanti angkat telpon ku!" Lalu pria itu pergi begitu saja.
Lily segera kembali ke kontrakannya untuk mengambil beberapa pakaian, lalu ia pergi menuju rumah Varo. Sayangnya belum sempat mereka masuk, satpam rumah menghentikan mereka.
"Sebaiknya nggak usah pulang dulu Non. Ada Nyonya, biasanya Tuan Besar kalau Nyonya pulang suka nginap di hotel."
Lily kembali diantarkan ke kontrakannya. Selama diperjalanan gadis itu bertanya tentang ibu Varo pada sang supir.
"Iya Non, mereka nggak akur. Tapi karena rumah itu milik bersama, jadi Tuan besar nggak bisa ngusir Nyonya. Nyonya juga suka tiba-tiba datang."
Lily menatap Rion tang ada dipelukannya. "Nyonya....nggak pernah ketemu Rion pak?"
Sang supir menggeleng. "Nyonya nggak tau kalau dia punya cucu. Tuan besar juga melarang kita ngomong tentang Tuan Kecil. Terakhir waktu Nona berhenti, itu pertama kalinya Nyonya datang ke rumah. Kita disuruh ngunciin kamar Tuan Kecil. Waktu itu pernah sekali Nyonya ngeliat Tuan kecil, tapi sama Tuan besar dibilang kalau Tuan Kecil cucunya Bik Seli."
"Bapak udah lama kerja di rumah? Boleh cerita nggak kenapa mereka nggak akur?" Tanya Lily lagi.
"Udah lama Non, udah dari Ayahnya Tuan Besar baru nikah sama Nyonya. Waktu itu mereka nikah mendadak karena Kakeknya Tuan Besar sakit, tapi setelah Tuan Besar lahir. Nyonya pindah ke Amerika dan jarang pulang, kalaupun pulang, pasti bertengkar sama Ayahnya Tuan Besar. Terus yang jadi korbannya Nona Besar dan Tuan besar di pukul dan dikurung. Lalu kakek Tuan besar datang dan tinggal disini, Ayahnya Tuan besar juga jarang pulang. Pokonya...kacau deh non, masa kecilnya Tuan dan Nona Besar. Nggak pernah sekalipun saya lihat Tuan dan Nona besar tertawa atau tersenyum. Tapi...untungnya sejak ada Tuan Kecil, Tuan besar jadi sering tersenyum."
Lily mengerutkan dahi bingung. Akhir-akhir ini Varo sering tersenyum di depannya tapi ia tidak pernah melihat Varo tersenyum ke orang lain selain ketika pria itu di depan Arion, yang gadis itu ingat hanyalah wajah tatapan dingin serta ucapan ketus pria itu.
"Nitip Tuan Kecil ya Non." Ucap sang supir sebelum pergi.
🌺🌺
Jam 10 malam, Lily dibangunkan oleh panggilan telpon dari Varo.
"Keluarlah, bawa Rion ke hotel yang ku pesan. Supir sudah ada di depan gerbang. Telpon aku 10 menit lagi." Panggilan terputus.
"Orang ini....kenapa harus repot-repot begini." Lily tetap bangkit dan kembali berkemas meski sambil mengeluh.
10 menit kemudian dia sudah berada di sebuah kamar hotel mewah yang sudah di booking untuk 2 minggu. Bahkan perlengkapan bayi sudah ada di kamar itu. Dan keluhan gadis itu berubah jadi pujian takjub.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.