48. Pamer?

35K 3.5K 27
                                    


Arion seperti biasanya, tiap jam 12 siang melakukan panggilan video pada Aciel, Azriel dan Luciel.

Lily mengetahuinya dari Varo bahwa uda Adnan dan uni Ella sudah pindah ke Padang dan berhenti bekerja pada mereka 5 tahun yang lalu. Hal itu disebabkan karena udah Adnan ingin merawat kedua orang tuanya yang sakit saat itu. Mereka benar-benar minta ma'af dan merasa bersalah karena terpaksa meninggalkan Varo mengasuh si kembar sendirian. Tapi Varo tidak merasa keberatan sama sekali.

Alhasil selama 5 tahun, Varo benar-benar mengurusi Sena, Andra dan Reo tanpa bantuan orang lain kecuali bunda Lily yang sebulan sekali menginap di rumah mereka.

Untungnya hubungan kekeluargaan dengan Uda Adnan tidak putus. Mereka kadang kadang juga berkunjung ke Jakarta, tapi saat Lily dan Arion sadar, musibah sedang menimpah keluarga mereka. Jadi keluarga Uda Adnan belum bisa menjenguk Lily dan Arion.

Ciel, Azriel dan Luciel menyambut antusias panggilan telepon itu. Tapi mendadak Arion memutuskan panggilan telpon dan pindah ke kamar lalu menguncinya membuat Lily bingung.

"Rion mau curhat. Mama nggak boleh denger."Ucap anak kecil itu sebelum mengunci pintu.

"Oke!" Lily mengusap kepala Arion. Lalu pintu kamar pun di tutup.

Arion jauh lebih banyak bicara ke pada si kembar itu daripada pada Lily, Varo bahkan adik-adiknya. Mereka bisa berteleponan seharian dan hal itu membuat Andreo dan Sena jengkel. "Kak Arion nggak sayang sama kita, nggak suka main bareng kita, sukanya sama kakak-kakak itu."

Komentar itu membuat Lily tak bisa berhenti tersenyum dan hanya mampu membujuk duo kembar ini bermain bersama. Alandra sebenarnya juga kecewa pada Arion, tapi untuk anak yang satu ini, dia hanya menempel memeluk pinggang Lily tanpa mengatakan apapun. Benar-benar menggemaskan!!.

"Buk guru bilang suruh papa datang di acara makan-makan orang tua murid malam nanti." Ucap Sena sambil makan ice cream.

"Buk guru yang di sekolah?" Tanya Lily bingung. Iya tidak tau kalau ada acara seperti itu di sekolah.

"Bukan, Buk guru Erika yang ngajarin kita les di rumah. Biasanya tiap bulan ada acara makan-makan sama teman-teman dan juga orang tua." Jelas Andreo

Alandra menatap Lily lalu menyampaikan keinginannya. "Dulu semua teman-teman datang sama ibu dan ayah mereka. Kami dulu sering merasa sedih, juga di ejek karena yang lain punya mama dan papa. Papa juga kadang nggak bisa datang atau telat datang. Jadi cuma buk guru Erika yang menemani kami sampai di jemput papa pulang. Sekarang…

"Mama boleh ikut juga? Tadi katanya suruh papa datang aja." Lily duduk dan mencium pipi Alandra.

Ketiga anak kecil itu menggeleng bersamaan dan mengatakan kalau mereka ingin sekali Lily dan Varo datang berdua.

"Kak Rion juga boleh ikut. Sena pengen pengen pamer punya mama sama kakak juga."

Lily mengelus kepala Sena. "Tapi mama nggak punya baju baru buat ikut acara seperti itu, mama juga nggak punya teman, mama takut."

Andrea meraih tangan Lily. "Mama tenang aja, mamanya kak Dafa baik kok dan kak Dafa bisa jadi temannya kak Rion juga. Nanti Reo kenalin."

"Kita bisa beli baju sekarang. Sena juga mau pakai baju baru, biar kembaran sama mama." Setelah mengatakan hal itu, Sena langsung pergi mengambil sepatu dan tas kecilnya siap untuk berangkat.

Alandra dan Andreo juga mengikuti tingkah Sena, mereka selalu antusias jika diajak ke mall.

Setelah berganti pakaian. Lily mengetuk kamar Arion mengajaknya ikut juga. Dan setengah jam kemudian, mereka sudah berada di mall.

Dan seseorang marah karena tidak bisa ikut.

"Sial! Kenapa aku harus ada rapat penting di jam ini." Varo mengomel kesal, mengabaikan rekan kerja yang menatapnya dengan pandangan kasihan.

                             🌺🌺

Lily membiarkan anak-anak memilih baju mereka sendiri, sementara wanita itu memilih pakaian untuk di pakai Varo dan dirinya.

Si kembar sepertinya sudah biasa berada di toko baju itu, terlihat para staff yang menyapa mereka dengan ramah, bahkan ada yang mengajak mereka memilih pakaian bersama

Arion yang diam saja itu, dijadikan bak manekin oleh mereka. Ia beberapa kali di suruh bolak-balik berganti pakaian oleh ketiga adiknya dan Arion hanya menurut saja. Lily hanya bisa tersenyum melihat pemandangan itu.

Setelah 2 jam berbelanja (lebih tepatnya, membiarkan si kembar jadi stylish Lily dan Arion), mereka akhirnya pergi ke kantor Varo.

Pria yang merajuk itu langsung senang ketika Lily menunjukkan 6 paper bag berisi pakaian, juga kotak bekal makan siang yang ia bawa.

"Aku….menggunakan kartu kredit mu." Lily tersenyum malu. Dia tidak menyangka kalau harga pakaian yang anak-anak pilih jauh lebih mahal dari pada harga pakaian Lily.

"Nggak apa-apa." Varo mengelus rambut Lily. "Tapi dalam rangka apa kamu beli pakaian mahal, biasanya nggak suka boros."

Sena langsung memeluk Varo. "Pesta makan malam bulanan buk Erika." Jawab si kecil itu minta di gendong oleh Varo.

"Ah, benar juga, ini udah akhir bulan ya." Varo bahkan tidak ingat kalau setiap bulan ia harus menghadiri acara makan-makan seperti itu.

"Kamu…jarang hadir ya? Anak-anak pada ngeluh tadi."

Varo mencium pipi Sena, lalu meminta anak-anak bermain di ruangan itu sementara ia dan Lily bicara.

"Aku malas." Jawab pria itu singkat lalu memeluk Lily dari belakang. Varo bersandar di meja kerja nya, mereka memperhatikan anak-anak bermain catur menantang Arion.

"Dan kenapa malas?" Tanya Lily lagi. "Mereka di bully gara-gara kamu jarang datang dan cuma datang untuk menjemput mereka pulang aja."

Varo merasa bersalah. "Aku lebih suka menghabiskan waktu ku bersama mu dan Arion di Rumah Sakit. Pesta makan-makan seperti itu….aku bahkan tidak bisa tersenyum dan berusaha untuk tidak bersedih di depan anak-anak. Aku tidak mau bersenang-senang tanpa kalian berdua."

Lily akhirnya tersenyum. "Tapi banyak sekali foto-foto kalian lagi makan berdua, itu tanpa si kembar. Mereka dimana saat itu?"

"Ow…sepertinya aku mencium bau hati yang terbakar." Varo menggoda Lily dan langsung mendapat cubitan di lengan pria itu.

"Aku nggak tau kapan foto-foto itu di ambil dan aku nggak peduli. Tapi kalau kamu khawatir. Aku akan menghapusnya dan membuat artikel gossip nggak penting itu nggak muncul lagi di manapun."

Lily berpikir sebentar lalu mengangguk setuju. "Tapi kita juga perlu membasmi biang nya."

"….Maksud kamu?"

Lily meraih salah satu paper bag berisikan baju untuk Varo. "Pokoknya kamu pakai ini dan kita pergi sama-sama."

"Tujuannya apa?"

Lily menjawab tanpa ragu. "Tentu aja buat pamer. Aku ingin anak-anak juga merasakan bahwa mereka punya keluarga yang lengkap."

"Oh." Varo mencium pipi Lily. "Ku pikir untuk pamer kalau aku udah sold out."

".…" Itu juga salah satu rencananya. Tapi seorang Lily, menolak mengakui hal itu.

                            🌸🌸🌸

A Little Cupid (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang